Bab 18

15.5K 1.2K 56
                                    

“Bayu setelah kamu pulang kerja bawakan aku asinan ya. Buat ngemil nanti malam, persediaan camilanku sudah habis,” ujar Najma, sambil bersolek di depan cermin, meski ia hanya menghabiskan waktu di rumah tampil cantik tetap suatu keharusan untuknya.

“Iya, kamu mau apa lagi?” tanya Bayu, biasanya Najma tak hanya meminta satu benda padanya. Wanita itu terlihat berpikir, meski tangannya sibuk menyisir rambut panjangnya yang bergelombang.

“Aku juga mau lollipop.” Najma mendengus, melihat Bayu nampak menahan tawa mendengar permintaannya barusan. Pasti pemuda itu menganggapnya anak kecil karena meminta permen.

“Ini anakmu yang minta Bayu, kalau aku tidak hamil mana mungkin lah aku minta lollipop.” Wajah Bayu yang biasanya terlihat tak acuh kini mengembangkan senyumnya hingga kedua lesung pipinya terlihat jelas. Sungguh Najma iri dengan dua lesung pipi yang dimiliki Bayu.

Bayu berlutut di depan Najma, tangannya bergerak mengelus perut wanita itu. “Anakku ternyata banyak maunya,” ujar Bayu. Najma mengerucutkan bibirnya.

“Ngidamku itu masih batas normal Bayu. Apa yang aku minta juga mudah dicarinya.” Bayu mengangguk, sebenarnya ia tidak keberatan memenuhi keinginan ngidam Najma selama ini.

Bayu berharap semoga Najma dan calon bayinya sehat sampai saat melahirkan nanti, Bayu ingin melihat seperti apa rupa anaknya. Apakah calon anaknya nanti lebih mirip dirinya atau Najma? tapi ia berharap kalau anaknya nanti mewarisi wajah cantik Najma.

*****

Najma tersenyum licik melihat pantulan wajahnya di cermin. Betapa mudahnya menipu Bayu, cukup dengan bersikap sedikit manis lelaki itu luluh dengannya. Padahal kebanyakan sikap manjanya pada Bayu itu hanya pura-pura, dengan ia bersikap seperti itu Bayu pasti tidak akan curiga kalau ia berencana untuk pergi. Baru saja ia keluar dari kamarnya, Najma mendengar suara teriakan yang sangat ia kenali.

"Jihan!" Najma terkejut melihat kehadiran sahabatnya. Jihan tersenyum dengan senang menghampiri Najma yang tengah keheranan melihat kehadirannya disini.

"Aku tahu kamu tinggal disini dari Ibumu, beliau juga mengizinkan aku menemuimu," ujar Jihan, seperti mengerti dengan pertanyaan yang ada di benak Najma.

"Aku dengar kamu hamil, hebat juga suami barumu dalam beberapa bulan dia sudah berhasil membuatmu bunting." Jihan menyenggol lengan Najma, mencubit gemas pipi sahabatnya itu. Najma hanya memutar bola matanya, ia mengajaknya sahabatnya untuk duduk santai di ruang keluarga.

Sebenarnya ia heran dengan sikap Jihan yang terlihat senang sekali. Padahal selama ini sahabatnya itu selalu bersikap judes dengannya semenjak tahu permasalahan ia dan Pram.

"Selamat yah akhirnya kamu pisah juga dengan Pram, aku senang mendengarnya." Raut wajah Najma langsung berubah, pantas saja Jihan sangat senang.

"Kami hanya pisah sementara." Najma menyahut dengan ketus.

"Pisah sementara bagaimana maksudnya? Lagi pula apa yang kamu harapkan dari pria seperti Pram. Dia mandul, terus Ibunya jahat seperti nenek sihir. Lebih bagus suamimu yang sekarang buktinya sebentar lagi kamu akan punya anak, aku juga lebih setuju kalau kamu menikah dengannya."

"Aku hanya mencintai Pram, asal kamu tahu aku menikah dengan Bayu hanya karena aku ingin anak darinya." Jihan menutup mulutnya. Ia tidak menyangka Najma sahabatnya ternyata memiliki pikiran yang sangat picik.

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang