S.D-P.B#2 [Sebuah Kesan]

6.4K 500 4
                                    

Hyera mengerutkan dahinya saat melihat Jiyeon yang terus saja menggosok hidungnya yang memerah. Tapi Jiyeon tetaplah Jiyeon. Gadis itu masih saja terus merangkum buku pelajaran yang dipinjamnya kemarin.

"Jiyeon, kau... sakit?"

Jiyeon memegang dahinya, sembari menahan kepalanya agar tidak jatuh. "Mungkin karena semalam..."

Hyera membulatkan matanya. "Jangan bilang kau meminumnya lagi."

"Sayangnya, iya." Jiyeon menutup buku catatannya. "Tiga kaleng."

Hyera berdecak. Sudah umum jika Jiyeon adalah gadis yang cukup kuat untuk meminum soju. "Ini bukan karena ketua komite sekolah mencarimu, kan?"

Jiyeon mengerjap. Tak lama, maniknya membulat. "Astaga, aku lupa soal itu..."

Hyera menggaruk tengkuknya sembari memutar otaknya. "Engh... lebih baik kau pergi ke ruang kesehatan saja."

"Tapi sebentar lagi jam pelajaran Pak Guru Jung..."

"Aku akan mengizinkannya?" Hyera mendorong punggung Jiyeon agar gadis itu mulai meninggalkan kelas. "Istirahat yang cukup, ya! Nanti aku jemput saat jam istirahat!"

***

Lorong sekolah mulai sepi. Jiyeon menghela napas sembari memijat pelipisnya yang mulai terasa pening. Dia sudah terbiasa dengan efek dari minuman kaleng soju. Pikiran dan emosinya tidak terkontrol semalaman. Bahkan, dia hampir meminum kaleng keempat kalau saja ponselnya tidak berbunyi untuk menampilkan sebuah notifikasi yang berisi jadwal untuk hari esok.

Tujuannya kali ini hanya ke ruang kesehatan.

Duk!

"Ah, maaf-- Tuan Park?!"

Jiyeon terkejut saat orang yang tidak sengaja ditabraknya adalah ketua komite sekolahnya, Park Jimin. Pria itu juga terkejut, namun berusaha untuk tetap tenang.

"Oh, selamat pagi," sapanya. "Apa yang kau lakukan?"

Hatchii!!

Untung saja Jiyeon langsung membungkukkan badannya agar semburan bersinnya tidak mengotori jas hitam milik Jimin. Gadis itu langsung menegakkan tubuhnya sambil menutup hidungnya. Tangannya terangkat untuk mengambil sapu tangannya dari saku hoddie merah maronnya. Sedangkan Jimin? Dia hanya bisa mengamatinya.

Lee Jiyeon?

"Maafkan saya, Pak. Saya sedang tidak enak badan," sesal Jiyeon sembari membentuk senyumnya.

Fake smile, so fake.. aku merasakannya..

Jimin tidak bohong. Dia peka, sangat peka. Mimik wajah, kelakuan atau bentuk senyuman, dia tahu yang mana yang tulus atau... palsu. Baru kali ini, dia menemukan seorang gadis yang memiliki senyuman palsu yang kental di matanya.

"Ah, lebih baik... kau segera ke ruang kesehatan."

"Saya permisi."

Jimin mengangguk. Jiyeon kembali membungkuk, dan setelahnya berjalan cepat menuju ruang kesehatan yang jaraknya hanya sepuluh langkah dari posisinya. Niat Jimin yang akan masuk ke ruang kepala sekolah pun tidak terlaksanakan.

Dia perlu menemui Hoseok.

***

"Ya tuhan, bukannya aku sudah biasa memandangnya di atas podium setiap bulan?" gerutu Jiyeon. "Auranya pekat sekali..."

Lengkap sekali auranya. Tampan, wibawa dan... sexy...

Semburat merah langsung tercetak di permukaan pipinya. Buru-buru, Jiyeon menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan halusinasinya. Gadis itu mendorong pintu ruang kesehatan.

[1] S. Daddy - P. BabygirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang