Soul weapon

39 1 0
                                    

Wushh..

"Ada apa Demonio?" Tanya sang Noobles tanpa membalikkan badannya.
"Anda telah melihat perbedaan dulu dan sekarang bukan!"
"Mereka cukup keren"
"Maksud tuan?"
"Apakah kamu memiliki baju yang lebih layak? Baju ku sudah ketinggalan jaman:)"
"Tentu ada tuan!" Menahan ketawa.

Srak..srak..srak
"Nio? Kau sedang apa?" Tanya Belphagon
"Beliau meminta busana yang keren."
"Mengapa tidak memakai kekuatanmu saja?"
"Apa aku menjadi orang bodoh sekarang?"
"Nilaimu selalu jelek, tentu saja kau bodoh."

Tap..tap..tap
"Tuan! Anda sudah memakai busana yang keren sekarang tapi dari mana anda mendapatkannya?"
"Kamu lamban."
"Ya tuhan iblis-iblis ini cukup men jengkelkan." Bisiknya dalam hati.
"Aku mendengarnya Nio!"
"Maaf"

Pagi pun datang meninggalkan malam. Berkumpulah para tetua keluarga di ruang tamu.
Tap..tap..tap

"Salam sang Noobles." Semuanya berlutut tanpa terkecuali.
"Bangun!"
"Apa anda sudah pulih?" Seira.
"Apa aku terlihat sakit?"

Semuanya terlihat diam, dari dapur terlihat Nio membawa minuman dan sedikit cemilan.

"Silahkan tuan"
"Terima kasih."

Semuanya hanya terdiam dan saling menatap. Sang Noobles juga terdiam dan bingung.

"Bagaimana cara meminumnya?" Tanya sang Noobles.
"Eehmm.. Tuan anglat gelasnya seperti ini kemudian minum perlahan."

Terlihat semua orang terdiam tapi dengan raut muka menahan tertawa. Mereka tidak menyangka kalau orang yang mereka hormati ternyata KUDET juga :)

Wushhh... sebuah suara terdengar dari halaman belakang.
"Biar saya yang mengeceknya." Udur Nio.

Tap..tap..tap.. Nio terkejut saat melihat apa yang tidak ingin dia lihat. Dia membawa sesuatu dan menunjukkannya pada yang lain.

"Tuan!" Memegang sebuah panah.
"Panah Perenggut Jiwa!!" Leon
"Rupanya mereka sudah tau keberadaanku." Bangkitnya dari tempat duduk.
"Tuan, anda tidak perlu bertarung dengan mereka."
"Kondisi anda tidak memungkinkan." Belphagon.
"Mereka menunjukkan perang padaku bagaimana aku bisa menolak."

Disaat yang seserius ini Regis pun angkat bicara sambil memegangi ponselnya.
"Tuan kirim saja SMS untuk penolakkan perang." Berlutut sambil menyerahkan Ponselnya.
"Benda apa ini?"
"Ini Ponsel Tuan" Seira kembali mengangkat bicara.
"Apa ini reinkarnasi dari batu bata?"

Plak.. pingsan di saat yang bersamaan.
"Apa aku salah bicara?"

Tap..tap..tap..
"Maaf semua aku baru datang, ehh.. ada apa ini?" Tanya Mammon.
"Entahlah!"
"Tuan Noobles Salam!" Membungkukkan badannya.
"Apa ini batu bata?" Menunjukkan ponsel itu.

Mammon hanya menggaruk kepalanya. Beberapa menit kemudian semua orang tersadar.
"Tuan! Kurasa anda harus bersekolah." Ujar Nio.
"Sekolah? Kerajaan macam apa itu?"
"Hah??" Reaksi semua orang.
"Apa rakyatnya sangat damai?"
"Ehemm.. anda akan melihatnya besok!" Lanjut Seira.

*****
Keesokan harinya....
"Busana apa ini?" (Noobles)
"Ini seragam untuk sekolah."
"Apa kerajaan tersebut punya formalitas seperti ini?"
"Anda pakailah dulu"

Tap..tap..tap
"Bagaimana?" Mammon.
"Kurasa ini tidak akan mulus" (Seira)
"Apa Tuan sudah siap?" (Nio)
"Kurasa ini akan sulit Nio."
"Tapi yang aku pertanyakan kenapa kita juga harus ikut-ikutan sekolah? Padahal aku sudah lulu SMA dua tahun yang lalu." Sambung Regis.
"Kita harus menjaga Noobles." Jawab Nio.

Tap..tap..tap..
"Aku sudah siap"
"Kalau begitu ayo!! Berangkat!!"

"Ayo naik Tuan!"
"Kita bisa terbang dan menghilang lalu kenapa kita menggunakan mesin dan donat-donat ini" 👉👉MOBIL.
"Kita harus berbaur dengan manusia."
"Aku kurang paham."
"Hoii.. apa kalian mau terlambat?"
"Baik-baik, masuk saja Tuan"

Brum..brumm...

#sekian dulu untuk eps ini yah#

NooblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang