6. Mini Drama Cinta

38 4 0
                                    

Lagi-lagi waktu seenaknya saja berjalan dengan cepat sampai-sampai kami sendiri tidak menyangka bahwa sekarang kami sudah berada di kelas 12. 3 SMA. Dimana masa tersulit sekaligus masa yang akan menjadi puncak kenangan, perjuangan dan sebagainya. Tentu saja, segala persiapan Ujian Nasional sudah dilakukan. Dari mulai Les disekolah, mengadakan simulasi Try Out, bahkan ujian-ujian kecil lainnya yang nantinya akan membantu nilai akhir kami.

Satu info terbaru, setelah kelas 3, Rizky tidak menjabat sebagai Ketua Osis lagi. Namun bukan berarti Dia kembali menjadi Ketua Kelas. Jabatan Ketua Kelas tetap dipegang oleh Deni. Kami semua masih setuju jika Deni yang menjadi pemimpin kelas. Bukannya tidak suka kepada Rizky hanya saja kami kasihan melihatnya yang sering keluar jam mata pelajaran karena urusan Osisnya. Jadi kami rasa di kelas 3 ini dia harus berkonsentrasi.

Kembali ke topik. Tahu tidak saat kami diberitahu Bu Rosa bahwa masing-masing guru mata pelajaran Ujian Nasional akan memberikan ujian praktik mereka. Ternyata selain teori juga ada praktiknya. Sebenarnya kami tidak heran karena sewaktu SMP dahulu kami juga mengalami hal yang sama di sekolah masing-masing. Namun yang membuat kami kewalahan mendengarnya adalah saat Bu Rosa berkata untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia Bu Guru meminta kami membuat Drama bertema apa saja. Dia yakin memberikan tema bebas akan memacu semangat kami untuk melakukannya. Sebenarnya itu hal wajar, yang bikin ribet adalah saat semua perlengkapan drama yang tidak kami punya, dalam waktu 4 hari lagi sudah harus kami kumpulkan. Bahkan ujian drama tersebut dilangsungkan saat semua mata pelajaran usai. Ujiannya dilakukan dua hari karena mengingat kelompok-kelompok tertentu yang akan tampil. Tidak seperti ujian praktik mata pelajaran lain, untuk hal satu ini membutuhkan latihan khusus agar bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.

Setelah Bu Rosa memberitahu, masuklah Bu Guru yang memang sedang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dikelas kami. Langsung saja masuk ke inti. Dia membagi kelompok dengan cara pencabutan nomor. Tahu kan gimana? Masing-maisng dari kami akan mengambil nomor yang menjadi teman sekelompok. Siapa pun yang mendapatkan nomor yang sama berarti satu kelompok. Cara yang cukup adil pikirku. Tapi tahu tidak, aku dan teman-temanku tidak satu kelompok. Rani memang mendapatkan nomor 3 bersamaan dengan Winda. Kania mendapatkan nomor 1. Yuli sendiri mendapatkan nomor 2. Sedangkan Aku mendapatkan nomor 4. Hanya Rani dan Windalah yang satu kelompok, sedangkan kami semua bebas tidak bersama. Tapi tahu tidak Aku sekelompok dengan siapa? Teman-teman sekelompokku adalah Rizky, Ayu, Yudi, Deni dan  Imey.

Kalian tahu suatu mukjizat besarlah bagi mereka karena bisa satu kelompok. Bayangkan saja, Ayu dan Imey yang sudah sangat akrab serta Rizky dan Deni yang menjadi satu kelompokku. Sedangkan Yudi memang orang yang asyik bergabung dengan siapa saja.

Jujur saja, aku merasa seperti sendiri disitu. Aku tidak terlalu akrab dengan mereka. Tapi mau tidak mau aku harus mulai, untungnya aku masih satu kelompok dengan Rizky yang memang dekat denganku. Sepertinya aku akan belajar untuk lebih dekat dengan teman-teman sekelas karena menjelang perpisahan.

Dulu aku pernah mengatakan kepada Rizky semoga kelas kita semakin kompak, tapi kenapa aku sendiri yang kesannya seperti tidak terlalu dekat dengan mereka. Padahal sebenarnya, teman-temanku sudah mendahului. Bahkan mereka sering pergi keluar dengan teman-teman sekelas untuk bercengkrama. Obrolan dikelompok kami pun terjadi.

“apa yang akan kita ceritakan dalam drama kita teman-teman?” tanya Deni

“gimana kalau kisah sedih aja kayak bencana alam atau sejenisnya?” saran Yudi

“gak usah. Biasanya drama kayak gitu paling banyak diambil untuk membawa suasana menjadi sedih. Saranku, kita buat drama kisah cinta saja. Inikan cocok untuk usia kita yang memerankannya. Mereka pasti pada melongo kalau cerita kita bagus” seru Ayu

MUNGKIN, AKU ISTIMEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang