Sebelum pulang Kak Julian melajukan mobilnya kearah drive thru restaurant cepat saji tersebut. Kak Julian memesan pesananku tadi sekaligus makan malam kami. Dia beralasan tidak ada bahan makanan di kulkas dan sedang tidak ingin belanja dikarenakan bagasi mobil yang sudah penuh dengan barang yang kami bawa dari hotel. Sambil jalan aku memakan mc flurry ku dan sesekali menyuapi Kak Julian yang sedang berusaha menerobos kemacetan ibu kota.
Sesampainya dirumah, kami langsung saling bantu untuk menurunkan barang dari mobil ke dalam rumah. Ketika aku membuka pintu rumah itu pertama kali, aku terharu dengan interior rumah tersebut. Kak Julian benar-benar mendengarkanku ketika aku menceritakan tentang rumah impianku. Ruang tamu yang dilengkapi dengan sofa berwarna biru langit dan karpet berwarna hitam serta dinding yang dipenuhi oleh foto-foto. Aku memasukkan barang-barang yang dibawa Kak Julian ke dalam ruang tamu tersebut. Setelah selesai menumpuk kardus-kardus tersebut, Kak Julian mengajakku untuk mengantarkan koper dan tas ranselnya ke dalam kamar.
Kami berjalan melewati beberapa ruangan dan akhirnya menaiki tangga untuk menuju kamar utama. Di dalam kamar utama tersebut pun sudah terisi lengkap. Kak Julian sengaja mengunci beberapa ruangan di rumah ini ketika aku membeli perlengkapan yang kecil-kecil minggu lalu. Awalnya aku bingung, karena aku tidak tahu apa yang mau kubeli kalau aku tidak melihat langsung apa yang kurang. Tapi sekarang aku mengerti kenapa.
"Kak.. ini kenapa semuanya warna biru-hitam?" tanyaku bingung ketika memperhatikan interior rumah yang di dominasi oleh Biru dan Hitam.
"Kamu suka biru.. kakak suka hitam.." jawabnya ringan sambil mengeluarkan baju dan barang lainnya dari dalam tasnya
"Cuma karena itu?" tanyaku bingung dengan sikapnya. Segampang itukah dia mendesign tema rumah ini?
"Yaa.. sesimple itu.. lagian kakak gak mau kamu gak betah di rumah ini.. dan kakak masih ada 1 kejutan lagi buat kamu.." jawabnya dan kini dia menarik tanganku menuju satu-satunya kamar di lantai bawah.
"Apaan dah kak?" tanyaku bingung ketika dia masih mencari kunci untuk kamar ini.
"Hadiah pernikahan dari kakak untuk kamu.." jawabnya dan pintu itu terbuka.
Sekali lagi aku dibuat terharu dan tercengang dengan kejutan ini. Begitu pintu tersebut terbuka aku melihat sebuah ruangan yang menjadi mimpiku. Perpustakaan mini pribadi. Ruangan tersebut terdiri dari dua rak buku besar yang mendominasi ruangan tersebut. Ditengah-tengah ruangan terdapat sebuah sofa panjang yang biasanya bisa dilihat di ruang konseling dan disampingnya terdapat meja kecil untuk meletakkan minuman dan cemilan. Ruangan tersebut juga dilengkapi dengan ac dan tv berukuran sedang yang tersambung dengan internet dan speaker. Di depan tv terdapat sebuah meja sedang yang disandingkan dengan sofa berwarna hitam.
"Kakk.." ucapku dengan rasa haru yang sangat sehingga tidak bisa berkata-kata lagi
"Makin cinta kan sama kakak.." godanya yang langsung kutanggapi dengan pelukan erat.
"Makasih banget kakk.. bener-bener makasih banget.." bisikku didadanya dan dia memelukku erat
"Apapun untuk istri tercinta kakak.. semoga kamu betah ya dirumah ini.." ucapnya saat dia mengelus kepalaku.
"Okeeyy.. saatnya makan dan kita buka kado-kado ituu.." ucapnya setelah kami berpelukan dalam diam.
"Okeeyyy.." sahutku ceria.
Kak Julian lebih dulu keluar dari ruangan itu disusul olehku yang membiarkan ruangan tersebut terbuka. Diruang tamu Kak Julian sibuk menggeser kardus-kardus tersebut menuju ruang tengah. Ruang tengah ini sepertinya berfungsi sebagai ruang kumpul atau bersantai, karena aku tidak melihat ada sofa disana, walaupun ada tv lengkap dengan home theaternya. Ruang tengah pun bernuansa hitam biru, dimana di depan tv terdapat dua beanbag berukuran besar mendominasi karpet yang diselingi oleh bantal-bantal kecil. Beanbag tersebut berwarna hitam dan biru. Sepertinya rumah ini mempunyai konsep hitam-biru.
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Teen Fiction'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...