Bangkit!
Aku bangkit dari keterpurukan. Melawan luka yang mengancamku mati. Menghapus semua kenangan pahit yang tak layak lagi untuk ku simpan.
Terimakasih kau telah datang untuk singgah. Terimakasih untuk pergimu yang meninggalkan sakit. Terimakasih untuk pengalaman luar biasa; untuk hati.
Aku sadar, tak semua hati bisa memahami hanya atas dasar saling mengenal. Kau contohnya. Mengenalku, tapi tidak bisa memahamiku.
Aku menganggapmu begitu nyata, sementara kau melihatku begitu samar.
Coba tanya pada orang orang disekitarmu, bagaimana rasanya ketika kita selalu ada dan melakukan apapun untuk seseorang tapi tidak pernah dianggap nyata?Aku pernah utuh, kembali utuh adalah hakku.
Walau kini berantakan, serpihan ini akan segera utuh. Bersama waktu yang menatanya kembali.
Aku pernah utuh, lalu runtuh.
Sempat dibenahi, ternyata disakiti.
Akhirnya kini tangguh, sebisa mungkin tak mengeluh!Malam mendung, 18:45
KAMU SEDANG MEMBACA
Menertawakan Kenangan
PuisiUntukmu; yang enggan membaca jujurku, bahkan untuk sekedar membaca sinar mataku. . . . . . Mungkin bisa berawal dari membaca lalu memahami, kemudian memutuskan untuk terus maju atau berhenti, tekad ataupun hati🍃