Satu

10 4 0
                                    

"Dil! Kenapa lo nggak bangunin gue?" teriak seorang gadis cantik yang tampak terburu-buru menuruni tangga.

Laki-laki yang dipanggil hanya melirik sekilas dan kembali melanjutkan sarapannya.

"Dilan! Gue lagi ngomong sama lo nih."

"Udah selesai kan? Kita berangkat sekarang, keburu telat." Dilan mengambil tasnya dan berjalan keluar rumah.

"Ta-tapi gue..."

"Ayo buruan sebelum gue tinggal."

"Ayah, Bunda, kami berangkat ya." Dilan memeluk kedua orang tuanya yang sedari tadi tersenyum.

"Be careful, Boy." ucap sang mama.

"Yes, Mom."

"Deby berangkat ya." Deby mencium pipi kedua orang tuanya dan berpamitan.

Dzahabiyyah Arum Pramana atau yang akrab disapa Deby adalah saudara kembar Dilan Effendy Pramana. Keduanya merupakan anak dari pasangan Yulia dan Freddy yang juga seorang CEO di Prams Corp.

Selama perjalanan, Deby tak pernah berhenti mengumpati sosok laki-laki dihadapannya. Ia kesal sekali. Bagaimana tidak? Saudara kembarnya ini entah lupa atau memang sengaja tidak membangunkannya apalagi ia belum sarapan.

Mereka sampai di parkiran SMA Cendekia. Tanpa basa-basi, Deby langsung turun, menyerahkan helmnya dengan kasar dan berlalu pergi.

Laki-laki itu hanya menatapnya datar dan menyusul adik kembarnya yang beda beberapa menit darinya.

SMA Cendekia merupakan SMA favorit dengan tes seleksi yang ketat. Hanya yang berprestasi dan berduit saja yang bisa masuk. Selain itu, SMA ini juga sering melakukan pertukaran pelajar dengan sekolah lain baik dalam maupun luar negeri.

Feli, gadis manis teman sebangku Deby mengernyit mendapati wajah sahabatnya yang kusut.

"Berantem lagi?" Feli yang sudah khatam dengan sikap Deby hanya menggeleng. Siapa lagi yang bisa membuat Deby manyun-manyun seperti ini kalau bukan kakak kembarnya itu.

"Tahu nggak sih, Fel? Masa Dilan nggak bangunin gue tadi pagi. Trus tampangnya malah sok suci gitu lagi."

"Tapi kan lo nggak telat hari ini, Deb."

"Tapi gue belum sarapan, Fel. Laper tau. Mana semalem gue nggak makan pula. Sumpah ya itu cowok."

"Yaudah tunggu istirahat nanti lah, Deb."

"Hah?! Oh my God.. Feli sayang, istirahat masih lama. Gue bisa mati kelaperan. Gimana nasib masa muda gue?"

"Alay lo lah. PR udah kelar belum?"

Deby tersenyum sombong "Ngapain lo tanya gue?"

"Najis! sombong banget lo. Mana sini gue salin."

"Bangke lo." keduanya tertawa kecil. Begitulah interaksi keduanya. Meskipun saling hina, mereka sudah lama bersahabat sejak SD.

Pelajaran dimulai, pelajaran pertama adalah Matematika. Pelajaran yang menurut Deby amat sangat menguras otak dan tenaganya. Ia selalu lapar setelah pelajaran ini. Jam masuknya tujuh lewat lima belas menit dan selesai jam dua siang. Kelasnya dengan Dilan memang berbeda. Dia berada dikelas 11 IPA.3 sedangkan Dilan dikelas unggulan 11 IPA.1. Intensitas pertemuan mereka hanya sebatas istirahat, dan saat jam pelajaran yang kebetulan sama.

Selama jam pelajaran, Deby tak pernah berhenti mengeluh. Entah ia bosan, lapar, hingga perutnya yang mendadak perih. Ini karena ia melewatkan jam makan paginya hari ini. Akibatnya, magh-nya kambuh. Tak lupa ia juga menyalahkan Dilan atas ini.

The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang