Bag. 22 Kasih yang Sampai (END)

372 12 4
                                    


Hei, readers akhirnya kita sampai di penghujung cerita. Semoga menghibur dan mengandung hikmah yang baik.

Saya ucapkan terimakasih atas waktunya untuk membaca, mem-vote dan berkomentar.

Saya juga mohon maaf jika ada salah2 kata.

Selamat membaca bagian terakhir kisah SKR. 😊😍

***
**
*

“Coba hubungi sekali lagi, Nak?”

Kalimat ibu penuh kekhawatiran.

Sudah hampir tiga jam acara ijab kabul tertunda, sebab sampai detik ini mempelai pria belum juga menunjukkan tanda-tanda kehadiran.

  Penghulu beberapa kali melirik pergelangan tangan, dan menggeleng sebal.

Riuh suara kerabat dan tetangga dekat yang sejak pagi sudah bersiap ingin menyaksikan detik-detik terakhir Rindi melepas masa lajang. Sebagian terlihat berbisik-bisik, sambil sesekali menatap wajah risau Rindi. Mengangguk-angguk.

Apa yang terjadi dengan Mas Marlan? Semoga dia selalu dalam lindunganMu, Rabb.

Hati calon pengantin itu seketika dirasuki kekhawatiran yang berlebih. Ponsel di tangan yang entah berapa kali diarahkan ke kontak milik Marlan, digenggamnya kuat-kuat.

Beberapa wajah yang pernah menekan dan berkata dengan nada mengancam, tiba-tiba berkelebat dalam angan. Memenuhi isi kepala.

“Hah, sok jual mahal! Udah bagus elu yang gua pilih!”

“Kalo gua nggak bisa dapetin elu, jangan harap orang lain juga bisa!”

“Liat aja nanti, bakal gua bunuh siapa pun yang coba deketin lu.”

Hati Rindi gemetar, berulang kali kalimat-kalimat itu begitu mengusik. Dan pikirannya terus berkelana membayangkan sosok Marlan yang terkulai tak berdaya.

Kini Rindi menyadari , sedemikian membahayakannya berada dalam lingkar kemaksiatan. Meski tak sepenuhnya dia menceburkan diri ke dalamnya, tapi tetap saja bahaya itu akan selalu datang mengancam.

Seperti Maya, rekannya di tempat karaoke, ditemukan tewas di kamar hotel dengan tubuh tak lagi bernyawa. Beberapa benda berharga yang melekat di tubuhnya raib.

Juga ada perkelahian antar tamu yang memperebutkan satu pemandu lagu yang berujung pada tindakan anarkis, nyaris melenyapkan kehidupan orang lain.

Apa mungkin Marlan .…

“Rin, lihat itu!”

Aura kelegaan terpancar dari wajah wanita yang melahirkannya. Dengan sigap, telunjuknya mengarahkan pandangan Rindi ke pemandangan di luar rumah.

Senyum bercampur haru beberapa detik saja mengubah kerisauan atas penantian berjam-jam. Seketika garis bibir yang tampak menentramkan itu kembali ditarik. Berganti mimik mengejutkan dengan mata  membelalak.

Marlan? Denis?

Astaga. Bagaimana bisa mereka datang bersama?

Rindi meremas ujung kebaya yang dikenakan. Mengatupkan bibir rapat-rapat.  Berusaha menutupi kerisauan yang begitu kentara di wajahnya. Ia mencoba tersenyum, berusaha menutupi ekspresi yang dirasa aneh.

Seberkas Kasih Rindiani (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang