1

204 31 9
                                    

Ting!

Muncul notifikasi line di gawai Kenna menandakan adanya sebuah pesan masuk.

Kenna membuka gawai dan ia kaget saat mengetahui siapa pengirim pesan tersebut.

Ternyata dari Raka. Kakak kelas pujaan hati. Perasaan sudah tidak karuan dan semakin berdetak kencang jantungnya. Kenna penasaran, apa pesan yang dikirim oleh Raka.

“Eh, tumben,” Kenna bergumam kecil sambil terus meremas ponselnya. Kenna takut, Kenna penasaran, Kenna tidak percaya, tetapi Kenna senang.

Akhirnya, Kenna memberanikan diri untuk membuka aplikasi line, Kenna membaca pesan dari roomchat-nya saja.

Raka
“Na, besok gua jemput. Berangkat sama...”

“Maamaaaaaa....  Kennaaaaaaaa seneng, ma!” ucap Kenna loncat-loncat di atas ranjangnya sembari memegang gawainya setelah membaca pesan dari Raka.

🍭🍭

Brum brumm...
Terdengar suara motor dari luar rumah Kenna, Kenna yang sedang sarapan melahap roti bakar selai dengan cepat dan menghabiskan susu buatan mamanya.

“Na, pelan-pelan! Dihabiskan dulu rotinya.”
Kenna langsung bangkit dari tempat duduknya dan berpamitan dengan Mamanya yang masih bingung menatapnya.

“Kenna berangkat dulu, ya, Ma. Dada!” ucap Kenna yang sedikit terburu-buru meninggalkan Mamanya di ruang makan.

Setelah Kenna membuka pintu, Kenna sudah melihat Raka yang duduk di atas motor sport dan sudah melepas helm fullface-nya.

Kenna kaget tidak percaya, Raka benar-benar menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama.
Kenna disadarkan dari lamunannya ketika Raka sedikit berteriak dari motornya. “Ayo Ken, gua tinggal nih.”
“E..eh i-iya, Kak,” ucap Kenna sambil mendekati Raka.

Raka turun dari motornya dan memasangkan helm ke kepala Kenna.
Kenna menatap manik mata Raka. “Ganteng!” ucap Kenna dalam hati.

Raka menuntun Kenna untuk menaiki motornya. “Ken, siap? Pegangan  ya!” tanya Raka. Kenna hanya menjawab “Iya, Kak.” Ia saat ini sungguh gugup.

Selama perjalanan tidak ada perbincangan sedikit pun. Sudah sepuluh menit perjalanan tetapi Kenna sadar ini bukan arah ke sekolah mereka.
“Kak, mau ke mana?” Kenna memberanikan diri bertanya kepada Raka.
“Ikut gua ya, kita gak usah masuk sekolah. Sehari aja, gak bakal dikeluarin hahaha,” jawab Raka yang asal.

Raka menepikan motonya di pinggir danau. Kenna benar-benar tidak mengerti mengapa Raka membawanya ke sini. Kenna dan Raka sama sama masih diam.

“Bagus ya, Ken?” tanya Raka kepada Kenna. Kenna masih saja diam dan merasa terabaikan, Raka menyenggol tangan Kenna.

“Ken, lo gak denger?”
Kenna terkejut, “Ah, apa, Kak?”
“Bagus ya Ken, dulu gua sering ke sini bareng mantan. Ah, tapi lupain aja. Sekarang udah ada lo,” jelas ulang Raka. Kenna cukup terkejut dan hanya berani mengiyakan ucapan Raka.

“Ken, ke sana yuk?” ucap Raka sambil menggenggam jemari mungil Kenna. Kenna menuruti semua ajakan Raka, mungkin selagi masih bersama.

Kenna menghabiskan waktu dengan Raka. Hatinya sangat senang. Rasanya tidak ingin berakhir.

Hari sudah cukup siang. “Kak, aku capek.”
“Hm, ayo cari makan,” ucap Raka sambil berlari.

🍭🍭

Raka dan Kenna tiba di restauran Jepang 24 jam, Kenna semakin bingung. Mengapa Raka mengetahui salah satu makanan kesukaannya; makanan Jepang. Ya, Kenna sungguh menyukai makanan Jepang, apapun itu.

Seorang pelayan menghampiri Raka dan Kenna. “Silakan,” ucap dari pelayan.

“Ken, mau makan apa?” tanya Raka sambil membuka-buka buku menu.

“Sama kayak Kak Raka aja,” Raka memilihkan Kenna makanan dan menyerahkan buku menu kepada pelayan.

Sembari menunggu, “Ken, ayo jadian?” Kenna kaget dan merasakan sakit karena ia tersadar, Kenna terjatuh dari ranjang kamarnya.

Ternyata, Kenna mimpi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang