Hot Papa 4

17.7K 424 0
                                    

Aku bergegas menuju garasi, membuka kunci mobil dengan remot sebelum membuka pintunya penuh emosi. Duduk dibalik kemudi dan mulai menstater mengendalikan mobilku untuk yang pertama kali.

"Come on Mika, elu pasti bisa!" Aku menyemangati diri sendiri, di tengah situasi hati yang tidak terkendali yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Ada rahasia di antara aku dan papa yang bahkan membuatnya sanggup meneriakiku!

Aku ingin lari, ya lari ke manapun saat ini juga, sayangnya yang ada dipikiranku saat ini hanya dia, anak yang papa tidak suka. Hanya Gilang yang bisa menenangkanku.

Gilang teman pertama yang kumiliki saat baru pindah sekolah. Dia kakak kelas yang selalu ada saat aku membutuhkan bantuan. Sejak SD SMP SMA kami sekolah di tempat yang sama. Aku yang sengaja memilih sekolah bersamanya. Nyaman memiliki bodyguard tanpa pamrih. Aku tau dia mengawasi meski tampak tak peduli. Ya, aku ada di hatinya. Aku tahu dari binar matanya ketika tertangkap basah menatapku. Entah itu cinta atau hanya kasihan karena dia tahu aku sebatang kara.

Dia pandai berkamuflase dalam derai tawa yang selalu dia ciptakan. Aku harap dia tidak pernah mengatakannya. Ya aku nyaman seperti ini, tidak terfikir harus menjawab apa jika orang yang sudah kuanggap kakak menyatakan perasaan cintanya.

Ekspresi wajah Gilang sudah terbayang jika melihatku datang. Dia pasti akan terkekeh geli melihatku datang tanpa supir. Ah aku nggak peduli! Segera aku memasukkan gigi mobil dan menginjak gas perlahan, masih ada ragu. Kutatap gerbang rumah yang masih terbuka lebar. Bermodal nekad dan kursus kilat dari Gilang yang sempat kupelajari diam-diam aku harap itu bisa diandalkan.

"Mika!" Om Reno berlari ke arah depan mobil, gusar sambil merentangkan tangan.

"Awas Om!" Kutekan klakson.

"Turun Mika! Kamu mau kemana? Biar Om yang setir!" Teriak pria itu berusaha membujukku, mungkin dulu dia selalu bisa menaklukanku, tapi tidak kali ini. Kutekan klakson panjang sebagai perintah agar dia lekas pergi dan tidak menghalangi jalanku lagi.

Aku tidak main-main, mobil ini melaju menantang Om Reno yang masih tetap berdiri di sana. Aku harap dia hanya memiliki satu nyawa, sehingga dia tidak seberani itu untuk mempertaruhkan nyawa di tangan gadis yang marah. Terus kuinjak pedal gas hingga akhirnya dia menyingkir. Tidak sia-sia diam-diam belajar menyetir mobil dari Gilang.

Kucengkram stir mobil kuat, mengemudi di jalan yang lenggang memberiku keberanian memperdalam injakan pedal gas. Kecepatan 80 Kilometer perjam nggak peduli ini terlalu kencang untuk seorang pemula. Ya aku marah marah pada situasi ini. Aku juga takut, takut akan rahasia yang papa sembunyikan bisa saja menyakitiku. Atau mungkin menyakiti kami berdua. Aku sudah nyaman menjadi anak papa. Tanpa ada gangguan apapun kami bahagia, lalu sekarang tiba-tiba sebuah rahasia merusak semua.

Bagiku dia Papa terbaik, meskipun darahnya tidak mengalir di tubuh ini. Segala kasih sayangnya membuatku merasa menjadi anak yang sempurna.

Mobil CR-Z putih ini sudah melewati dua bundaran simpang jalan perumahan. Ya rumah dia di sana, rumah dengan cat abu-abu putih. Gerbang teralis hitam menjulang tertutup rapat.

Aku mengatur napas agar oksigen bisa stabil dan memberiku sedikit ketenangan perlahan, menyeka sisa bulir bening di sudut mata. Gilang tidak boleh tahu aku sedang punya masalah, aku hanya mau mencari ketenangan di sisinya. Kuklakson berkali-kali agar si punya rumah keluar.
"Sabar!" Suara Gilang teriak dari dalam. Apakah yang membuatnya begitu lama untuk keluar?

Matanya tampak menerka dari kejauhan, mungkin dia tidak menyangka ini aku, Mika yang sering dibully karena tidak pandai menyetir akhirnya bisa membawa mobil sendiri tanpa pemandu atau supir.

"Mika!" Dia terkejut saat kubuka jendela. Benar saja tatapannya seakan tak percaya.

"Cepat buka gerbangnya!"

Hot Papa He's Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang