'ckrek''ckrek'
'ckrek'
"Bagus! Lebih dekat lagi. Yak! Pertahankan"
'ckrek'
'ckrek'
"Gaya lain"
'ckrek'
"Bagus! Cio rangkul pinggang Shani"
'ckrek'
"Tatap wajah Cio, Shani. terus kedua tangan kamu taruh di dadanya Cio. Nah begitu! Sekarang tatap mata Shani Cio! Siip"
'ckrek'
'ckrek'
"Oke! Pemotretan sampai di sini dulu dilanjut lagi Minggu depan. Semuanya terimakasih selamat sore" ucap Dhika -seorang fotografer. Shani dan Cio merupakan salah satu model yang bekerja di bawah naungan FE model manajemen begitupun Yupi.
"Shan, kamu kenapa? Kamu sakit? Coba aku periksa" Cio yang menyadari raut wajah Shani tampak berbeda dari biasanyapun mengkhawatirkan keadaan Shani -temannya. Bisa di bilang begitu-
Cio menempelkan punggung tangan kanannya pada kening Shani
"Kamu sedikit panas, aku anterin kerumah ya" Shani menurunkan tangan Cio yang berada di keningnya lalu menggeleng dan berusaha tersenyum. Dia ingin menunjukkan pada Cio bahwa dirinya baik-baik saja.
"Aku gapapa, aku pulang ke apartemen sama Yupi kok. Aku duluan ya" lagi Shani tersenyum.
"Yaudah, aku anterin sampe bawah" Shani menganggukkan kepalanya.
'brak'
Pintu mobil tertutup. Yupi sudah berada di balik kemudi, sedangkan Shani sudah terduduk rapi di bangku samping kemudi.
Cio pun mendekat setelah Shani menurunkan kaca jendela mobil. Wajah khawatir tertampang jelas. Dia memasukkan sedikit kepalanya kedalam mobil melalui jendela kaca.
"Kalo udah nyampe rumah kabarin aku ya" pesan Cio sembari mengacak-acak lembut rambut Shani.
"Istirahat yang cukup ya"
"Jaga kesehatan" Shani mengangguk
"Jangan tidur terlalu larut"
"Jangan banyak pikiran juga"
"Dah sana. Hati-hati di jalan. Yupi, jagain Shani ya. Pastiin dia aman, selamat, lancar sampe tujuan" Cio masih betah dalam posisinya.
"Tanpa lo bilang pasti gue lakuin. Dah! Menjauh dari mobil! Gue ngga bisa jalan!" Cio tersenyum lalu menjauhkan badannya dari jendela mobil.
Dia melambaikan tangan kepada mobil yang sedikit demi sedikit melaju meninggalkannya. Meski bayangan mobil sudah menghilang, Cio masih berdiri dengan kokoh di sana. Matanya dengan awas memperhatikan setiap gerik mobil itu melaju.
"Maaf tuan, ini berkas yang tuan minta" tiba-tiba seorang laki-laki berbadan besar dengan pakaian serba hitam itu memberikan sebuah map berwarna hitam pada Cio. Tanpa menoleh Cio langsung mengambilnya.
"Semua sudah lengkap di sana tuan" Cio mengangguk-anggukkan kepalanya seraya melihat isi map itu.
"Anak anjing meraung-raung dalam hutan, seekor kelinci bersembunyi ketakutan. Bimo kamu tau apa yang harus kamu lakukan?" Mata Cio menatap lurus kedepan. Matanya terlihat sangat lah tenang.
"Sangat mengerti tuan, akan segera saya laksanakan" setelah membaca map itu Cio mengembalikan kembali map pada Bimo.
"Bagus! Lakukanlah seperti rambut di dalam adonan tepung. Mengerti!?"