Epilog

11K 736 98
                                    

Resepsi pernikahan digelar begitu meriah. Kedua orang tua Sasuke datang khusus untuk acara ini. Saat Yamato berbicara jika Sasuke sembuh lalu mengadakan resepsi pernikahannya mereka menganggap itu hanya lawakan.

Namun mereka salah, Yamato ternyata serius. Sasuke benar-benar sembuh. Padahal mereka sudah ikhlas jika Sasuke tidak sembuh. Mungkin saja kelumpuhan Sasuke karena dosa-dosa mereka yang menekan perusahaan lain hingga bangkrut. Maka jauh dari lubuk hati terdalam mereka benar-benar ikhlas, ikhlas untuk tidak menerima hukuman dari yang di atas.a Jadi dari pada mereka yang mengalami nasib seperti Sasuke, mereka lebih suka jika Sasuke yang merasakannya.

Mikoto dan Fugaku seakan tak percaya dengan kesembuhan Sasuke. Mereka menganggap Sakura adalah Dewi yang turun dari sepeda reot berbaju kumal dengan dengan wajah yang belepotan tepung terigu.

Fugaku pernah mendengar dari anak buahnya, jika yang menculik Sakura dari sepeda mungil yang sudah tua.

Sekarang, mata mereka mengawasi kedua mempelai pengantin baru itu. Mereka berdansa dengan romantis, alunan lagu klasik mengiringi langkah mereka.

Sasuke menyeringai lebar melihat Sakura yang malu-malu. Rasanya dia ingin menggoda istri cantiknya ini.

"Apa yang kau rasakan saat ini love?"

Sakura yang sudah memerah menjadi lebih merah karena sebutan 'love' itu.

"Aku malu mengatakannya Sasuke-kun."

"Jangan malu, kita ini sepasang suami istri. Apa yang kau inginkan?"

"Aku ingin..." Sakura menggantung ucapannya.

"Ingin?"

"Aku ingin"

Sakura menatap Sasuke dan menatapnya seolah mencari sesuatu pada matanya. Sedangkan Sasuke yang dipenuhinya otak mesum, mengira Sakura ingin segera menghabiskan malam pengantin dengan nya.

"Kau ingin?"

"..."

"Aku kepingin pipis." Sakura berkata dengan menunduk malu.

Sasuke tersentak dengan ucapan Sakura. Jadi wajah memerah Sakura itu karena menahan ingin buang air kecil. Mau tidak mau Sasuke menghela nafas, istrinya ini memang sangat polos. Kenapa kepingin pipis saja dia susah mengatakannya.

Yah sangat polos, bahkan terkadang Sasuke tertawa karena tidak bisa melupakan kejadian di kamar mandi.

"Baiklah kita pergi ke kamar hotel."

Mereka berdua segera pamit pada Fugaku dan Mikoto. Tentunya kedua orang tua Sasuke ini tahu niat sang putra. Mereka sudah pasti mendukung keinginan Sasuke jika ingin segera mendapatkan penerus.

"Baiklah segera buatkan aku cucu, aku sangat tidak sabar."

Sasuke hanya menyeringai, keinginan ibunya sangat tidak sulit. Tapi mengingat kepolosan Sakura, Sasuke jadi khawatir jika gadis ini tidak tau hal-hal yang berbau mature.

"Tenang saja nyonya, kami akan membuatkan cucu yang banyak untuk anda." Sakura bicara tanpa tau cara untuk membuat anak. Jangan salahkan otak bodohnya yang tidak tau bagaimana perkawinan dan pembuahan ovarium hingga terbentuknya calon bayi.
Sakura yang jarang masuk karena bekerja demi sesuap nasi tidak pernah mengikuti pelajaran biologi. Jika orang bertanya bagaimana dia bisa lulus, maka jawabannya adalah hal yang lumrah kita lakukan jika terdesak yaitu mencontek.

Mikoto memerah mendengar ucapan antusias dari Sakura. Sedangkan Fugaku menduga jika Sakura mewarisi keagresifan Tsunade.
"Ibu bilang saja ingin cucu berapa? Pasti akan kami buatkan segera."  Sakura berkata dengan yakin dan mantap. Wajah Mikoto semakin memerah.

"Haha semoga Sasuke bisa mengimbangi mu untuk membuat cucu ya sakura chan." Ucap Fugaku.

"Jika Sasuke-kun tidak bisa maka akan aku paksa dengan segala usaha dariku."
Dalam hati sebenarnya Sakura bingung bagaimana cara untuk membuat cucu.

Sasuke hampir tersedak minuman yang ia bawa. Dirinya semakin curiga dengan Sakura yang terlalu bersemangat untuk membuatkan cucu.

'Apa dia yakin?' Batin Sasuke.

"Baiklah kami pergi ke kamar sekarang."

Sasuke menyeret Sakura ke arah kamar hotel yang mereka sewa. Sasuke ingin membuktikan kebenaran ucapan Sakura. Ataukah istrinya terlampau polos hingga dia harus mengajari istrinya ini.

"Sasuke-kun, aku pipis dulu ya...?"

"Hn."

Sakura mengangkat gaun putih pengantinnya ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian dia merasa lega sekaligus segar. Rupanya Sakura juga mandi karena gerah akibat pesta resepsi pernikahan tadi.

Di sudut pesta, Yamato tengah menahan tawa habis-habisan. Tingkahnya itu mengundang kecurigaan bagi Kakashi sang kapten kepolisian di Konoha.

"Apa ada yang lucu, Yamato san?"

"Mungkin." Jawab Yamato enteng.

Kakashi mengangkut satu alisnya.
"Sudahlah, aku hanya berdoa semoga Sasuke baik-baik saja."

Kakashi semakin tidak mengerti.

.
.
.
.

"Sasuke kun, apa yang kau lakukan?" Sakura merasa geli saat Sasuke mencium lehernya.

"Membuat anak."

"Tunggu dulu."

Sasuke menghentikan kegiatannya. "Aku ingat jika dulu pernah memandikanmu."

"Hn. Lalu."

Sakura ragu mengatakannya, tapi demi kesehatan dia harus mengatakan apa yang diucapkan oleh Yamato tadi.

"Sepertinya, sepertinya itu belum di sunat."

"Apa?"

"Itu di sunat dulu ya agar bersih."

"Tunggu dulu... Sakura chan."

"Aku akan bilang kaasama dan tousama jika Sasuke kun akan sunat baru membuat anak."

Yah Sakura mengatakan apa yang diucapkan oleh Yamato. Pria itu bilang jika Sasuke harus sunat terlebih dahulu agar tidak terkena penyakit dan membuat anaknya lancar.

"Jadi untuk malam pertama kau harus sunat terlebih dahulu. Okey."

"Apa?"

Tanpa diduga dokter datang dan membawa Sasuke ke rumah sakit.
'Jangan-jangan mereka dokter sunat.' Batin Sasuke. Wajahnya langsung pucat dan mulai lari menghindar dari kejaran dokter dan perawat itu.

Dokter Hidan berbicara dengan sabar," Tuan Sasuke, ini tidak sakit tenanglah."

"Jika putus semua gimana?!" Sasuke menatap galak Hidan.

"Anda bercanda? Tentu saja tidak akan putus kecuali kecelakaan saat melakukannya."

"Kau gila!""

Karena Sasuke berontak dengan terpaksa Sasuke dibius oleh dokter yang menangani hal seperti itu.

"Aku tidak mau sunat hei hentikan." Sasuke terus berontak ketika perawatan memeganginya.

Lama kelamaan Sasuke tertidur. Kemudian Sakura menemani dirinya hingga rumah sakit.

"Maaf Sasuke kun. Tapi ini demi kesehatan mu hik hik."

Yamato tertawa terbahak-bahak melihat Sasuke yang dibawa ke rumah sakit. Seandainya dulu Sasuke tidak menolak mungkin saja sekarang dia menikmati malam pengantin. Tapi berhubung dia lumpuh dan hampir tidak pernah mandi, Yamato takut jika kulit inti Sasuke banyak kuman yang mengendap. Dengan terpaksa Yamato menggunakan Sakura sebagai alat.

Setelah Sasuke sadar, dia merasa jengkel luar biasa. Meskipun tidak sakit tapi ini memalukan. Bagaimana mungkin seorang Uchiha harus sunat di malam pengantin. Dan setelah mendengar cerita dari Sakura rupanya Yamato dalang dari kesialannya. Untungnya intinya masih sebesar anaconda, jadi dia bisa tenang.

"Akan ku sunat habis kau paman Yamato."

End



Dance with Fire✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang