"huhuhu.... Ibu...hiks...." Suara isakan tangis Soonyoung menggema didepan kuburan dibelakang rumah mereka. Sedangkan Wonwoo, dia hanya menatap batu nisan dihadapannya dengan datar. Tepatnya ia menangis dari dalam.
Ibu mereka, Ratu Minghao, meninggal dengan cara yang menggenaskan. Pada kemarin malam, Wonwoo dan Soonyoung berusaha untuk menyembuhkan luka bakar di tubuh ibunya itu. Karena kemarin... Seluruh tubuhnya terbakar. Namun apa daya, yang bisa mempunyai sihir menyembuhkan hanyalah Mingyu. Dan sekarang, Mingyu telah berada di Serania. Pergi ke sana sama saja bunuh diri.
Minghao pun akhirnya menghembuskan napas terakhirnya tanpa memberikan pesan terakhir kepada kedua anaknya itu. Namun Wonwoo dapat melihat ada sebutir air mata dan mendengar gumaman kecil sebelum dia meninggal.
"Jun..." Begitu gumamannya.
"Kita harus membalas Mingyu,Wonwoo." Soonyoung bangkit berdiri dan menghapus air matanya. Ia menatap Wonwoo tajam seakan ada aura pembunuh dari dirinya.
"Bagaimana caranya?" Tanya Wonwoo dengan malas. Saudaranya itu selalu mengeluarkan ide tidak jelas tanpa memikirkan cara yang dapat mereka lakukan.
"Ayo kesana."
"Kau saja, aku masih ingin hidup." Balas Wonwoo tanpa menatap Soonyoung.
"Ya! Kau takut mati,huh?! Untuk apa kita mempelajari sihir untuk menghancurkan jika tidak kita gunakan dengan baik?" Soonyoung meninggikan suaranya dan mencengkram kerah baju Wonwoo. Wonwoo juga tersulut emosi dan membalas mencengkram kerah baju Soonyoung.
"Kau pikir sihir kita cukup,huh?! Aku tidak sebodoh itu! Kalau bisa kita melakukan itu, aku juga akan pergi sedari tadi membalas dendam ibu dan bukan malah menangisi kuburannya!" Teriak Wonwoo yang dengan sihirnya mendorong dada Soonyoung hingga terpental jauh.
Soonyoung bangkit dengan terbatuk-batuk, ia menatap Wonwoo tajam sekaligus sendu, "aku tidak menganggapmu sebagai saudara lagi, Wonwoo-ya. Selamat tinggal." Setelah itu pria bermata sipit itu menghilang.
Wonwoo terjatuh karena lututnya lemas. Ia menangis meraung-raung didepan kuburan ibunya. Semuanya meninggalkannya termasuk Soonyoung. Ia bahkan tidak tahu kalau itu adalah terakhir kalinya ia akan bertemu saudaranya itu.
Karena.... Ya, Soonyoung pergi ke Serania.
.
.
.
"Argh!!!"Anjir kaget -lsm
Ralat*
Seokmin segera membuka matanya ketika mendengar suara teriakan dari sebelahnya. Ia melihat Mingyu terduduk sambil melipat kedua lututnya dihadapan dadanya dengan tangan bergetar yang masih terikat.
"Mingyu... Ada apa?" Seokmin memegang pundak Mingyu dengan pelan. Mingyu sedikit tersentak sebelum kemudian meraba kearah suara.
"Seo-seokmin?" Seokmin menuntun arah tangan Mingyu untuk menyentuh wajahnya. Setelah bisa meraba wajah Seokmin, ia langsung memeluk Seokmin dengan erat.
"Aku tidak bisa melihat..huhuhu..." Ucap Mingyu disela tangisnya. Seokmin menenangkannya dengan mengelus punggung lebar itu.
"Tenanglah, Mingyu. Kebutaanmu hanya berlangsung sementara saja. Begitu kata ayahku." Jelas Seokmin.
"Apakah...sekarang aku di Serania?" Tanya Mingyu lagi.
"Ya, bahkan kau sekarang ada di kamarku."
"Bagaimana dengan ibuku?" Mendengar pertanyaan itu, Seokmin pun terdiam. Ia sama sekali belum menyiapkan jawaban untuk itu.
"Seokmin?"
"Kurasa kau masih harus istirahat Mingyu. Jangan banyak bergerak." Seokmin berusaha mendorong dada Mingyu agar pria itu bisa berbaring kembali. Namun tangannya ditahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Distance (Seokgyu/Gyuseok) Completed
Storie d'amoreMingyu:" Kau tahu, meski kita dibatasi oleh sebuah retakan. Tetap saja kita ini berdiri di tempat yang sama. Jadi menurutku kau dan aku itu sama. Jadi apa ada alasan yang lain lagi untuk menolakku, Seokmin?" Seokmin: "Kau pikir aku tidak mencintaimu...