16 : Tentang Kita

3.7K 83 1
                                    

Aku berdiam diri dikamar malam ini menunggu hujan datang, karena aku ingin segera menghapus semua kekesalan dari kejadian siang tadi, yang membuatku mungkin terpikirkan entah sampai berapa lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berdiam diri dikamar malam ini menunggu hujan datang, karena aku ingin segera menghapus semua kekesalan dari kejadian siang tadi, yang membuatku mungkin terpikirkan entah sampai berapa lama.

Sebenarnya aku punya dua pilihan, percaya atau tidak dengan apa yang dikatakan Celia tadi, tentang bagaimana Alana mempermainkanku selama ini, yang mana sebenarnya aku sudah tau itu, mungkin, jadi, antara aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan Celia karena memang dia ingin Alana tidak dekat denganku, atau percaya dengan apa yang dikatakan Celia karena buktinya ada dan aku yang merasakannya.

Satu titik hujan hinggap dijendela kamarku, diikuti titik-titik lainnya dan hujan turun dengan derasnya malam ini, aku ambil kursi belajar, kemudian kutaruh didepan jendela dan aku duduk menatap hujan itu sendiri.

*****

Aku berdiri didepan jendela sambil menatap hujan malam ini, aku masih berfikir dan masih jengkel dengan Celia dan apa yang diakatakannya pada Navia membuatku penasaran. Mungkin dia mengatakan hal-hal yang menjelekkanku didepan Navia agar Navia nantinya menjauhiku, atau ada hal lain yang Celia katakan.

Bodoh sekali, aku seharusnya tidak pernah mengakui jika Navia adalah pacarku, karena itu adalah sesuatu yang dapat membuatnya sakit hati (mungkin), aku tak bisa berfikir jernih sekarang, aku harap malam ini hujan dapat menyembuhkan semua rasa penyesalan ini, namun nyatanya tidak. Satu-satunya orang yang dapat memberikan jalan keluar padaku malam ini hanyalah Naya, dan aku akan menjumpainya sekarang.

Aku ambil jaket dan bersiap pergi, Ayah dan Mama sedang tidak ada dirumah dan ini kesempatanaku untuk datang kesana.

Sesampainya disana, aku segera duduk didepan makam Naya dengan guyuran hujan yang masih deras membasahi semua tubuhku. Dimakamnya, kembali aku menyapanya, dan meyentuhkan tanganku kearah nisannya.

"Hei, maap malam-malam begini saya datang menjumpaimu" ucapku. "Nay, sungguh ini adalah sesuatu yang membuat saya sekarang benar-benar bingung" lanjutku. "Jadi, apakah kamu ingin mendengar curhatanku malam ini?" tanyaku.

Aku tunggu kode yang sudah aku sepakati dengan Naya, dan kemudian angin kencang menerpa tubuhku pertanda dia ingin mendengarkan. "Oke, saya mulai ya, Navia, cewek itu sekarang mungkin berusaha untuk menjauhi saya, setelah apa yang saya lakukan padanya, menurutmu apakah saya harus menjauhinya juga, agar dia tidak terus-terusan terluka?"

Tidak ada angin dan daun yang jatuh diatas kepalaku, pertanda Naya tidak mengijinkan. "Oke, memang sesuatu yang bodoh, tapi apa yang harus saya lakukan Nay, mungkin setelah kejadian tadi siang, dia sudah tidak percaya dan mencoba menghindar dari saya" ucapku.

Hujan semakin deras namun aku tak beranjak. "Hmm... susah memang, apa dia marah dengan saya sekarang?" hembusan angin menerpaku pertanda iya. "Iya, pastilah, perasaan saya dengan Navia bagaimana ya Nay saya menjelaskan. Saya, jujur suka dengannya, namun seperti yang sudah saya katakan waktu itu, rasa ini masih belum sepenuhnya padanya Nay, jadi antara saya harus berterus terang dengannya, atau harus menahan rasa ini entah sampai kapan"

Cerita Cinta SMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang