Tepat sudah sepuluh menit lamanya Jikyung memperhatikan kedua sosok Ibu dan anak yang tengah berbincang itu dari koridor.
Yap, mereka Nyonya Kim dan Taehyung.
Setelah menangkap kehadiran sang ibu beberapa saat lalu Taehyung langsung berhambur memeluk Ibunya itu sambil mengucap berulang kali kata Rindu.
Dan saat ini Taehyung tengah mengantar sang Ibu menuju mobil jemputan nya. Setelah supirnya tiba Nyonya Kim pun memasuki mobil tersebut dan tak lupa melambaikan tangannya pada Jikyung dari kejauhan.
Jikyung pun tersenyum sambil sedikit membungkuk kan badannya. Hingga tak lama mobil pun sudah melaju meninggalkan Taehyung yang masih berdiri di depan gerbang.
"Taehyung-ah!"
Sontak Taehyung menoleh setelah mendengar namanya di panggil oleh seorang gadis manis yang tengah tersenyum padanya itu.
Taehyung tertegun. Entahlah senyuman Jikyung selalu mampu membuat hatinya menghangat. Padahal Gadis itu jarang sekali tersenyum. Hingga akhirnya ia pun berlari menghampiri Jijyung.
"Maaf lama. Kau pasti bosan?"
Jikyung pun menggeleng cepat.
"Tidak kok. Aku juga ingin memastikan Bib---maksudku Ibumu pulang dengan selamat."
Mendengar itu Taehyung terkekeh pelan. Astaga wajah merah padam gadis di hadapannya itu membuatnya sangat gemas. Ia bertaruh pasti Jikyung malu karena salah berucap.
"Santai saja. Kau boleh kok memanggil Ibuku Bibi. " Ujar nya mengacak Surai hitam Jikyung.
Jikyung pun tersenyum canggung sambil Merapikan Helaian rambutnya. "K-kalau begitu ayo kita ke kelas." Taehyung pun mengangguk setuju.
Sesampainya mereka di kelas Jikyung maupun Taehyung terkejut tak kala mendapati guru matematika mereka ternyata sudah datang ke kelas.
"Darimana saja kalian!?" Bentak Mr.Lee selaku guru matematika itu, dan hal tersebut mampu membuat seisi kelas terperanjat kaget.
"K-kami..." Jikyung jadi gelagapan. Seumur hidup ia belum pernah di bentak begini oleh guru manapun, ia tentunya takut.
"---Tadinya kami mau membolos tapi tidak jadi dan sekarang kami mau mengikuti pelajaran anda Saem"
Jikyung melotot mendengarnya, ia tak menyangka Taehyung akan mengatakan hal itu. Gawat, citranya sebagai murid teladan akan runtuh setelah ini.
"Yak! apa-apaan kau ini?" Bisik Jikyung kesal. Tetapi Taehyung malah tersenyum,lalu melihat kearah Jimin yang tengah menatapnya penuh tanda tanya.
"Kalian benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya mau membolos di jam pelajaran ku. "
"S-saem.."
"Diam kau Jung Jikyung! Aku tak menyangka kau bisa bolos mengikuti murid pemalas di samping mu itu. Padahal kau murid terpandai di kelas ini."
Taehyung nendecih. "Murid yang kau sebut pemalas ini selalu meraih peringkat ke dua, jika anda lupa." Saut Taehyung dengan tampang santai.
Karena perkataan Taehyung seisi kelas pun jadi ribut karena tawa mereka. Memang benar sih, biar pun nakal Taehyung itu pintar.
"Diam kau! Sudah-sudah kalian aku hukum. Kerjakan semua soal di buku ini!"
Jikyung terperangah setelah menerima buku tebal yang berisikan soal-soal matematika. Dia memang pintar tapi Jikyung tidak terlalu menyukai mata pelajaran itu
KAMU SEDANG MEMBACA
IF WE WERE DESTINED [KTH]
Fanfiction[On Going] "Kenapa kau datang setelah aku berhasil melupakan mu? Kau sudah membuka luka lama di hatiku." -Jung Jikyung. "Maaf, tapi aku tidak bisa jauh dari mu." -Kim Taehyung (REVISI)