"Ekspresi seorang wanita di wajahnya jauh lebih penting dari pakaian yang ia kenakan."
—Dale Carnegie
๑۩๑๑۩๑๑۩๑
Sudah Nero duga sebelum ini, jika pesta itu bukan pesta sederhana yang ibunya bilang. Atau saat ayahnya berkata padanya itu hanya pesta makan malam. Keluarga itu sedang merayakan keberhasilan putra mereka lulus dan kini memiliki gelar master.
Shikamaru Nara adalah pemuda berambut panjang yang sekarang sedang menyapa para tamu di rumahnya. Nero kini berdiri di dekat jendela yang tingginya sampai ke langit-langit—dia sudah mendapatkan kesempatan bersama keluarganya untuk mengucapkan selamat pada pria seumuran dirinya, tapi agak lebih tua darinya dua tahun.
Pertama kali sampai di depan gapura kayu tinggi dan besar rumah keluarga Nara, Nero berpikir mungkin dia bisa menikmati rumah klasik Jepang yang seperti Puri Kaisar di depannya itu. Lantai-lantai kayu sudah berumur, yang pasti dari bahan terbaik. Namun mobil yang ia tumpangi bersama keluarganya segera masuk, tetapi justru berbelok arah ke sebuah rumah bergaya Prancis dekat rumah utama bergaya puri tadi. Di sini sekarang dirinya, berdiri sendiri dengan memegangi gelas sampanye. Sudah lewat setengah jam, tapi Nero masih tidak terbiasa dengan kehidupan barunya.
Di waktu yang sama, keluarga Hyuuga datang dengan ketiga anak mereka. Gadis SMA seperti Hanabi tidak terlalu mencolok, dia hanya mengenakan short dresses berlengan pendek, dan sepertinya diatur oleh keluarganya untuk tidak tampil seksi, lalu dengan putra mereka, mengenakan tuksedo dan dia mengikat rambut panjangnya agak longgar. Namun kali ini, yang menjadi sorotan adalah anak perempuan mereka yang sudah dewasa. Hinata Hyuuga mengenakan gaun malam berwarna hitam ketat, lekuk tubuhnya sempurna, sedangkan di pojok, Nero memandang seakan dia ingin semua hadirin tahu, hanya aku satu-satunya lelaki yang berhasil menyentuh tubuh telanjangnya dan meniduri dia jika aku memanggilnya ke apartemen. Tapi gadis Hyuuga itu buru-buru memeluk Shikamaru Nara dan berbisik selamat tepat di telinganya. "Oh, selamat Shika, kau yang terbaik memang." Nero menarik napas, dan ini untuk kesekian kalinya dia merasa cemburu, tentu kali ini bukan cemburu pada seorang Naruto Uzumaki, yang ternyata dirinya sendiri.
Setelah itu gadis tersebut tersenyum untuk keluarga Uzumaki, memberikan ciuman pipi pada pasangan baik hati itu. Lalu Hinata menoleh, saat sepertinya Kushina berbisik, memberitahukan di mana putranya berada.
"Hei, tampan, boleh kenalan?" gadis itu mendekat, menggoda kekasihnya yang sudah berwajah masam. "Kau pasti ingin tahu, apakah aku kenal dengan Shikamaru? Tentu, aku kenal dia. Dia adalah kakak kelasku."
"Jangan berpikir aku sedang cemburu."
"Kau terlihat cemburu, ayolah, jangan berbohong padaku," Hinata semakin mendekat, tetapi dia tahu apa yang harusnya dia lakukan—tidak membuat keributan, memeluk lelaki itu di sini berarti ada berita besar bagi keluarganya. Hinata terus mengingat di sepanjang perjalanannya ke sini, ini bukan acara di mana keluarganya yang mengadakan pesta, dia tidak harusnya merusak. "Apa kau sudah menikmati kue-kue yang ada di sini?"
"Aku tidak berniat untuk menikmatinya, seluruh pemandangan ini sudah membuatku kenyang," katanya, lalu dia meletakkan gelas sampanye yang tak sampai habis isinya itu ke atas baki yang dibawa oleh seorang pelayan berseragam hitam putih. "Mau ke balkon? Rasa-rasanya di sana lebih nyaman." Hinata bergerak menggandeng lengannya dengan cara yang anggun, bahkan berusaha untuk tak tampil mencolok jika dia sedang dekat dengan seorang pria.
Di tengah percakapan yang serius, Hiashi menyempatkan memandangi putrinya yang terlalu akrab bersama si Naruto Uzumaki itu.
Pertanyaan Hanabi di meja makan, masih berkecamuk bagai toksin yang mencemari otaknya, "Oh, kau tidak apa-apa Hiashi?" Kushina menyentuh tepat pada lengannya karena menyadari teman semasa kuliahnya itu mendadak pucat, Hikari ikut-ikutan mendekat dan berbisik, "Apa kau sakit, Sayang?" dua wanita itu mengerubungi dirinya, bertanya dan makin membuatnya terus merasakan sakit kepala. Lalu Minato justru menambahi dengan berkata, "Tumben kau tidak menikmati perkumpulan ini."
YOU ARE READING
E N O R M O U S ✔
RandomKeluarga kaya raya kehilangan putra mereka dalam perjalanan keliling Eropa. Sementara ada dua pria Jepang yang mengadopsi anak laki-laki dan menjadikannya sebagai pembunuh bayaran andal. Tepat dua puluh tahun kemudian, anak laki-laki itu mulai menge...