Ximen dan Huaze Lei berdiri di depan pintu apartemen milik kedua gadis yang seharusnya sudah siap sejak tadi. Namun sekarang, tak ada tanda-tanda kehidupan berada di balik pintu tersebut. Ximen menatap Huaze Lei yang sudah menelepon Xiaoyi, namun Huaze Lei menggeleng. Tak ada jawaban dari gadis itu.
"Apa perlu kita dobrak saja pintunya?"Tanya Ximen. Huaze Lei menggeleng.
"Apa kau punya nomor Meilin?"Tanya Huaze Lei. Ximen mengangguk.
"Coba kau hubungi dia."Ximen pun mengikuti suruhan Huaze Lei. Di deringan ke empat, Meilin pun mengangkat teleponnya.
"Hello?" Sahut Meilin dari seberang sana. Suaranya terdengar masih serak khas bangun tidur.
"Apa kau tidak bisa melihat jam? Jangan bilang kau lupa dengan janji kalian semalam."Balas Ximen. Jeda terjadi selama beberapa detik. Dan detik kemudian ia mendengar suara pintu di banting dari telepon dan juga dari dalam pintu dimana mereka tengah berdiri. Pintu pun terbuka dan memperlihatkan Meilin yang sudah berpakaian rapi, namun dengan rambut yang acak-acakan.
"Maaf, aku tertidur setelah membangunkan Xiaoyi untuk mandi tadi."Ujar Meilin sembari membiarkan keduanya masuk. Ia mengambil sisir yang tergeletak di meja ruang tengah. Lalu merapihkan rambutnya.
"Lalu dimana Xiaoyi? Aku sudah menghubunginya sejak tadi namun belum ada balasan sama sekali."Meilin yang mendengarnya segera mengecek kamar Xiaoyi yang tidak terkunci. Dan ia melihat sang sahabat masih tertidur dengan piyama yang sama dengan semalam.
"XIAOYI! DEMI ZEUS, INI SUDAH JAM SETENGAH SEPULUH PAGI. SATU JAM LAGI PESAWAT KITA TAKE OFF!"Seru Meilin dengan amat panik. Xiaoyi segera melihat jam dinding yang berada di dekat pintu. Ia dengan panik pun langsung mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi tanpa memperdulikan kedua tamu yang tengah duduk sembari melakukan facepalm.
Beberapa jam kemudian,
Di dalam pesawat China Airlines.Ximen melihat dua orang yang duduk di hadapannya tengah tertidur dengan Xiaoyi yang meletakkan kepalanya di bahu Huaze Lei, dan Huaze Lei yang juga meletakkan kepalanya diatas kepala Xiaoyi.
'Sejak kapan mereka jadi sedekat itu?'Batin Ximen. Ia tak habis pikir, bagaimana caranya dua orang introvert tersebut bisa jadi sangat dekat.
Perhatian Ximen teralihkan saat mendengar suara benturan yang berasal dari sampingnya. Ia melihat Meilin yang tengah menahan kantuknya dengan kedua tangannya menepuk kedua pipinya. Namun matanya tetap saja terpenjam.
"Kau mengantuk?"Tanya Ximen. Meilin yang mendengarnya menggeleng sambil berusaha membuka matanya.
"Aku ingin menemanimu. Aku ke toilet sebentar untuk cuci muka."Meilin berdiri dari kursinya. Namun Ximen menarik tangannya dan membuatnya kembali duduk di kursinya.
"Tidurlah. Kau tidak usah memaksakan dirimu. Kau harus segar saat sampai di Beijing. Karena kau akan berlatih dua hari full untuk kompetisi nanti."
Meilin menggeleng, mencoba memaksakan dirinya. Tetapi Ximen tak membiarkannya. Ia tetap bersikeras menyuruh Meilin untuk tidur. Dan pada akhirnya Meilin pun menuruti kata pria berkacamata itu. Ia menyenderkan kepalanya ke kaca pesawat dan tertidur dalam hitungan detik.
Ximen menggeleng, melihat posisi tidur gadis tersebut yang terlihat sangat tidak nyaman. Ia perlahan menarik kepala gadis itu dan meletakkannya di bahunya. Tangan satunya pun memegang ponsel dan memainkannya.
.
"Ngomong-ngomong, kita akan menetap dimana?"Tanya Xiaoyi sembari menyeret kopernya ke luar bandara.
"Kita akan menetap di hotel Waldorf Astoria Beijing. Dan berhubung kita murid spesial, kita mendapat Presidential Suite."Jelas Ximen. Meilin memutar matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DISCONTINUE] Love Is Exist [Meteor Garden 2018 Fanfiction]
Fanfic"Jangan pernah menahan tangismu Lei. Semakin kau menahannya, terasa semakin berat beban yang ada di pundakmu."Gadis itu menatap pria di hadapannya. Pria di depannya menatap ke arah lain, tak ingin menunjukkan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Kau ta...