Happy reading
***
Hari beranjak petang, Anjani mengemasi beberapa barang bawaannya karena besok Anjani dan keluarganya sudah harus kembali ke Semarang.
"An, di luar ada Nak Rudi, anaknya Pak Kasmiran. Kamu temui dulu sana." Kata Hera yang tiba-tiba datang menghampiri putrinya.
"Boleh nggak Buk kalau Anjani nggak keluar menemui Mas Rudi?"
"Ehh, nggak sopan itu namanya. Lagian kan kita besok sudah harus pulang, sana temui dulu sebentar. Di luar juga ada Bapakmu," sahut Hera.
Anjani mengerucutkan bibirnya. Berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya.
"Eh anak perempuan kok jalannya kayak begitu. Yang sopan ah, kamu kayak anak kecil saja." Seru Hera saat melihat tingkah putrinya tersebut.
***
Sampai di ruang tamu terlihat Rudi sedang berbicara kepada Surya.
Surya yang terlebih dulu sadar dengan kehadiran Anjani pun menghentikan pembicaraannya dengan Rudi."Ini dia, yang ditunggu sudah datang." Seru Surya antusias saat melihat kedatangan Anjani.
Anjani mendekat dan mengulurkan tangannya pada Rudi untuk berjabat tanggan sambil sedikit memberikan senyuman untuk Rudi. Rudi pun tersenyum ramah sambil membalas uluran tangan Anjani.
Anjani kemudian duduk di sofa sebelah ayahnya."Ya sudah bapak ke dalam dulu mau beres-beres barang bawaan. An, kamu di sini temani Nak Rudi ajak ngobrol, ya ...." Kata Surya sambil beranjak pergi menyisakan Anjani dan Rudi yang tengah duduk berhadapan.
"Ehemm." Rudi berdehem karena sedari tadi tidak ada yang terlebih dulu membuka obrolan.
"Besok sudah kembali ke Semarang, Dek?" tanya Rudi"Iya."
"Kok cepet banget."
"Iya, cuma bisa ambil cuti dua hari. Besok sudah mulai bekerja kembali," sahut Anjani.
"Emm apakah saya boleh meminta nomer ponsel kamu?"
Anjani terdiam.
"Dek."
"Eh, iya Mas."
"Bagaimana, boleh kan?"
Anjani mengangguk kemudian menyebutkan nomernya yang langsung disimpan di ponsel Rudi.
Setelah itu obrolan kembali berlangsung, hanya Rudi yang terlihat antusias berbeda dengan Anjani yang enggan dan ingin segera mengakhiri obrolan.***
Di lain tempat Dion sedang uring-uringan karena dari tadi panggilan telponnya tidak diangkat oleh Anjani.
"Dari tadi nggak diangkat, ke mana aja sih?" gerutu Dion.
"Telpon siapa sih?" Tiba-tiba Siska datang dan memeluk Dion dari belakang. Dion terkejut kemudian mematikan sambungan telponnya dan memasukan ponsel kedalam sakunya.
"Bukan siapa-siapa." Sahut Dion sambil membalikan tubuhnya.
Dion kembali terkejut saat Siska menyergap bibirnya dengan rakus. Dion pun tak tinggal diam, ia membalas ciuman Siska tak kalah agresifnya.
Dion kemudian membopong tubuh ramping Siska. Siska mengaitkan kedua kakinya di pinggang Dion, sedang kedua tangannya memeluk leher Dion.
Dion membawanya ke atas ranjang untuk memulai aktifitas ranjangnya malam ini bersama Siska.***
Anjani dan keluarganya sampai di Semarang saat fajar tiba.
Karena sangat lelah, Anjani memutuskan membolos sehari lagi.
Sampai di kamar, Anjani langsug mencoba menghubungi Dion. Sudah tiga kali panggilan namun tak ada jawaban.
Anjani menghela nafas, kemudian masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya.Anjani keluar kamar sudah dengan setelan kerjanya.
"An, kok pagi bener berangkatnya masih jam enam lho ini." Sapa Hera yang sedang menyiapkan makan pagi untuk keluarganya.
Sampai di rumah Hera memang tidak mengistirahatkan tubuhnya. Ia hanya membersihkan dirinya dengan mandi kemudian langsung berkutat di dapur melaksanakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.
"Eh iya, Buk. Ini sekalian bareng sama Pak Dul. Anjani masih capek, males kalau harus nyetir sendiri."
"Tapi ini sarapannya belum mateng."
"An sarapan di kantor saja," sahut Anjani.
"Ya sudah hati-hati. Adik-adikmu juga kelihatannya masih capek, paling-paling pada nggak berangkat sekolah," sahut Hera.
"Ya, biar mereka istirahat dulu. Anjani berangkat dulu, Buk. Assalamualsikum."
"Walaikumsalam."
Anjani pergi dengan Pak Dul yang mengemudikan mobilnya.
***
"Pak Dul, saya diantar ke apartemen saja." Kata Anjani pada Pak Dul salah satu supir pribadi Dion yang diutus untuk mengantarkan Anjani dan keluarganya pergi kemarin.
Pak Dul adalah supir kepercayaan Dion yang ia bawa dari kediaman ibunya.
Dion sudah mengenal Pak Dul dari ia kecil karena dulunya Pak Dul supir pribadi ibunya."Iya, Mbak," sahut Pak Dul.
Setelah sampai di apartemen Pak Dul berpamitan pada Anjani.
Anjani mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dan menyerahkan pada Pak Dul."Nggak usah Mbak, saya sudah digaji sama Mas Dion."
"Ini rejeki Pak, jangan ditolak. Ini ada sedikit oleh-oleh untuk anak Bapak di rumah." Anjani juga menyerahkan dua kantong plastik pada pak Dul.
"Wah terima kasih, Mbak. Mbak baik sekali." Sahut Pak Dul sambil menerima pemberian Anjani.
Anjani tersenyum ramah, "saya yang harusnya berterima kasih."
"Kalau begitu saya permisi dulu, Mbak." Pak Dul pun kemudian pergi menggunakan ojek online.
***
Dion membuka matanya masih ada Siska yang bergelung di dalam selimut yang sama dengannya. Dion bangkit dari ranjangnya menuju kamar mandi untuk membersikan dirinya.
Tubuhnya terasa segar setelah mandi, masih dengan hanya melilitkan handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya ia memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai.
Ia merogoh saku celananya mengambil ponsel dan terkejut mendapati tujuh panggilan tak terjawab dari Anjani.
Dan satu pesan yang mengatakan bahwa Anjani sedang berada di apartemen.
Dion bergegas memakai pakaiannya dan pergi menuju apartemen meninggalkan Siska yang masih tidur pulas setelah aktifitasnya tadi malam bersama Dion.***
.........bersambung......
Semarang, 28 Oktober 2018
Salam
-Silvia-
Repost 22-01-2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Wanita Kedua (TAMAT)
RomanceWarning!!! Dewasa 18+ Rasita Anjani, perempuan berusia dua puluh enam tahun yang jatuh cinta pada Dion Rius Hartanto, seorang pria beristri yang berumur sepuluh tahun lebih tua darinya dan sudah memiliki dua orang putra. Selama lima tahun cintanya...