Days 1

11 3 2
                                    

Mata ku perlahan terbuka, itupun karna suara ribut di sekitar ku yang entah ada apa. Kini aku sudah sadar sepenuhnya. Keningku mengernyit mendengar tangisan diantara suara ribut tersebut. Ada apa ini?

Aku menoleh ke sebelah kiri dimana kaca bus berada. Terlihat pohon-pohon menjulang tinggi di sepanjang jalan, entah pohon apa itu. Aku sudah sadar sepenuhnya tapi masih tidak bisa mencerna keadaan yang terjadi sekarang.

Aku terus memperhatikan keluar kaca bus, tidak menghiraukan keributan yang terjadi. Keningku mengernyit heran,tidak ada satupun kendaraan yang melalui jalan ini,hanya ada bus yang kutumpangi saja. Oke sekarang aku mengerti penyebab dari keributan ini terjadi. Aku menoleh ke sebelah kananku, kosong. Daffa tidak ada di tempat duduknya.

Aku beranjak dari tempat untuk menemui Bu May. Dia adalah guru yang ditugaskan ikut di bus ganda. Dilihat dari mimik mukanya Bu May sangat gelisah—mungkin ketakutan. "Maaf Bu,tapi ini ada apa?kenapa ribut sekali sampai ada yang menangis?"

"A-anu"

"Anu?"

"Kita tersesat" ucap Bu May lemah.

"Loh Bu bagaimana bisa?kenapa bisa sampai tersesat?lalu kalau begitu kenapa bus nya terus berjalan buakannya putar balik saja?"

"Ibu juga gak tau. Di GPS arahnya sudah benar tapi sejak tadi jalan ini seolah tidak berujung bahkan tidak ada belokan satupun. Ibu juga sempat menghubungi Kepala Sekolah tapi tidak tersambung. Oh Tuhan bagaimana ini?" jelas Bu May kawatir. Hah lalu harus bagaimana sekarang?

Mungkin perasaan tidak enak yang selalu hinggap di diriku karna ini.

Aku kembali menuju bangku ku mencoba menenangkan diri. Ketakutan perlahan menyerangku, jika tau akan seperti ini lebih baik aku tidak mengikuti acara liburan apapun selamanya. Tiba-tiba aku teringat pesan ibuku sebelum pergi, aku langsung mengambil handphone di tas kecil yang ku bawa.

Damn!tidak ada sinyal.

Tuhan, aku berharap ini hanya mimpi. Aku menampar keras pipiku untuk memastikan, sakit.

Suasana di bus ganda sudah mulai sedikit teratasi. Keributan isak tangis kini berganti dengan do'a yang tak henti dipanjatkan, berharap ada sebuah keajaiban yang dapat membuat mereka dapat keluar dari hutan ini.

Oriza sedari tadi hanya melamun sampai dimana dia sadar bahwa Daffa tidak kunjung datang. Oriza kembali beranjak dari bangkunya dan mencari Daffa.

Tujuan utama sekarang adalah Toilet.

Cklek

Dibukanya pintu toilet dan betapa kagetnya dia mendapati seseorang tergeletak di sana. Oriza segera berlari menuju Bu May untuk meminta bantuan.

Daffa orang itu adalah Daffa.

Bu May meminta beberapa siswa laki-laki di sana untuk menggotong Daffa ke bangkunya, yeah karna tidak ada tempat lain lagi yang cukup layak.

Oriza langsung mengobrak-abrik tas nya untuk mencari minyak kayu putih yang dia bawa, ketemu. Segera minyak itu di dekatkan ke hidung Daffa dan tak lama Daffa pun tersadar. "ng..." lenguhan kecil Daffa.

"Syukurlah" ucap semuanya termasuk Oriza yang kini sudah berkaca-kaca.

Kini Daffa sudah tersadar sepenuhnya, sudah tau juga bila mereka sekarang tengah tersesat. Daffa masi tidak bergeming semenjak mengetahui bahwa mereka tersesat. Tatapannya menatap lurus, ekspresinya tidak terbaca. Tapi, tangannya tak henti menggenggam tangan Oriza yang membuat Oriza sedikit tidak nyaman dengan reaksi jantungnya, tapi entah kenapa Oriza jadi merasa aman dan ketakutannya yang tadi perlahan mengurang.

Hari sudah malam. Bus masih melaju dengan kecepatan standarnya. Semua sudah tenggelam ke alam mimpi kecuali Oriza yang kini tengah memperhatikan ke luar kaca bus meski hanya kegelapan yang menjadi pemandangan disana.

Matanya masi menyapu pohon-pohon tinggi di sepanjang jalan sambil memikirkan kemungkinan buruk yang dapat terjadi.

Tiba-tiba saja Oriza terperanjat kaget akibat suara melingking perempuan meminta tolong. Oriza langsung berdiri, melihat ke depan dan belakang nya semua penumpang masih terlelap. Melihat itu Oriza hanya menggeleng-gelengkan kepala, hanya perasaannya saja pikirnya.

Oriza memilih duduk kembali dan mencoba untuk memejamkan mata nya bergabung dengan yang lain. Baru beberapa detik Oriza memejamkan mata terasa ada angin menghembus ke kening nya. Seperti ada yang meniup di depan dirinya. Oriza acuh tidak peduli sampai dimana ada sesuatu yang membelai tangannya sontak dia membuka mata tapi tidak ada apapu ditangannya bahkan genggaman Daffa pada tangan nya sudah terlepas. "Oke ini sudah tidak lucu!!bahkan dari awalpun tidak lucu!" seru Oriza entah pada siapa.Tidak ada sahutan tapi tidak beberapa lama dia dikagetkan dengan sesuatu yang menabrak kaca bus di sebelahnya.

Brug

Sesuatu putih itu bercampur dengan warna merah—merah darah. Dia menempel cukup lama membuat Oriza membisu bahkan organ gerak nya tiba-tiba kaku tidak berfungsi.

Sesuatu itu seperti menggeliat dan terjatuh ke jalan yang kemudian tergilas ban bus yang di belakang. Seketika Oriza dibanjiri keringat dingin.

Kaca bekas menempelnya sesuatu tadi meninggalkan bercak merah dan sedikit goresan. Oriza masih terpaku ke kaca bus itu. Ini pertama kalinya dia melihat sesuatu—mahkluk aneh atau mungkin itu adalah hantu.

Oriza bergetar air mata mulai berlarian keluar. Dia sangat ketakutan tapi tidak bisa berbuat apapun. Oriza terus berdoa dan memanggil orang tuanya, berharap sekarang dia tengah terjebak dalam mimpi buruknya. Tapi nyatanya ini semua kenyataan bahkan sampai elusan dingin di tangannya yang membuat Oriza menjerit. "Aaaaaa!!!"

Tapi tak lama dari situ ada sesuatu yang membekap mulut Oriza. Di tutup nya mata dan mulut Oriza dengan sehelai kain, semua itu terjadi begitu cepat. Lalu tubuh Oriza diseret ke arah toilet secara paksa meskipun tidak ada sedikit pun perlawanan dari Oriza karna dia terjatuh pingsan.

Cklek

Suara pintu terkunci. Oriza ditempatkan—dikunci dari luar oleh sesuatu yang menyeret nya tadi ke toilet.

Pusing, lemas, sakit itu yang aku rasakan sekarang ditambah gelap membuat semuanya seperti porsi komplit dalam hidangan ketakutan.

Aku tersadar akibat suara bising di luar. Dengan sekuat tenaga aku pun berusaha untuk bangun dan menyandarkan diri ku entah pada apa karna aku masih belum membuka sesuatu yang menutup mataku.

Guncangan hebat membuatku tidak dapat memepertahankan posisi ku yang bersandar. Aku terus jatuh terjembam ke lantai bus yang dingin. Setelah dirasa mampu aku berusaha membuka penutup kepala dan mulut.bUntung saja ikatannya tidak terlalu kuat. Semua itu mengingatkan ku pada kejadian buruk yang mungkin tadi malam aku alami, jika sekarang sudah berganti hari.

Terlepas.Aku melihat sekeliling dan sadar sekrang aku ada di toilet. Huh pantas saja dingin. Guncangan hebat kembali terjadi, aku ketakutan dan langsung meraih knop pintu toilet. Damn!! terkunci. Aku menggedor pintu sekeras mungkin berharap ada seseorang yang mendengar di antara kebisingan yang terjadi. "Tolongg......siapun tolong bukakan pintu toilet ini" teriak ku keras tapi tetap saja tidak respon.

Aku mulai kelelahan karana terus teriak meminta bantuan, tapi tidak ada seorang pun yang merespon. Aku sudah ketakutan sampai dimana aku mulai terbanting ke sisi lain toilet bus dan sesuatu keras menimpa kepalaku hingga semuanya buram dan perlahan kesadaran ku tergantikan dengan kegelapan yang perlahan melahapku ditemani dengan sakit yang luar biasa di bagian kepala sebelum semua nya berubah menjadi gelap total yang sunyi.

——————————————

Balik lagi ehe.

Voment nya yang ridho👼😘

10 Novenber 2018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

21 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang