1. KEINGINAN

10 0 0
                                    

Malam hampir dini hari, bulan hampir tergelincir di sapu waktu, cicak-cicak nakal berlarian di dinding dan langit kamar.

Danang gelisah tak dapat memejamkan kedua matanya, otaknya seperti berenang di laut melihat mimpi hari esok.

Angan yang panjang seperti jalanan yang berkelok kadang naik kadang turun kadang menemu simpang yang buntu. Kian lama, menambah gundah tak dapat memastikan, tak pula menafsirkan. Kata ' hari esok ' rupanya adalah misteri malam hari, hampir tiap malam selalu datang dalam bayangan.

Danang oh danang, lelaki lajang yang malang jika harus bergelut keinginan, belum sampai jua, padahal umur sudah berjengkal.

Kali ini, matanya berkelit. Seolah mendapat wangsit, timbul dari cakrawala hari esok.
Kota metropolitan seperti di depan mata, seperti pelangi yang penuh warna.

Pikirnya
" masa bodoh, bila harus meninggalkan rumah, meninggalkan kampung halaman, sudah tekad di telan bulat-bulat. Besok bila masih ada nyawa, bergegas ingin menginjak ibukota, mengejar impian, mencari penghidupan menafsir alam".

Tidak terasa, waktu sudah menjelang pagi, barulah Danang kini tersadar diri, bahwa kelopak matanya hampir menjadi sunyi.

Terbaring di kamarnya, dengan seribu mimpi di hati, Danang mendengkur memeluk bantal, sesekali kentut pula di tidurnya. Lelap dan senyap...

Matahari sudah merah merona, seperti kayu bakar di tungku yang di tunggui si ibu,  terdengar pula kokok tetangga yang selalu gaduh jika membangunkan tidur anak-anaknya.
Kemenyan pagi, sudah terhirup sang bapak di kursi bambu, juga hidangan singkong rebus di bakul anyaman.
Nikmat yang tak terkira jika bersyukur, apalagi menatap hijau daun-daun. Tampak pandang, selayang bunga-bunga mekar, pematang yang luas, burung-burung beterbangan.
Tak lupa terdengar nyanyian kidung jaman nenek moyang. Tembang macapat yang menjadi andalan, orang-orang tua yang menjadi masanya.

Alon-alon jur rungokna pituture wong tua
Gesang puniku
Tansah eling lan ngati-ati
Pijer karya ing alam dunya
Sira tindak solah bawa

Alon-alon, aja dumunung
Merga kabeh bakal pucung
Urip iki mung banyu mili
Aja sira lali ing siji
Tansah pasrah karo gusti
Ben dadi migunani
....

Sayup-sayup suara itu terdengar, sesaat mata danang terbuka dan menampar sorot matahari dari jendela. Begitu gundah, pikir itu kembali lagi, membuat danang enggan berpijak. Tapi kemudian, metropolitan membayang seperti sebuah keinginan yang kuat. Sebuah power yang menggebu bagai embus angin pagi, memaksa kalbu bergelombang seperti lautan, seolah ada kepak sayap burung rajawali yang terbang membumbung, matanya tajam mengintai harapan. Kali ini bukan lagi angan, namun sebuah deru yang berdendang, nyanyian alam yang terus menggetarkan.

Terpaku,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MANUSIA BEBASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang