"Hanya ini yang selamat." Taehyung memberikan buku memo bersampul cokelat dan juga ponsel pada Hyera. "Yang lainnya masih dalam proses."
"Memonya tidak basah?"
Taehyung menggeleng.
Hyera menggaruk pelipisnya. "Bagaimana bisa?"
Taehyung mengendikkan bahunya. "Aku membuat sarapan dulu," ucapnya sebelum mengecup pipi Hyera.
"Buatkan pancake untuk Jiyeon."
"Aku selalu ingat. Kau ingin waffle?"
Hyera mengangguk. Taehyung yang gemas pun mengacak rambut Hyera sebelum pergi menuju dapur. Ngomong-ngomong, mereka berada di rumah Taehyung. Tidak mungkin Hyera membawa Jiyeon ke rumahnya. Percuma, tidak ada orang tuanya.
Hyera tersenyum saat mendapati Jiyeon yang masih tertidur lelap. Wajahnya nampak damai. Sepertinya, sahabatnya itu sudah mulai merasa tenang. Alih-alih membangunkan, Hyera memilih untuk menyiapkan pakaian untuk Jiyeon.
"Hyera..."
Hyera tersentak. Tubuhnya berbalik, mendapati Jiyeon yang sedang mengusap wajahnya. "Apa sudah merasa lebih baik?"
Jiyeon mengangguk. "Dimana ini?"
"Rumah Taehyung."
Jiyeon meringis sembari memegang kepalanya. "Kepalaku terasa berat..."
"Pelan-pelan..."
Jiyeon menghela napas dengan pelan. Pikirannya kembali kacau. Usahanya menyembunyikan amplop beasiswanya gagal total. Amplop itu sudah hancur di tangan ayahnya. Dan saat itu juga, Jimin mendatanginya saat dirinya dalam kondisi terpuruk. Pria itu juga memberi sebuah tawaran yang mempengaruhi masa depannya.
"Aku ingin mandi."
***
"Terima kasih dan maaf sudah merepotkan kalian."
Hyera dan Taehyung saling melemparkan tatapan. Jiyeon pun menyandarkan punggungnya dan mulai menyibukkan diri dengan ponselnya. Taehyung pun melepaskan kacamatanya dan mengusap wajahnya dengan pelan.
"Kau sama sekali tidak merepotkan kami, apalagi aku, oke?" Taehyung menghela napas. "Kami berdua mengkhawatirkanmu. Tidak mungkin aku mengabaikanmu begitu saja. Hyera menyayangimu, tidak mungkin juga aku tidak membantunya."
Jiyeon tersentak saat merasakan sebuah tepukan dari bahunya. Helaan napas pun lolos saat melihat Hyera di sampingnya. Jiyeon pun memegang tangan Hyera yang bertengger di bahunya.
"Thank's." Jiyeon memperbaiki posisi duduknya. "Ngomong-ngomong, apa rumah ini dekat dengan pantai?"
Taehyung mengerjap. "Seperti yang kau lihat."
Jiyeon mengangguk paham. "Itu berarti beberapa meter lagi ada pemakaman umum, kan?"
"Yap," jawab Taehyung. "Kau mau ke sana?"
"Aku belum mengunjungi ibuku selama dua minggu ini. Aku terlalu fokus belajar."
"Kau ingin sendiri? Atau... perlu ditemani?" tanya Taehyung dengan ragu. Pasalnya, sekarang Jiyeon mulai membaik. Dia tidak mau memaksakan Jiyeon.
"Aku sendiri saja." Jiyeon pun bangkit dari duduknya. "Tolong, keluarkan sepedaku."
***
"Bibi, aku beli lima tangkai bunga lili dalam satu buket."
"Baiklah. Tunggu sebentar, Nak. Kau boleh melihat bunga lainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] S. Daddy - P. Babygirl
Fanfiction[BACA TERLEBIH DAHULU TRILOGY = SD + BG] S. Daddy [Sexy Daddy] P. Babygirl [Princess Babygirl] Lee Jiyeon -Siswa tingkat akhir- tidak pernah diberi kebebasan dalam mengejar cita-citanya oleh ayahnya. Kerja, kerja dan kerja. Ayahnya selalu saja menek...