"Ayah! Ayah mau kemana? Dan Ibu juga, Ibu mau kemana? Apa kalian berniat untuk meninggalkanku?" tanya Aiden yang kini sedang berdiri di ambang pintu utama rumah, ia berusaha mencegah kedua orang tuanya untuk pergi dari rumah ini.
Nindia Ayuseta, ya itulah nama dari Ibu Aiden dan Arion William Abhivandya dan itu nama sang Ayah Aiden. Keduanya sedang menatap anak semata wayangnya dengan seksama, mereka berdua saling beradu pandang dan beberapa detik kemudian, Ibu Aiden berjalan ke arah Aiden yang kini sedang memasang ekspresi marah dan sedih.
Nindia tersenyum manis, senyuman yang bisa membuat Aiden lupa segalanya, amarahnya langsung mereda ketika melihat Ibunya tersenyum. Ia mengangkat tangan kanannya lalu menaruh di pipi kanan Ibunya, Aiden menatap kedua bola mata sang Ibu dengan lekat.
"Kenapa, Bu? Kenapa kalian harus pergi?" tanya Aiden.
Nindia mengenggam tangan yang berada di pipinya dengan lembut lalu kemudian mengelusnya.
"Kenapa? Apa kamu sedih?" tanya Nindia dengan wajah serius. Sungguh, baru kali ini Aiden melihat wajah serius Ibunya.
"Te, tentu saja! Anak mana sih yang gak sedih kalau Ibu dan Ayahnya mau meninggalkan rumah? Jelas saja aku marah dan sedih." Aiden menjeda sejenak, ia memejamkan kedua matanya, mencoba meredamkan gejolak di hatinya, "Tolong, Bu, Yah, untuk apa kalian pergi dari rumah kalian sendiri? Apa aku melakukan kesalahan besar sama kalian? Kalau ada, tolong katakan, suatu, tidak, besok akan aku perbaiki kesalahanku, Ibu, Ayah."
"Jadi kumohon, tetaplah … *hiks, di … sini. Ku … kumohon. Aku … tak ingin sendirian."
"Kalau kalian pergi, aku sama siapa Bu? Apa kalian tak memikirkanku?"
Nindia tersenyum, kemudian ia menaruh tangan kanannya di pucuk kepala Aiden, anak tercintanya.
"Baiklah, Ibu akan tinggal disini lagi, iya kan, Yah?" ucap Nindia dan kemudian ia membalikkan tubuhnya dan bertanya kepada sang Suami.
Arion mengangguk dan kemudian tersenyum, "Ya, kami berdua akan tetap disini."
"Benarkah?" Pertanyaan Aiden tak dijawab dan kedua orang tua Aiden hanya membalasnya dengan senyuman kemudian -
PATS!
Aiden membuka kedua matanya ketika mimpinya tersebut berhenti dengan sendirinya. Aiden bangun dari tidurnya dan kedua tangannya mencengkeram kuat selimut yang masih menutupi setengah tubuhnya.
Tatapan mata Aiden menatap kedepan dengan tajam, entah kenapa emosinya jadi bergejolak."APA YANG BILANG 'KAMI AKAN TETAP DISINI' HAH?! KENAPA KALIAN BEGITU PADAKU?! APA SALAHKU SEHINGGA MEMBUAT KALIAN MENGATAKAN HAL SEBULSSHIT ITU PADAKU?!" Dalam satu tarikan napas, Aiden mengeluarkan seluruh emosi yang sudah ada di dalam hatinya sejak kepergian kedua orang tuanya.
"Sialan! Kenapa … apa salahku, Ayah, Ibu … *hiks." Dan inilah emosi terakhirnya, menangis. Ia tak dapat menahan rasa sedih di dalam hati ketika Arion serta Nindia pergi dari rumah dan juga pergi dari kehidupannya.
"Pulanglah … aku akan menjadi anak baik untuk kalian. Aku akan menuruti keinginan kalian jadi … " Ia menjeda, mencoba menahan rasa sesak di dadanya, ia memukul dada kirinya dengan cukup keras, " … temani aku disini, Ayah, Ibu … " Lalu kata yang barusan diucapkan Aiden telah membawa kembali Aiden kedalam mimpi. Remaja ini tertidur setelah ia merasa lelah karena baru saja mengeluarkan semua emosi yang ada di dalam hatinya.
Dan tanpa Aiden sadari, Mizzy yang kini sedang bersandar di pojokan kamar dekat jendela, menatap Aiden dengan baik. Inilah misterinya, ada apa dengan kedua orang tua Aiden sehingga mereka meninggalkan anaknya. Ia pun bingung, mengapa sebuah 'bayangan' bisa hidup, dan mampu mempunyai segala organ tubuh manusia. Ia jadi bernyawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend Is A Shadow
FantasyDi suatu hari, seorang anak remaja berusia 16 tahun tengah duduk di sebuah taman belakang sekolah yang sudah sepi dari para murid SMA Garuda di Jakarta. Saat itu, remaja tersebut sedang menangis dalam diam sembari menyandarkan kepalanya di batang p...