(3). Bertemu Galaksi

3.9K 398 18
                                    

"Kamu bener-bener keterlaluan David." David mendongak untuk mendapati wajah murka sang ibu. "Mama sudah pilihkan perempuan terbaik dari yang terbaik, dan kamu menolaknya begitu saja. Kamu pikir dimana lagi kamu bisa mendapatkan perempuan seperti Arin?" David menutup matanya sambil menghela napas. Dia tahu jika ini akan terjadi.

Arin, perempuan itu pasti sudah mengatakan apa yang kemarin David ucapkan kepadanya.

"Aku nggak membutuhkan perempuan seperti Arin Ma."

"Lalu perempuan seperti apa yang kamu butuhkan?" pertanyaan sang ibu begitu terdengar sinis di telinganya, tapi David sudah terbiasa mendengar itu.

"Perempuan tegas...."

"Seperti Shanika maksud kamu? Kamu menyukai istri sahabat kamu?" kepala David berdenyut mendengar perkataan ibunya. Kalau boleh, dia ingin memiliki istri seperti istri sahabatnya itu, tapi sayangnya tidak ada, atau bahkan dia belum menemukan.

Apa David benar-benar menyukai Sha? Lelaki itu mengagumi sosok Sha. Perempuan luar biasa di matanya. Dia berharap jika Marvel tak akan pernah mengetahui hal ini, karena kalau sampai itu terjadi, maka habislah dia.

"Ma, bukan itu maksudku." akhirnya David bisa bersuara. "Mama tahu gadis bernama Arin itu? Di hari pertama kita ketemu saja, dia udah telat. Mama tahu betul aku benci orang yang nggak tepat waktu." mencoba menjelaskan adalah cara David meredam emosi ibunya. "Dan tolong jangan bawa-bawa istri Marvel dalam masalah ini, kalau ada yang dengar akan menjadi salah paham."

David masih duduk di singgasananya. Tadinya dia sedang berkutat dengan pekerjaannya sebelum sang ibu datang dan membuyarkan konsentrasinya.

"Dan kamu sudah membuat Mama malu."

"Dan Mama sudah membuat aku nggak nyaman." ibu dan anak itu saling memandang dengan sengit. Entah kenapa David merasa harus menegaskan jika dirinya harus memberitahu kepada sang ibu secara tidak langsung melalui tindakannya jika beliau tak perlu terus mendikte hidup lelaki itu.

"Aku udah terlalu tua untuk mendapatkan perlakuan seperti ini dari Mama. Jadi tolong, Mama nggak perlu repot-repot mencarikan aku istri. Aku bisa melakukannya sendiri."

"Dan kamu pikir pilihanmu akan Mama terima begitu saja?"

"Itu urusan Mama. Karena kalau aku sudah menemukan perempuan itu, aku akan memperjuangkan meskipun Mama menolak kehadirannya." ibu David mencengkram tas yang dibawanya mendengar untuk pertama kalinya putranya berani membantahnya.

"Mama tunggu waktu itu datang." setelah mengatakan itu, perempuan paruh bawa itu pergi dari ruangan David. Meskipun David merasa menyesal sudah seberani itu dengan sang ibu, tapi dia berusaha menyangkalnya. Mengatakan kepada dirinya sendiri jika dia perlu melakukan hal seperti tadi agar tak terus-terusan di kontrol oleh ibunya.

Mencoba mengendalikan emosinya, David memutar kursi kerjanya untuk menatap luar gedung kantornya dari ruangannya. Berusaha agar dia bisa segera melupakan apa yang terjadi beberapa waktu lalu dan bisa melanjutkan pekerjaannya kembali.

Sorenya, David melajukan mobilnya ke kantor milik Sydney. Tak ada tujuan ke sana sebetulnya, tapi Kiev meminta tolong agar dia menjemput Sydney. Kiev sendiri sedang berada di luar kota, dan supir yang biasa mengantar jemput Sydney juga sedang pulang kampung. Jadi obsi terakhir adalah David yang menjadi sopir dadakan sekaligus bodyguard buat istri sahabatnya itu. Kampret memang si Kiev ini.

Tanpa banyak bicara, setelah sampai di kantor Sydney, David masuk ke dalam lift. Tak memedulikan jika dia sedang ditatap beberapa gadis sambil tersenyum, bahkan ada yang entah disengaja atau tidak, ada dari mereka yang menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya sok cantik.

Denting CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang