#30: Nero's Wife | END

2.9K 241 20
                                    

"Cinta adalah kekuatan aktif yang bersemayam dalam diri manusia; kekuatan yang mengatasi tembok yang memisahkan manusia dengan sesamanya; kekuatan yang menyatukan manusia dengan yang lainnya."

    —Erich Fromm 

๑۩๑๑۩๑๑۩๑

Bertepatan dua bulan setelah keluarga mereka bertemu di kediaman Hyuuga. Sir Uzumaki memprotes tidak adanya ulur-uluran waktu. Pria tua itu yang paling bersemangat untuk bisa melihat cucunya menikah sebelum dia meninggal. Karena putrinya menyukai sesuatu berbau privasi, bahkan keluarga Hyuuga yang sebenarnya tidak seberapa suka nama mereka terpampang di surat kabar berhari-hari, memutuskan menikahkan anak-anak mereka di Inggris dan terbang dari Jepang menggunakan jet pribadi milik keluarga si mempelai pria. Hanya mengundang keluarga yang dirasa cukup dekat dengan mereka.

Acara berjalan khidmat sampai proses ciuman lalu melemparkan bunga ke arah tamu wanita yang bergerombol. Seluruh bagian-bagian yang melelahkan tersebut kemudian diakhiri dengan resepsi megah yang mengundang setidaknya lima ratu tamu. Dan di sinilah mereka hari ini, setelah acara melelahkan menyita hari-hari tenang mereka, Nero tiduran di atas ranjang empuk dengan masih mengenakan tuksedonya sementara Hinata tertidur pulas bahkan ia sama mengenaskan seperti sang suami—di kamar super besar dengan dekorasi untuk sang pengantin mereka terlelap karena kelelahan.

Kemudian Nero terbangun ketika ponsel sialan berdering entah berada di mana. Ia yakin semua orang pasti tahu bahwa dia harusnya sedang menikmati malam pertama, serta tak ada satu pun yang boleh mengganggu, tetapi siapa yang justru menghubungi dirinya malam-malam begini?

Sambil merasakan beratnya mata itu untuk terbuka sedikit saja, tangannya mencari-cari keberadaan benda kecil itu. Setelah mendapatkannya, dia melihat tiga panggilan tidak terjawab, ditambah ada dua email masuk.

Dia buru-buru terperanjat dari tidurnya, mengucek kedua matanya terlebih dahulu, lalu dia tersenyum seraya berseru, "Ibu Yuen," email tersebut berisikan kata-kata selamat bahkan rasa sesal di mana wanita itu tidak bisa datang, di email lain justru masuk beberapa file surat-surat kepemilikan sebuah rumah dan tanah yang ada di Chiesanuova.

Kau boleh memilikinya dan tinggal di sana bersama istrimu. Dan, tolong rawat beberapa tanaman yang ada di rumah kaca, ada penduduk lokal yang tidak seberapa paham mengurus rumahku, aku terus berpikir siapa yang pantas menjaga rumah itu, ya, aku memiliki seorang anak laki-laki, mengapa tidak untuk mempercayakan dia menjaga rumah kosong milik wanita tua seperti aku. Lalu, aku baik-baik saja di sini sekarang, aku makan tepat waktu, aku tidak minum-minuman beralkohol, aku sehat, bahkan sedang menjadi guru, membuka ruang kelas khusus bagi anak-anak yang tidak menempuh pendidikan di sekolah.

Nero tidak bisa berhenti tersenyum saat Ibu Yuen sepertinya terlihat bahagia di sana sembari wanita itu mengenakan jas dokter yang terlihat kotor, serta melorotkan masker yang ia kenakan sampai ke bagian dagu, berfoto bersama anak-anak di sana yang sedang bermain bola di jalanan berlumpur.

"Naruto," masih mengenakan gaun resepsi pernikahan Hinata merangkak, kemudian memeluk pinggangnya tiba-tiba. "Apakah ini sudah pagi? Kenapa cepat sekali?"

"Tidurlah, ini masih malam, waktu masih panjang," tengah merasakan lengket di kedua matanya, Hinata mendongak. "Kau mau sesuatu? Biar aku panggilkan seseorang di luar untuk membawakan segelas minuman hangat atau obat pereda mabuk."

"Aku sedang tidak mabuk," Hinata menginterupsi, selanjutnya dia menjatuhkan kepalanya ke atas paha suaminya. "Hanya, benar-benar merasakan kantuk," dan semakin mengeratkan pelukannya.

Nero segera meletakkan ponsel ke meja dan kembali tidur. Ia pun memeluk istrinya yang terus bergerak-gerak tidak nyaman karena barangkali gaun resepsi itu yang tidak membuatnya nyaman.. "Apakah gaun itu tidak enak untuk dikenakan? Kau mau ganti pakaian yang lebih nyaman?" dalam pelukan itu Hinata mengangguk. "Sebentar, aku ambilkan piama dari dalam lemari," pria itu turun dari ranjang, setelah itu berjalan menuju deretan lemari. Seharusnya pelayan-pelayan itu sudah meletakkan pakaian-pakaian mereka di dalam lemari, tapi saat dia membukanya, semua isi lemari pakaian itu kosong, hingga membuatnya berpikir apakah dia salah masuk ke dalam kamar?

E N O R M O U S ✔Where stories live. Discover now