BAB I Masa Lalu

3.4K 126 10
                                    


Awalnya mungkin mereka membuat ruangan ini untuk dijadikan ruang rapat. Tapi sepertinya Lintang satu-satunya staf teknik yang berani mengalihfungsikan untuk dijadikan markas besarnya. Disanalah dia menghabiskan waktu hampir 24 jam untuk menyelesaikan pekerjaan. Dia workholic? Bukan! Bukan banget. Dia itu ratunya mepet. Selalu kerja di detik-detik deadline. Meja rapat dengan ukuran1,5 meter x 3 meter penuh semua dengan dokumen-dokumen miliknya. Ah, bukan cuma itu saja, printer, kertas hasil print yang salah, tisu bekas ingusnya, minuman botol yang tidak menyehatkan sampai bungkus snack, semua ada di atas meja. Dan dia? Dengan santai menghadap laptop, menyilangkan kakinya di kursi, fokus dengan kerjaannya. Tidak lupa earphone bertengger manis di telinganya. Lagu-lagu dari rocket rockers kesukaannya mengalun, menghentak, membuatnya gagal untuk merasa ngantuk di jam 11 malam.

"Kopi?" Danu melongok, kepalanya menyembul dari balik pintu yang sedikit terbuka.

"Nggak, makasih." Jawab Lintang singkat menoleh sebentar kemudian lanjut menghadap laptopnya.

"Deadline nya kapan?"

"Besok, hehehe ..."

"Tidur sini lagi?"

"Iya, besok pagi jam 8 harus sudah dibawa ke konsultan."

Danu yang dari tadi hanya di depan ruangan, masuk ke dalam. Duduk depan Lintang, mengamati satu-satunya gadis mungil yang ada di kantornya, ah juga satu-satunya gadis yang terkenal judes. Danu tersenyum, sebenarnya Lintang ini nggak judes, hanya dia nggak mudah akrab dengan semua orang.

"Lo udah denger kabar belum?"

"Hmmm ..."

"Ada yang bakal disuruh pegang gedung SMA lho."

"Owh ..." Lintang tidak tertarik samasekali. Dia tetap fokus dengan kerjaannya.

"Tahu nggak SMA mana?"

Lintang hanya menggeleng, tetap tidak mempedulikan Danu.

"SMA Gajah Mada Bandung!"

Deg ... Kalau boleh Lintang kaget, dan berhenti fokus dengan kerjaannya, saat inilah waktunya. Sekali saja nama SMA Gajah Mada Bandung yang legendaris itu disebut sukses membuat memori Lintang mencuat kembali. Musik Rocket Rockers seakan berlalu begitu saja, karena memang dia tidak menyetel volumenya terlalu kencang, jadi masih bisa mendengar ucapan Danu.

"Dan lo tahu siapa yang disuruh kesana?"

Tanpa disuruh pun jantung Lintang berdetak lebih cepat dari biasanya. Kalau sampai namanya disebut Danu, dia benar-benar akan berurusan dengan dia. Iya, dia yang pernah ada di masa lalu Lintang. Apa mungkin Lintang nggak akan bertemu dengannya?

"Nggak, siapa? Gue?" tanya Lintang hati-hati, sambil komat kamit berharap bukan dirinya yang harus pegang proyek disana.

Danu tersenyum, senyum simpul pembawa kabar buruk untuk Lintang. Bahkan bencana. Kenapa dari sekian banyak SMA, harus SMA Gajah Mada?

"Fani Lintang Larasati."

***

Hampir pagi, dan Lintang belum bisa tidur. Pikirannya melayang ke masalalu, dia nggak menyangka kalau harus kembali kesana. Ke tempat dimana dia bertemu cinta pertamanya. Ah, apa bisa lintang menyebutnya sebagai cinta pertama? Bahkan itu cuma cinta bertepuk sebelah tangan.

Tanpa sadar Lintang tersenyum, wajahnya di ingatan Lintang masih sama. Muka dingin ala-ala Korea masih dia ingat betul. Cowok itu yang sekarang sudah menjelma jadi pengacara terpopuler di Bandung, pesonanya tetap menarik perhatian kaum hawa, termasuk dirinya.

Ali & Lintang (Sekuel Preman Sekolah Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang