22

4.3K 527 91
                                    

Cakra berdiri di depan pintu utama rumah sakit dengan ponsel menempel di telinganya. Sesekali dia berjalan kesana kemari, dan matanya tidak lepas menatap gerbang rumah sakit, menunggu mobil Raka terlihat disana.

Sepuluh menit lalu, Raka meneleponnya. Dia meminta bantuan pada Cakra dan mengatakan akan segera sampai disana. Cakra tidak akan sepanik ini jika saja tidak mendengar suara Raka yang terdengar seperti tidak baik-baik saja.

Cakra merasa ada yang tidak beres dengan suara Raka. Napasnya berat, dan dia seolah sulit berbicara.

Lalu hembusan napas lega Cakra terdengar saat dia melihat mobil Raka berjalan lambat kearahnya. Begitu mobil itu berhenti, Cakra tergesa-gesa menghampiri, dia bahkan yang lebih dulu membuka pintu mobil Raka.

Dan begitu dia melihat Raka di dalamnya, kedua mata Cakra melebar. "Shit!" umpatnya keras.

Ke khawatiran Cakra ternyata benar. Raka sedang menatapnya saat ini. Wajahnya pucat seperti kapas. Begtu juga dengan bibirnya. Tatapannya sayu dan dia seperti orang yang sedang kelelahan.

"Lo kenapa?!" tanya Cakra panik.

Raka tidak bersuara. Matanya sudah hampir tertutup, tapi napasnya terlihat cepat.

Dan ketika Raka mengangkat satu telapak tangannya yang sudah berlumuran darah. Cakra kembali mengumpat, lalu dia berteriak panik meminta pertolongan petugas rumah sakit.

Cakra membantu Raka keluar dari mobilnya. Ekor matanya mendapati bangku yang dipakai Raka terdapat banyak bercak darah. Cakra juga merasakan tubuh Raka yang terasa dingin.

"Ka!" Cakra menatap Raka yang sudah nyaris terpejam. "Buka mata lo!"

"Tolong..." gumam Raka samar. "Jangan beritahu anak-anak."

Dan itu kalimat terakhir yang mampu Raka katakan sebelum dia pingsan dalam pelukan Cakra.

***

"Kamu yakin gak mau ke rumah sakit?" tanya Adrian lagi untuk ketiga kalinya.

Mala menatapnya sebal. "Lutut aku cuma lecet Adrian. Gak harus di amputasi!"

Adrian berdecak. "Aku gak suka kalau hal kaya gini dibuat jadi bahan candaan."

"Ya habisnya kamu... kan lututnya baru aja kamu obati. Pakai perlengkapan P3K di rumah aku juga bisa. Gak perlu ke rumah sakit. Kamu aja yang lebay."

"Kamu gak tau apa, aku hampir aja pingsan lihat kamu di seret kaya tadi?"

"Aku yang keseret kenapa jadi kamu yang pingsan? Lagian kamu gak ngapa-ngapain juga! Yang harusnya pingsan itu Raka, kan dia yang capek ngejar pencopetnya. Lihat aja tadi, Raka sampai ngos-ngosan gitu."

Demi menghentikan ocehan Mala yang menyebalkan, Adrian menjepit bibir Mala yang mengerucut dengan telunjuk dan jempolnya.

Sementara Leo yang berdiri tidak jauh dari mereka hanya bisa mendengus jengah. Dia baru saja pulang sekolah, dan harus di suguhi kemesraan sepasang kekasih itu. Akhir-akhir ini sepasang kekasih itu sering kali bermesraan di depan orang lain.

"Loh, Leo, kamu udah pulang?" tegur Mala saat melihat keberadaan Leo disana.

Leo tidak menyahut, hanya menghampiri mereka untuk melihat keadaan Bundanya. Dia melihat lutut Mala yang telah diperban. Lalu tatapan menuntunya langsung mengarah pada Bundanya.

The Chosen (Sebagian Part Sudah Di Hapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang