BAB 11

62 0 0
                                    


Telah sepuluh menit sejak Azkia masuk kembali ke dalam butik, dan ia penasaran kenapa suasananya cukup hening, lalu Jafar memutuskan untuk masuk ke dalam. Dari pintu masuk ia melihat Izza yang membelakanginya dan sedang mengagumi sosok yang tidak terlihat karena terhalang tirai kamas pas.

"Iz, sudah selesai?"

Izza berbalik. Senyum sumringah terpancar dari wajahnya yang cantik. Matanya membulat tak percaya dan penuh terima kasih kepada sosok yang berhasil meyakinkan sahabatnya.

"Kamu sini deh."

Jafar mengikuti arah yang Izza tunjuk dan kini mereka berdiri bersisian.

"Az coba keluar dong."

"MALU!"

Pramuniaga terkikik geli mendengar emosi yang tersirat di wajah salah satu konsumennya.

"Please Az, aku pengen lihat sekali lagi."

Izza menanti dengan jantung berdebar, karena tidak ada tanggapan apapun dari kamar pas. Saat Izza hampir menyerah membujuk Azkia, tirai disentak dengan kasar dari dalam. Dan sosok yang ditunggu keluar dari kamar pas.

Gaun bewarna biru muda dengan khimar senada disertai aksen soft pink di pinggirannya mempercantik penampilan Azkia. Khimar itu disampirkan ke pundaknya dengan bros bunga kecil yang mempertegas keanggunan Azkia sebagai seorang wanita. Bahkan wajah Azkia yang mengkerut tidak mengurangi sedikitpun rasa takjub di wajah Izza serta pramuniaga yang memperhatikannya.

"Kamu cantik sekali, Az." Girang Izza, ia sampai memeluk Azkia dan gadis itu memberontak.

"Iya mbak, lebih cantik tiga, eh lima kali lipat dari tadi." Cetus pramuniaga spontan.

Azkia mendelik,"Kamu nggak sedang nyindir, kan?"

Wajah pramuniaga langsung gelagapan mendengar komentar Azkia, sampai Izza harus menenangkan pramuniaga tersebut.

"Aku yakin, kalau kamu cantiknya gini, pasti kamu akan dapat jodoh di pestaku nanti." Izza tersenyum

"Aku mau pakai ginian bukan nyari jodoh."

"Tapi jodoh akan didekatkan jika kamu berubah menjadi lebih baik."

"Nggak lebih baik pun banyak juga orang ketemu jodohnya." Sahut Azkia tidak mau kalah. Izza terdiam. Tidak tahu ingin membalas apa. Meski begitu, ketusnya Azkia tidak menyurutkan rasa girang, gembira di wajahnya.

"Tapi, jika kamu berubah lebih baik, jodoh yang baik pasti akan dikirimkan Allah nantinya, Insha Allah." Sahut Jafar penuh keyakinan.

Azkia terkejut, tidak menyadari laki-laki itu ada di belakang Izza dan ia sedang menatap intens ke arah Azkia.

"Aku akan bayar dulu. Kamu bisa ganti bajunya." Izza berlalu ke kasir di temani oleh pramuniaga yang sedari tadi melayaninya.

Setelah ditinggal berdua, Azkia mendadak malu diperhatikan oleh Jafar yang masih tersenyum bahagia. "Terima kasih ya. Kamu udah bikin Izza senang."

"Yah, awas aja kamu kalau bikin dia sedih ketika udah nikah nanti." Ancam Azkia, sungguh kontras dengan keanggunan dirinya dalam gaun itu. Azkia menarik tirai kamas pas hingga dirinya terpisah dari Jafar.

"Hei," panggil Jafar, "benar kata Izza, kamu cantik sekali dengan gaun itu."

Jantung Azkia mendadak gemuruh bagaikan ombak yang marah. Hatinya bergetar tidak menentu hingga tak mampu bersuara. Wajahnya memerah karena tidak tahu bagaimana harus bersikap. Ia memegang jantungnya yang berdegub kencang. Nafasnya memburu, nadinya berdenyut tidak karuan. Ia merasakan seolah demam akan menyerang, namun energi tubuhnya seolah melimpah oleh sesuatu yang tidak dapat dijelaskan.

Ada apa ini? Pikirnya gelisah.

***

Share & Vote jika kamu suka cerita ini ^^

Dear Heart, Why Him?Where stories live. Discover now