9

861 114 16
                                    

Ucapan Kinal masih terngiang di pikiran Shani.

"Asal serius sama gue, gue mah ngga masalah. Gue ngga butuh asal usulnya. Mau dia kaya apa ngga, mau dia cantik apa ngga, mau dia punya kekurangan atau sempurna gue ngga perduli. Gue udah jatuh sama perhatian dari dia, kelembutan suaranya, dan juga ke-posesifannya"

"Dan juga, meski gue sama dia ada sekat, gue merasa bisa selangkah lebih dekat sama dia. Inilah namanya sekat dapat sekat"

'huft'

Shani menghela nafas beratnya kala mengingat ucapan Kinal beberapa hari yang lalu

Di tambah lagi terakhir Shani melihat Kinal bergandengan mesra dengan Naomi membuat Shani bisa menebak jika perempuan yang sudah menggeser kan posisinya adalah Naomi.

"Ck! Kok Naomi sih!" Kesalnya. Shani sedang duduk di pantry apartemen miliknya. Sudah beberapa Minggu ini dia tidak pulang kerumah, entah alasannya kenapa.

Shani menuangkan air kedalam gelas lalu meminumnya kasar. Shani meletakkan gelas itu tak kalah kasarnya

'brak'

"Ngga bisa! Gue ngga terima! Gue harus rebut Kinal lagi. Ya, harus!!!" Ucapnya lagi dengan pandangan menajam.

'aarrrgghhh' Shani mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Gue ngga bakalan biarin siapapun miliki kamu! Kamu cuma milik aku Kinal. Dulu, sekarang ,maupun akan datang. Selamanya kamu tetap milik aku!" Shani menatap tajam kedepan dengan kedua tangan meremas kuat pada cangkir yang dia pegang dengan kedua tangannya.

'drrrttttt drrrttttttt'

Getaran ponsel yang berada di samping kanan mengalihkan perhatiannya.

_____

Kinal duduk di atas kursi meja kerja dalam sebuah ruangan dalam apartemennya. Ruangan itu terdapat beberapa buku yang disusun di beberapa rak, beberapa ornamen dan beberapa buku-buku belajar Kinal. Ya, ruangan itu ruangan rahasia Kinal. Bahkan sahabat Kinal tak ada yang tahu dengan ruangan itu kecuali Boby.

Kinal menaikkan tangan kiri nya diatas meja lalu meletakkan siku di sana dan menegakkannya. Jari telunjuknya ia gunakan untuk mengusap pelipis dengan pelan seraya berpikir.

Sekelibat bayangan kejadian beberapa hari lalu melintas dalam pikirannya.

"Kenapa Nal?" Tanya Naomi pada Kinal yang sedang mengecek keadaan motor matic hijau milik Kinal. Ketika mereka akan pergi ke toko buku, sebelum Kinal menaiki motornya dia merasa ada yang aneh dengan motornya entah ini perasaan belaka atau sebuah firasat. Maka dari itu Kinal mengecek terlebih dahulu motor maticnya.

Kedua alis Kinal menaut dia berfikir keras.

"Ck! Kerjaan siapa ini?" Gumam Kinal

"Nal" panggil Naomi lagi.

Kinal berdiri dan berbalik menghadap Naomi.

"Rem depan belakang aku putus. Kita naik taksi gapapa kan. Maaf ya mi"

Naomi melihat kedua rem motor Kinal lalu beralih menatap Kinal lagi.

"Ini di sengaja" tuduh Naomi.

"Kita harus lapor ke polisi Nal. Ini namanya percobaan pembunuhan" khawatir Naomi.

Kinal tersenyum.

"Biarkan saja. Mungkin orang iseng. Udah ayok nanti keburu sore" Kinal langsung menarik tangan Naomi menuju gerbang universitas.

"Ngga Nal" ucap Naomi sedikit mengeraskan suara dan melepas tangannya "Ngga mungkin cuma iseng. Itu pasti di sengaja! Pasti ada yang ingin celakain kamu. Nal, aku ngga mau mereka atau siapapun melakukan hal itu lagi sama kamu" Naomi masih dengan emosi. Melihat Kinal yang hampir di celakai oleh seseorang membuat nya sangat ketakutan. Disisi lain dia juga khawatir jika memang dia dan Kinal jadi menaiki motor itu.

S E K A TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang