"Sayang?"
Ku lirik sekilas Chanyeol dengan rambutnya yang masih berantakan, wajah bantal dan baju santai yang kusut.
"Tidurmu nyenyak?" Sapaku dengan kembali sibuk memotong beberapa sayur.
"Nyenyak, apalagi dengan kau sebagai gulingku. Tidak ada yang lebih nyenyak dari posisi itu."
"Justru aku yang susah tidur dengan lengan beratmu di pinggangku, Yeol."
"Mmhm?" Aku terkekeh kecil ketika Chanyeol mengecup pelipisku dengan lembut. "Good morning, Princess."
Ku kecup pipinya dan kembali sibuk dengan beberapa sayur yang tersisa. "Morning. Sarapanmu sudah siap di meja sana, setelah itu mandi. Aku akan menyiapkan pakaianmu setelah aku selesai memotong beberapa sayur ini untuk makan siang nanti. Okay?"
Tiba-tiba tubuhku di peluk erat-erat dengan wajahnya yang sesekali ia benamkan di ceruk leherku. "Terima kasih atas perhatianmu, Princess. Tapi hari ini aku libur berkat lembur semalam. Bisakah kau berhenti dengan aktivitas dapurmu? Suamimu butuh perhatian lebih hari ini."
Satu hal yang ku tau setelah menikah dengannya.
Manja.
Jika ia ingin di perhatikan, aku tidak boleh mengatakan tidak atau si bayi besar akan merajuk sepanjang hari, yang pasti akan membuatku kewalahan untuk membujuknya kembali.
Disinilah kita, Chanyeol yang duduk di sofa dengan aku yang ada di pangkuannya.
"Sayang, sarapan dulu ya? Kau bisa memelukku seharian setelah makananmu habis. Aku juga masih harus melanjutkan pekerjaanku di dapur."
Chanyeol menggeleng dengan bibirnya yang melengkung ke bawah.
"Kenapa, hm?"
"Rindu."
Ku kecup bibirnya dan ku rapihkan rambutnya dengan sayang. "Baiklah, bayi. My attention is yours."
Chanyeol tiba-tiba mengelus perutku dengan pelan. "Ngomong-ngomong soal bayi, can we have one?"
"Eh? Padahal kau sendiri yang ingin menundanya karna masih ingin menghabiskan waktu hanya berdua denganku."
"Mungkin sudah waktunya? Aku ingin ada yang menemanimu disaat aku sedang tidak bisa disisimu, aku ingin rumah kita ramai dengan tangisan bayi." Bisiknya.
"Kau yakin?"
Satu kecupan mendarat di pucuk hidungku. "Apa lagi yang harus aku ragukan? Pekerjaanku sudah menjamin untuk masa depan kita. Aku sudah lebih dari siap."
"Baiklah, aku senang akhirnya kau siap."
"Sekarang?"
"...Ya tidak sekarang juga, suamiku yang pintar!" Desisku sembari menjitak jidatnya.
Hari pun kami habiskan dengan mengobrol santai, bercanda ringan dengan beberapa kecupan yang tak pernah absen kami lakukan.
***
"Yeol."
"Hmmm?"
"Kalau aku adalah benda angkasa. Kira-kira aku akan jadi apa?" Bisikku setelah kebetulan melirik langit malam penuh bintang melalui jendela besar di kamar kami.
"Kau tidak akan menjadi salahsatu benda di angkasa."
"Dasar tidak romantis!" Ku tarik selimut menutupi seluruh tubuhku dan berbalik memunggungi Chanyeol.
Ku remas selimut dengan jengkel mendengar kekehan Chanyeol.
"Kau cukup menjadi langit, mau siang ataupun malam akan selalu ada."
"...Gombal." Gumamku pelan, diam-diam menggigit bibir bawah untuk tidak tersenyum.
Tangan Chanyeol kembali mengusap perutku entah untuk yang keberapakali sejak pembicaraan kami tentang bayi tadi siang.
Atensiku kembali tertuju pada langit malam setelah melihat bintang yang paling terang disana. Kata Chanyeol, itu Sirius. "...Bagaimana jika suatu hari nanti aku akan menjadi salahsatu dari bintang-bintang itu?"
Usapan Chanyeol di perutku tiba-tiba berhenti. "Kenapa tiba-tiba bertanya tentang hal yang membuatku takut, hm?"
"Iseng."
"Jangan macam-macam, mendapatkanmu di bumi saja susahnya minta ampun, ini malah ingin menjadi bintang di langin. Jangan merepotkanku, Sayang."
"Gombal terus!"
"Hehehe, tapi aku serius. Jangan bertanya tentang hal-hal yang aku tidak suka, ya?"
"Eh? Kenapa?"
"Jangan membuatku benci siang karna siang yang menghalangi aku untuk bertemu denganmu, jangan buat aku patah hati, jangan buat aku marah. Di langit belum tentu kau akan aman dari godaan pria lain. Kamu mau aku kesana membawa golok untuk menghantam siapapun yang menggodamu disana?"
Tawaku pecah seketika. Ku balikkan tubuhku kembali dan memeluk tubuh raksasanya erat-erat. Kenapa pria-ku tiba-tiba menggemaskan begini?
"Aku mencintaimu. Mungkin aku bukan pria yang tuan putri ini idamkan, tapi kau harus tau bahwa aku tidak pernah berhenti berusaha untuk membuatmu bahagia selalu."
Belum sempat aku berkomentar tentang kata-kata manis Chanyeol yang jarang ia tunjukkan padaku, aku merasakan sesuatu yang hangat menempel di bibirku.
Tak banyak yang bisa ku lakukan selain membalas ciuman hangat Chanyeol, lengannya melingkar erat di pinggangku.
"Aku tau kau sedang di masa suburmu. Kau siap menampung kehidupan baru di perutmu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, Chanyeolku.
RomanceBased on my true story, i changed some plots and scenes to smooth the story. Ya, gitu lah kira-kira.