Sudah hampir 20 menit perjalanan ke tempat tujuan mereka untuk mencari perkap. Air mata Shofie pun kini sudah mengering terkena terpaan angin, dan sekarang dirinya sedikit menggigil kedinginan. Bukan karena dia cewek lemah yang tidak bisa berlama-lama terkena angin, tapi karena Galuh yang mengendarai sepeda motor dengan ugal-ugalan membuat angin terasa lebih kencang dan ditambah lagi Shofie tidak menggunakan jaket. Sempat Shofie meminta Galuh untuk pelan-pelan saja, tetapi percuma karena tidak di gubris sama sekali oleh Galuh.
Galuh memberhentikan motornya tepat di depan toko tujuan mereka, yaitu "TOKO SERBA ADA". Belum sempat motor Galuh berhenti dengan baik, Shofie langsung memegang pundak Galuh dan segera turun. Akibatnya Galuh hampir kehilangan keseimbangan motornya, dengan sigap kaki Galuh langsung turun untuk menahan beban motor dan Shofie.
"Lo gila ya!" sentak Galuh kepada Shofie untuk kesekian kali nya.
"Lo yang gila! Gue udah bilang jangan ngebut-ngebut." Ucap Shofie dengan penuh amarah membuat dirinya ingin menangis. Ia juga tidak sadar kembali menggunakan lo-gue dengan kakak kelasnya ini.
"Manja amat sih lo." Jawab Galuh enteng sambil melepas helmnya dan turun dari motor.
Bukan jawaban yang Galuh dapat, tetapi tatapan Shofie yang susah di mengertinya. Di lihat ternyata Shofie masih menatapnya dengan tatapan yang sedikit berbeda, karena tiba-tiba ada cairan yang keluar dari matanya. Shofie menangis.
Setelah mengamati wajah Shofie, ia baru sadar gadis dihadapannya sedikit pucat dan ditambah dengan air mata yang mengalir.
"Gausa sok cari perhatian di depan gue, ngga mempan." Sebenarnya bukan itu yang ingin ia katakan, tetapi malah kalimat itu yang keluar.
Tidak ada jawaban dari Shofie. Membuat Galuh sedikit gelisah.
"Pinjem jaket." Setelah beberapa saat mereka berdua saling diam, akhirnya Shofie mulai bersuara.
"Enak aja, ini jaket kesayangan gue." Ucap Galuh yang sama sekali tidak peka dengan keadaan.
"Gue kedinginan gara-gara lo, jadi harus tanggung jawab buat minjemin jaket lo itu."
"Ngga ngga, tetep ngga mau gue."
Mendapat penolakan dua kali membuat Shofie hampir menangis lagi. Memang Galuh tidak ada perasaan sama sekali. Sudah banyak kesalahan yang telah ia lakukan tapi tetap saja tidak sadar.
Tanpa berdebat lebih panjang lagi, Shofie langsung pergi meninggalkan Galuh tanpa berkata sedikitpun.
Galuh kebingungan dengan sikap Shofie yang selalu berubah-ubah, membuatnya ada di perasaan bersalah tapi gengsi untuk mengakuinya, dasar Galuh!!
***
Shofie sudah mengambil keranjang untuk dibawanya, biasanya jika pergi bersama kakak laki-lakinya bukan dia yang akan membawa keranjang tersebut pasti kakaknya. Tapi, walaupun sekarang konteksnya sama bersama laki-laki yang lebih tua darinya tidak bisa hal itu berlaku dengan keadaan saat ini.
Galuh kini sudah menemukan Shofie dimana, karena sempat Shofie meninggalkannya.
"Bisa ga sih nungguin dulu?" Ucap ketus Galuh kepada Shofie.
Shofie hanya meliriknya sinis tanpa mau menjawab perkataan Galuh.
"Ohh gitu, okei gamau jawab. Balik aja sendiri ntar." Ancam Galuh.
"Okei, gue balik sendiri. Bahkan sekarang Lo tinggal juga gue ga masalah." Bukan itu jawaban yang ingin didengar Galuh. Dirinya hanya ingin mengancam, tetapi ancamannya tidak mempan untuk Shofie.
"Cerewet ah. Mana list kertasnya sini gue foto, nyebar aja biar cepet." Seharusnya Galuh senang Shofie mau pulang sendiri bahkan mencari perlengkapan sendiri, tapi bukan Galuh jika wanita yang ia perlakukan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Here
أدب المراهقينTidak akan ada yang tahu bagaimana masa SMA kita yang terjadi dengan waktu yang cepat, tapi memiliki begitu banyak cerita di dalamnya. 🕊🕊🕊