1.Jembatan kenangan

2 0 0
                                    

Sebuah surau yang di berada di tepi sungai di batasi dengan jembatan besi di surau inilah tempat ku belajar mengaji, suraunya tidak begitu besar hanya memiliki dua lantai, bangunan nya yang kokoh dengan disign lama sama hal nya surau-surau area pedesaan.

Di sebrang sungai terdapat sebuah rumah bertingkat di situlah tempat tinggal nya. Tempat tinggal orang yang aku sukai.
Aku duduk di kaki jembatan besi mengayunkan kaki ku. Pandangan ku tak pernah lepas pada pintu jendela atas rumah tersebut . Berharap seseorang keluar dari sana lama waktu berselang dia pun tak juga muncul.

Hari mulai magrib sudah banyak teman-teman ku yang berdatangan untuk belajar mengaji, suara azan pun sudah berkumandang aku bergegas turun lalu mengambil wudlu dan melaksanakan sholat magrib.
Pada rakaat pertama seorang laki-laki masuk bergegas berlarian sambil melipat sarungnya.

"Ah dia telat lagi" hati ku berbisik.

Dia selalu saja datang terlambat, tak pernah datang di awal waktu. Tentu saja dia seorang laki-laki yang baru saja aku ceritakan.

Dia bernama Athar dia tidak terlalu tampan lumayan manis warna kulitnya Sao matang dia selalu terlihat bersih rapi bila melewati nya dia juga harum.

Tidak hanya aku banyak kalangan wanita yang menyukai nya dia terlahir dari keluarga berada ayah nya bekerja di pemerintahan dan ibu nya seorang guru di sekolah dasar. Dan juga memiliki beberapa bisnis lainnya. Dia juga terkenal sebagai keluraga jenius, walau di mata orang lain dia terlihat sempurna tapi menurutku dia sangat bodoh dalam mengaji, tajwidnya pun dia sering bertanya padaku mungkin orang tuanya hanya fokus mengajarkan ilmu pendidikan dari pada ilmu agama.

Esok harinya sama seperti biasa aku datang lebih awal dan duduk di kaki jembatan sambil memandangi air yang mengalir sesekali melirik ke arah jendela atas rumah bertingkat tersebut. Tiba-tiba saja batu kecil mengenai kepalaku.

"Aduh sakit" aku menoleh kebelakang dan memastikan siapa yang melempar, terdengar tertawa kecil.
"Ternyata kamu, apa yang kamu lakukan. Kenapa kau melempar kepalaku"
"Justru aku yang bertanya, mengapa kau duduk di sana"
"Aku hanya melihat air saja" jawabku linglung.
"Disana bahaya tau!! Jika kamu terpeleset jatuh lalu hanyut ke sungai bagaimana"
"Aku hati-hati ko ngak akan terpeleset"

Dia turun lalu menghampiri dan duduk di samping ku.
"Adita"
"Yaa!!"
"Apa kau nyaman berada disini"
"Tentu saja"
"Apa yang membuat mu nyaman"
"Airnya"
"Kenapa?"
" Air yang mengalir sama dengan kehidupan" hidup itu seperti air yang mengalir kemanapun arah yang di bawa oleh arus mau ngak mau kita harus mengikuti nya"
"Jadi itu menurut mu"
"Tapi aku lebih suka batu!!"
"Kenapa begitu"
"Walaupun dia tenggelam di dasar lautan dia tetap bertahan dan tak pernah beranjak, dan tetap menikmati hidup nya di sana"
"Namanya juga batu, orang keras kepala saja disebut dengan kepala batu, tidak mau mendengar apa kata orang"

Athar memegang ke dua bahuku mendorong dan menarik balik, sontak saja membuat ku terkejut, dia mencoba menjahili ku tertawa lepas memandangi wajah ku yang ketakutan.

"Kau sengaja ya" sambil memukul bahunya yang tidak terpukul.
Dia berdiri dan melarikan diri saat dia tahu kemarahan buku memuncak. Aku terus saja mengejarnya berlari ke jenjang menurun menuju surau. Larinya begitu kencang hingga aku menyerah untuk mengejarnya. Membujuk dan memegang kedua lutuktku. Aku terperangah menatanya tertawa lepas penuh dengan kepuasan
"Awas nanti kau yaa" ancaman ku.

**Ini bagian pertama, bagi yang sudah membaca mohon sarannya**

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang