Cerita Kang Mugia

205 16 0
                                    

Source: Hystoryana

Ini adalah kisah penulis. Percaya atau tidak hanya sekedar berbagi pengalaman mistis yang pernah dialami penulis tahun 1997 silam. Saat itu saya masih kuliah di Universitas Negeri di Bandung.
Ceritanya saya bersama seorang teman "nyambi" bekerja menjadi marketing untuk sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung. Tugas kami adalah mendistribusikan brosur Perguruan tinggi tersebut ke sekolah-sekolah se Jawa barat.
Kami berdua menggunakan kendaran Suzuki Katana. Mobil yang cukup untuk wara-wiri promosi baik di Bandung maupun antar kabupaten di Jawa Barat. Selepas promosi di Bandung, kami menyelesaikan tugas ke Subang, dilanjutkan ke Indramayu, Cirebon dan Kuningan.
Setiap kabupaten kami selalu menginap karena jarak antar sekolah di tiap kabupaten menghabiskan waktu seharian penuh. Namun untuk Cirebon, kami tak bermaksud menginap. Selesai tugas kami di Cirebon, kira-kira pukul 4 sore kami memutuskan menuju Kota Kuningan untuk menginap dan baru besoknya menyelesaikan tugas promosi ke sekolah-sekolah di Kota Kuningan.
Kami meluncur dari Kota Cirebon, melewati Kota Sumber Kabupaten Cirebon dan menuju Kota Kuningan. Melewati Linggarjati, suasana mulai gelap. Saat itu kira-kira pukul 6 sore (18 WIB). Selama perjalanan menuju kota Kuningan, kami mersa tak enak hati. Penyebabnya sederhana. Sepanjang perjalanan selepas Linggarjati, entah kenapa orang-orang yang kami jumpai sepanjang jalan di kiri-kanan selalu menatap kami. Dengan kendaraan yang melaju tak lebih dari 60 km/jam sangat jelas mereka memerhatikan kami. Sebagian besar dari mereka itu adalah wanita yang "tak kebetulan" cantik.
Sontak kami yang merasa Ge eR dan Narsis berkomentar. "mereka kagum kali ya sama kita" kataku pada Hendra temanku.
"Hahaha... iya kali. Maklum 2 orang Ganteng dari Bandung melintas" jawabnya.
Mobil makin mendekati kota. Dan kami telah di kota Kuningan menjelang bilangan Pendopo Kabupaten Kuningan. Saat itu kami berkomentar (maaf bagi saudara-saudari dari kuningan) "Ini kota kok kecil banget ya?" kataku sambil dalam pikiran membandingkan dengan kota Bandung dan Cirebon. "Iya" jawab Hendra "Mungkin pas kalau jadi Kota kecamatan saja hehehe..." lanjutnya sompral (ngomong asal ucap).
NGIIIIK! mobil di rem sekaligus. Saya hampir membentur dashboard.
"Lo gimana sih nDra... kira-kira kalu ngerem!" Aku ngomel.
"Liat itu di depan....!!! Jalan ilang! mana jalan?" jawab Hendra sambil nunjuk ke arah depan.
Astagfirullah... Kami nyebut serempak. Di depan mobil kami hanyalah semak belukar yang kesorot lampu mobil. Aku pun negok ke kaca belakang mobil, jarak ke kaca belakang memang dekat karena mobil kami kecil.
"Astagfirullah alaziim!" aku pun nyebut dan berdoa apa saja yang mampu kuingat. Di belakang mobil kami pun tidak ada jalan yang seperti awal tadi. Sejauh mata memandang dalam keremangan cahaya lembayung senja hanya semak belukar.

Mungkin sejak awal tidak kami sadari. Awal memasuki wilayah Kabupaten Kuningan, di sepanjang jalan hanya ada mobil kami. Tak ada satu pun kendaraan mobil ataupun sepedamotor di depan atau dibelakang kami. Mungkin juga orang-orang yang dari tadi memandangi kami bukanlah manusia. Mungkin mereka dari alam 'lain'.
Kami terus baca doa-doa hampir 5 menit. Jalan tetap tak terlihat. Lampu mobil hanya menyinari semak belukar. Akhirnya aku berucap "Ya Allah ampunilah Kami yang berbicara sompral!" kataku "Kanggo nu Ngageugeuh ieu tempat, para karuhun kuningan hampura bilah kasigeung, abdi mah ngan saukur heureuy/ kepada yang menempati tempat ini, para leluhur Kuningan, mohon maaf bila tersinggung, saya hanya bercanda!"
Tiba-tiba seperti ada kabut mengelilingi mobil kami. Perlahan kabut menghilang... dan jalan beraspal pun terlihat jelas. Kiri-kanan ruko-ruko terlihat. Tak jauh dari tempat itu arah Pendopo Kabupaten Kuningan terlihat.
"Alhamdulillah...!" Kami serempat bersyukur.
"Aku gak mau nginap disini!" Kata Hendra. "Kita langsung ke Ciamis yuk!" Ajakanya
"Hayuuu...!" Jawabku tak mikir panjang lagi.
Dalam kondisi terburu-buru kami meluncur meninggalkan kota Kuningan menuju Kota Ciamis dengan selamat. Kami menginap di Ciamis. Selesai menunaikan tugas di Ciamis, kami menunda kunjungan ke Kabupaten Tasikmalaya dan Garut. Untuk sementara, kami pulang ke Bandung untuk menenangkan diri.
Demikian kisah nyata yang saya alami.
Mohon maaf bagi masyarakat Kuningan dan para sesepuh di Kuningan jika ada yang kurang berkenan dengan tulisan ini
Salam Mugia Sagung Dumadi

ENSIKLOPEDIA MISTERI HOROR BUDAYA INDONESIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang