Rindu terbatas oleh Mamaku

68 19 1
                                    

     15 November 2018

   Mungkin hanya Vivi saja yang harus menanggung keterbatasan ini. Menahan rindu yang tak mungkin tersampaikan kepada seseorang yang dicintainya, karena Sang Mamanya lah yang bertekad menghambat segala jalan yang terbuka untuk bertemu si pujaan hati.

   Pernah suatu kali Ia berbasa-basi dengan sang Mama,
"Mah kalau Aku main sama yang hitam manis gimana mah?"
"Ooo ya tidak bisa, mau Mama apakan kamu?"gerutu sang mama.
"Hemm, okelah shap 45 deh mamaku tersyantik!!!" kekeh Vivi penuh kepasrahan.

    Di salah satu restoran yang belum lama ini berdiri di Semarang yang menjadi salah satu hal wajib bagi anak muda untuk hanya sekedar nongkrong disana, yaitu Ohana Resto. Ohana ngehits belum lama ini dikarenakan desain interiornya yang megah dan elegan, sehingga tak sekedar untuk nongkrong namun juga berburu spot foto yang menarik ketika disana. Vivi yang baru lulus dari salah satu SMK pastry, berniat untuk melamar kerja disana. Bukan lagi kebetulan tapi emang sudah takdirnya Ia diterima sebagai karyawan pada bidang pastry di resto tersebut. Rasa tak ingin beranjak dari keantusiasannya ketika Ia diterima sesuai bidang yang Ia tempuh. Pagi hari memancarkam kegairahan seorang karyawan baru, itu yang dirasakannya ketika berangkat dan mulai bekerja pada hari ini. Namun, saat selangkah sepasang kaki bersepatu miliknya masuk pada sebuah dunia baru bagai berputar rasanya seperti menaiki bianglala, rasa canggung,rasa malu,rasa tak berani,maupun kegelisahan yang tak sanggup Ia lontarkan. Ia lalu menuju ke kantor HRD resto untuk menemui dan memberitahukan kepada HRD resto tersebut bahwa Ia sudah mula hari pertama bekerja disana. Malu-malu kucing boleh dikatakan sepertinya, Ia berkerja penuh dengan kehati-hatian sesekali memancarkan senyum ramah kepada karyawan lain.

~Waktu menunjukkan jam istirahat~
"Ayo gaes, istirahat makan dulu,lumayan nih 1 jam kita istirahat Lur..." ajak Lusi sebagai kepala bagian pastry.

"Aduh... orderan masih banyak banget nih Bu, gimana kalau Vivi sama Ibu dulu yang istirahat, nanti kalau sudah langsung gantian Aku sama Revi, gimana? gagas Gifta menyarankan.

"Yaudah kalau gitu terserah kamu aja gif, yang penting di pastry ada yang jaga," respon Lusi menyetujui.

   Lalu Vivi dan Lusi bersinggah pada salah satu bakul nasi kucingan seberang resto, mereka tak lupa menyantap nikmatnya segumpal nasi dengan taburan lauk sambal ikan teri disantap dengan sebongkah gorengan, begitu nikmat saat sesekali teguk demi teguk es teh manis menelusuri lubang tenggorokan keduanya disaat terik panas matahari merajuk dalam tubuh. Perut mereka sudah terisi, tak gundah lagi rasanya dan siap untuk menerjang pekerjaan di resto.
Sambil berjalan langkah demi langkah Vivi tak sungkan membuka suatu pembicaraan, "Bu, terima kasih sekali ya aku sudah ditraktir buat makan siang kali ini, nanti kapan-kapan aku timbal balik ya kalau sudah gajian,wkwkw...
"Santai aja mbak, walaupun kamu masih baru tapi saya lihat kamu telaten menerima orderan, jadi lanjutkan ya jangan gerogi hehe..."kekeh Lusi santai.

  Di hari pertama Ia bekerja,bagaikan kerja rodi mungkin ya, karena orderan di resto terus saja datang dan menumpuk untuk dikerjakan. Pukul 3 sore tepatnya Ia mempersiapkan diri untuk pulang kerumah karena pekerjaan sudah selesai. Dengan scooter pinky nya Ia siap melaju untuk pulang. Namun ketika Ia mengegas scooternya tiba-tiba!!!

"Brakkk...!!"
"Eh gimana sih mbk,matanya taruh dimana? Masak orang segede ini gak liat sih?!!"  Cuatan seorang lelaki yang sudah jatuh di depan dalam  permukaan kasar jalan beraspal.
"Lho...lho... jangan asal menyalahkan gitu to mas, seharusnya Anda yang lihat-lihat kalau mau nyebrang, pake mata jangan pake mata kaki!! Gerutu Vivi membenarkan diri sendiri.
"Wah...wah... udah nabrak malah nyalahkan daku, yaudah gini deh mbk ganti rugi sama nomer WA kamu, saya kaget jadi kamu harus ganti itu walaupun saya gak luka apa-apa tapi hati saya tercabik karena kaget." :v Modus Pria itu ada maksud terpendam.
"Heleh... sudah hafal kalik modus yang kayak gini dikalangan cowok-cowok, gak bakal tertipu😲." Kekeh Vivi kesal.
Akhirnya Vivi memberikan nomer WA walaupun sedikit tidak rela, tapi Vivi tak mau berujung panjang ketika sang Pria itu ingin melaporkan Dia pada pihak berwenang.Tanpa basa basi sang pria tersebut langsung sumringah ketika mendapat no. WA dari Vivi.
"Nah...gitu dong mbk dari tadi,hehe."
"Dah puas? Jangan dibuat main tuh no. Awas lu!! Ancaman dari Vivi dengan tatapan mata tanjam kearah pria tersebut. Tak ingin berlama-lama dengan pria tersebut Vivi lanjut mengegas scooternya dan pulang ke rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pahit Bagaikan CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang