Part 1

10 0 0
                                    

"Kerja yang bagus, kawan."kata pujian dari penghianat terbusuk yang pernah ada di dunia ini. Dia hampir membunuh ku.

Aku Dikaendra, seorang mekanik mesin terbang dan tentu saja aku ahli dalam menerbangkannya. Sebenarnya ini bukanlah impian ku sejak kecil. Tapi sejak duduk di bangku SMA, aku mulai menyukai bidang ini semenjak aku mulai mengotak-atik mesin.

                                                                                            ***

"Hei, Bu guru datang! Cepat duduk di tempat masing masing!" teriak Fitria, KM kelas ku. Terkadang aku berpikir, apakah tidak mengganggu kelas yang lain dengan suara memekikkan telinga tersebut yang terdengar lebih keras dari danton paskibra di sekolah ku yang bahkan memakai microphone?

"Anak-anak, keluarkan kertas selembar, kita ulangan ya." dengan santainya guru berbicara seperti itu tanpa memberi tahu terlebih dulu sebelumnya. Tidak berperikemanusiaan. Namun, siapa peduli, aku dikenal teman sekelas sebagai murid paling cerdas dan rajin satu angkatan. Sudah tahu kan hasil ulangan nya seperti apa?

"100,ra?" sahut teman temanku."Beda lah Dika mah." tambah yang lain. Suka pusing kalau memikirkan nama panggilanku di kelas. Ada yang manggil Dika,Ra,Dik.

"Kuliah mau dimana, ra?Kayaknya mah semua PTN kebuka buat kamu, ra." tanya Azka, teman sebangku ku.

"Kayaknya teknik mesin, tapi mesin terbang" jawabku

Azka adalah teman terbaikku di SMA ini, orangnya kalem, tidak terlalu pendiem, suka diajak mengobrol,dan dia juga pintar loh. Statusnya juga rangking 2 satu angkatan. Ter the best lah pokoknya. Waktu terus berlanjut hingga hari pengumuman SNMPTN

"Selamat ya, ra. Kamu diterima di teknik mesin terbang" kawanku memberikan selmat.

"Makasih ya. Kalian juga selamat diterima di jurusan nya masing masing" jawabku

Kata kata tersebut masih terngiang ngiang di kepala ku. Karena di perguruan tinggi berbeda sekali dengan masa SMA ku. Kami tertawa, sedih, bahagia, kecewa bersama sama. Namun, tak lantas membuat ku sulit move on. Aku tetap belajar dengan giat agar aku bisa membahagiakan kedua orang tua ku nanti.

Usaha ku tidak sia sia, aku lulus sebagai lulusan terbaik di perguruan tinggi ini. Kulihat wajah kedua orang tua ku selalu tersenyum saat wisuda ku. Impian ku yang kedua tercapai. Apalagi kalau bukan membahagiakan kedua orang tua ku.

***

Kerja yang bagus, kawanWhere stories live. Discover now