Chapter 2 - Brother -

13.7K 906 5
                                    

Mobil sport tersebut berhenti di depan rumah minimalis bergaya klasik. Aura memandang rumahnya dengan tatapan ragu. Zac yang melihat hal itu menggenggam tangan Aura.

"Apa yang kau takutkan ?" Aura menarik tangannya dan menggeleng.

"Tidak. Aku akan menelfon kakakku"

Aura keluar dari mobil tersebut dan mengambil ponselnya. Pintu pagar rumahnya pasti sudah terkunci. Terbukti dengan gembok besar yang menguncinya.

"Kak Zi. Aura di depan tolong bukain pagarnya dong"

"Lo barusan pulang jam segini ? Lo ini ya dek! Tunggu di sana"

"Okay. Makasih Kak Zi" ucap Aura dan menutup telfonnya.

Aura memutar badannya dan menatap Zac yang ternyata sudah keluar dari mobil. Aura menatap kearah pria tinggi berbadan besar dihadapannya.

"Terima kasih sudah mengantarku. Kau bisa pulang sekarang, kakakku akan membukakan pintu untukku" ucap Aura lembut.

Aura tersenyum manis saat ini. Sejak tadi Aura bersikap kasar hanya karena takut jika Zac akan melakukan hal yang menakutkan. Sikap kasarnya itu hanya sebuah tameng.

Sikap Aura yang tiba-tiba berubah membuat Zac merasa heran. Namun Zac tetap membalas senyum manis yang Aura keluarkan.

"Tidak apa. Aku bisa berkenalan dulu dengan kakakmu" ucap Zac yang seketika membuat Aura melototkan matanya.

"Tidak! Jangan. Kakakku akan marah jika yang mengantarku orang yang tidak dikenal"

Zac menggeleng pelan dan menatap rumah didepannya. Sudah kesini kenapa tidak sekalian berkenalan ?

"Maka dari itu. Aku memperkenalkan diri" ucap Zac langsung melangkah maju ketika pintu gerbang dibuka.

Aura yang tak sempat mencegahkanya harap-harap cemas dibelakang Zac. Gerbangpun terbuka dan memunculkan Kak Zi yang hanya menggunakan bozer.

"Selamat malam" ucap Zac dengan formal.

Kak Zi menatap Zac dengan pandangan herannya dan dia mengalihkan pandangannya kepada Adik satu-satunya itu. Aura hanya tersenyum getir.

"Aura kesini! Kau siapa dan kenapa mengantar adikku ?" tanya Kak Zi dengan nada dinginnya.

Aura berjalan pelan dan berdiri di samping Kak Zi. Aura menatap Zac yang hanya tersenyum samar. Tidak ada raut cemas diwajahnya.

Tidak seperti teman-temannya yang biasanya di tegur Kak Zi. Kata mereka Kak Zi begitu menakutkan. Walaupun hanya sekedar bertatapan.

"Nama saya Zac dan saya teman Reon. Saya hanya mengantarkan Aura karena ini sudah malam" ucap Zac dengan tegas.

Kak Zi menoleh kearah Aura meminta sebuah jawaban. Aura mengangguk menyetujui apa yang dikatakan oleh Zac. Kak Zi mengangguk dan menatap Zac.

"Baiklah, terima kasih sudah mengantarkan Aura dengan selamat. Kau bisa pulang" ucap Kak Zi dan membalikkan badannya.

Aura tersenyum kecil sebelum berbalik mengikuti Kak Zi. Tapi sebuah tarikan membuatnya tertarik ke belakang. Aura merasakan panas tubuh seseorang dibelakangnya.

"Aku akan menghubungimu nanti" ucap orang tersebut yang membuat Aura menegang.

Aura segera mengikuti langkah kaki Kak Zi sebelum kakaknya itu menyadari. Jika Aura belum jalan dibelakangnya dan ikut masuk ke dalam rumah.

*-*-*

Aura memberikan sebuah berkas kepada Mbak Anita. Berkas tentang divisinya. Mbak Anita tersenyum dan berlalu pergi.

Duda Ekor Tiga ( BACA DI DREAME )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang