Bagian 14

22 3 0
                                    

A/N: Mohon maaf author lama update nya. Karena tugas sekolah numpuk 😅

Aku mendengar panggilan itu lagi. Aku membuka mataku. Tampaknya kepalaku dari tadi kuletakkan di atas piano ini. "Semangat banget belajarnya sampai ketiduran," kata Ryuji. Oh? Ketiduran? Aku pun beranjak dari kursiku, "emm... Iya yah... Mungkin kecapean. Aku mau tidur dulu ya".

Aku kembali ke kamarku. Mataku masih terbuka lebar tak bisa tidur. Aku masih kesal dengan sikap Yuko itu. Seharusnya hari ini aku sudah bisa memulai belajar piece favorit ku itu. Tapi gara-gara Yuko yang tadi mengajakku belanja malah jadinya begini.

Aku menatap ponselku yang tergeletak di kasur. Apa baiknya aku merayu mama agar aku bisa pulang?
Aku pun meneleponnya. "Aku mau pulang," ucapku tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"Rina? Maksudmu apa?"
Aku menghela nafas, "apa gunanya aku di sini ma? Aku di sini kan buat sekolah? Dan aku malah... Arghhh ini tidak seperti yang kukira. Aku kira aku ...."
Mama memotong pembicaraan ku,
"Rin... Kamu tidak paham. Kamu tau kan Yuko ...."
"Tidak paham? Mama tidak pernah menjelaskan apapun! Yuko? Apa masalahnya dengan Yuko?" aku memotong pembicaraan mama kembali, aku muak mendengar nama Yuko itu.

Sekarang aku malah kesal dengan orangtuaku sendiri, "terus? Apa gunanya aku di sini? Satu tahun bakalan aku habiskan percuma, ma! Oke. Mungkin aku bisa belajar bahasa Jepang di sini. Tapi itu bisa aku lakukan di rumah kan? Ini tidak masuk akal," lanjutku. Tut tut. Mama mematikan teleponnya. "Sialan!" gerutu ku.

Aku berbaring menatap dinding kamar yang dilapisi wallpaper kupu-kupu itu, "andai aku punya sayap seperti mu. Aku pasti sudah terbang dari sini". Aku hanya membalikkan tubuhku tak nyaman dengan kasur ini.

Paginya aku terbangun dari tidurku. "Ma... Aku boleh pulang gak?" tanyaku kepada Yuko yang sedang menyiapkan makanan di meja makan. "Pulang? Kan kamu sudah di rumah," Yuko terkekeh dan tersenyum manis padaku. Aku memutar bola mataku. Ah mungkin aku memang harus membiasakan hidup di sini. Mungkin orangtuaku juga benar-benar merasa hutang budi kepada Ryuji dan Yuko.

Aku menuju minimarket itu lagi. Tapi kali ini Ayu juga berada di sana. Ayu melambaikan tangannya dengan ceria, "Hey Rina!". Aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis. "Nanti ke pantai yuk! Hari ini dah mulai liburan musim panas," ajak Ayu.

Aku tak menanggapinya. Sebenarnya aku juga ingin melihat suasana pantai di sini. Tapi aku juga mau belajar piano setelah pulang dari sini. "Rin...," Ayu menarik-narik tanganku. "Rina lagi sedih ya?" tanya Diah. Aku hanya menggeleng, "enggak Tan".

Aku melayani para pembeli dengan senyuman yang dari tadi aku paksakan. Sesekali aku membuka ponselku dan stalking profilnya Dave menggunakan akun palsuku. Tiba-tiba Dave meng-upload story Instagram nya.. Aku melongo melihat nya, "hah? Dave di pantai?" gumamku. "Ayu... Jadi yuk ke pantai nya. Ayo sekarang aja".
Ayu menatapku bingung, "hah? Tadi cuek gitu kok tiba-tiba jadi gini?".
"Udah ah.. keburu malam nanti. Nih lihat... Dave juga lagi di pantai," aku menunjukkan story Instagram milik Dave.
Ayu memutar bola matanya, "heh pantesan".

Aku dan Ayu menuju rumah Ryuji terlebih dahulu untuk berpamitan. "Ma... Aku boleh ke pantai sama Ayu?" tanyaku pada Yuko.
"Tentu saja boleh Nak. Sekali-sekali kamu harus tau suasana pantai di sini juga. Tunggu sebentar ya".

Yuko kembali dari kamarnya sambil menenteng tas kecil berisi sunblock dan handuk, "ini bawa aja. Kamu mau bawa baju renang gak?". Baju renang? Hmm biasanya aku hanya pakai kaos biasa kalau berenang lagipula aku sedang tidak ingin berenang. Aku menggeleng, "enggak usah deh ma".
"Yaudah. Ini mama punya summer dress buat kamu. Masa' kamu ke pantai pake kaos panjang sama jeans gitu. Apa gak panas," kata Yuko sambil terkekeh. Yuko kembali ke kamarnya dan mengambil summer dress berwarna jingga polkadot, "ini Rin. Cocok kan?".

Sungguh Yuko baik sekali kepadaku. Aku mengangguk dan tersenyum ceria, "iya. Makasih banyak ya ma". Yuko juga memberiku uang yang cukup banyak. Pukul 10 kami berangkat dari sini menuju pantai. Kami naik kereta dan bus. Perjalanan kami tempuh sekitar 2 jam. "Akhirnya... Sampai juga," kata Ayu lega. "Hmm panas banget ya Yu," sahutku.

Kami masuk ke area pantai itu. Banyak sekali pengunjung di sana. Aku dan Ayu ke kamar ganti untuk mengganti baju. Ayu memakai pakaian renangnya sedangkan aku memakai summer dress pemberian Yuko tadi. Tak lupa kami membalurkan sunblock agar kulit kami tak terbakar.

"Kamu gak renang Rin? Pakai baju kayak gitu," tanya Ayu.
Aku memang sedang tidak mood untuk berenang, "enggak Yu, aku mau duduk-duduk aja".
"Ya udah. Aku renang dulu ya".
"Ya. Ntar kalau kamu cari aku, telpon aja".

Aku berjalan sendiri di pantai itu. Sambil mendengarkan lagu kesukaan ku, kupandangi semua sudut pantai yang indah ini. Pasirnya yang putih dan airnya yang tampak jernih. Aku meneruskan langkahku lagi dan .... "Awh... Sumimasen," aku menabrak seseorang.

"Daijoubu desu ka?" tanya orang itu. Suaranya cukup familiar. Dia mengulurkan tangannya. Aku mendongak dan menyipitkan mataku yang silau terkena cahaya matahari.

Aku meraih tangannya dan bangun. Deg. Ternyata yang di hadapanku adalah Dave, "Dave?"
"Oh... It is you. I'm sorry I didn't ..."
"No... No... It was my fault. I was too amazed of this beautiful beach", kataku memotong pembicaraan Dave.
"Haha yeah. The beach is really beautiful. I come here frequently".

Aku melihat Martha berdiri di balik punggung Dave menatapku dengan senyuman sinisnya. "Who is that girl?" Tanya Martha.
Dave sedikit terkejut mendengar Martha yang tiba-tiba muncul di belakangnya, "Oh her name is Rina. Rina, this is Martha my girlfriend".
Aku bingung mau menanggapi bagaimana. Kuulurkan tanganku dengan maksud berjabat tangan dengan Martha. Martha hanya menatapku bingung. "Uhh..." aku menurunkan tanganku lagi. "Umm... Dave, I have to go," kataku dengan gugup. Dave hanya mengangguk. Martha merangkul pundaknya dan menampakkan senyuman sinis itu lagi kepadaku, "bye Rina. Nice to meet you".

Ku berjalan menjauhi mereka berdua. Dengan kepala tertunduk aku menendangi pasir pantai untuk melampiaskan kekesalanku. "Dah ketebak, sifat Martha kayak gitu... Kenapa Dave mau sih sama cewek kayak dia padahal lebih baikan aku," ungkapku entah kepada siapa.

Aku duduk di tepi pantai itu dengan memeluk lututku sendiri. Entah... Aku tak tau apa yang sedang kupikirkan. Ditemani semilir angin dan suara deburan ombak, kupejamkan mata untuk menenangkan pikiranku yang kacau ini. "Rin! Kok gak diangkat sih telponnya? Dah aku telpon berkali-kali! Bikin khawatir aja," suara Ayu memecahkan lamunanku.
"Oh maaf yu. Aku gak denger"
"Aku dah cariin kamu dimana-mana!"
"Iya-iya... Maaf..."

Ayu pun duduk di sampingku, "kamu kenapa sih Rin? Kok jadi murung gini? Gara-gara aku tinggal renang ya? Ya maaf Rin.. aku kan ke sini tujuannya buat renang. Kamu sih tadi gak mau aku ajak".
Aku menghela nafas, "bukan gitu yu...". Aku lalu menjelaskan kejadian yang terjadi padaku tadi. "Halah cuma masalah kayak gitu aja. Lebay banget sih," kata Ayu sambil mendorong bahuku. Aku hanya mengabaikannya. "Yaudah mau mu gimana? Mau pulang?" lanjut Ayu. "Pulang aja," aku beranjak meninggalkan Ayu yang masih duduk. Ayu berlari menyusulku, "ihh... Jangan cemberut terus dong".
Aku berhenti, "aku kesal Yu! Aku pengen pulang! Aku ke sini buat cari hiburan, buat refreshing dari pikiranku yang kacau ini. Tapi apa jadinya? Malah ketemu cewek sialan tadi".
"Sumpah! Kamu itu bego banget ya. Cuma masalah kayak gitu aja...", Ayu tak menyelesaikan kata-katanya. "Ah... Lupakan. Ayo pulang", lanjut Ayu.

Hari sudah gelap saat aku sampai rumah. Tubuhku lelah, pikiranku apalagi. Aku merebahkan diri merenungi sikapku yang kekanak-kanakan ini. "Hanya gara-gara itu tadi... Harusnya aku bisa senang-senang di sana.kalau aku bisa mengontrol kecemburuan ku", kataku pada diri sendiri.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka. "Rin, gimana tadi di pantai nya?" tanya Yuko yang masuk ke kamarku sambil membawa camilan. Aku tak menjawabnya, malah menitikkan air mata. Yuko meletakkan telapak tangannya di dahiku, "kamu panas Rin? Pasti kecapean ya?".
"Aku mau pulang ma..."
Yuko menggeleng, "enggak... Enggak... Kamu gak boleh gitu. Kamu kan lagi sakit juga... Nanti kalau malah tambah parah gimana?"
Aku tak menjawab. "Ya udah. Mama ambilin obat ya?" tawar Yuko.
Aku memalingkan wajahku darinya, "gak usah ma. Aku mau tidur aja"
"Ya udah kalau mau mu gitu. Kalau kamu punya masalah itu cerita aja sama mama. Jangan tertutup kayak gini. Yang susah kan kamu juga jadinya".
Aku kesal mendengar perkataan nya yang seolah tak berdosa itu. Bagaimana bisa ku katakan padanya. Kalau dia sendiri yang membuatku begini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Tribute For You (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang