Langit, 1 Desember 2001
Dear diary;
Bolehkah aku mengeluh?
Bolehkah aku menumpahkan segala resah?
Bolehkah aku mencurahkan segala pilu?
Hah! Aku hanya manusia biasa.
Yang berusaha merangkai asa. Berharap semua mimpi adalah nyata.
Yang berjalan tanpa logika.
Karena itulah namaku Senja.Dingin adalah nadiku.
Acuh adalah hidupku.
Berlaku Kuat adalah karma bagiku.Tak semua hidup sesuai ekspetasi.
Tak semua senyum sesuai dengan fatamorgana.
Karena jiwa bisa memanipulasi.
Karena hati tak setulus raga.Senja
***
Pukk!!
Suara buku tertutup, memecahkan keheningan dibalkon sebuah kamar. Seorang pria dewasa, yang tengah duduk bersantai menatap langit biru tanpa sedikitpun noda. Ia masih senantiasa menikmati langit berharap segara resah terbawa pergi. Terlihat tangannya masih memegang sebuah buku yang memiliki sampul berjudul *KING PENA*.
Hari itu, cuaca sangatlah cerah. Matahari bersinar terik menantang bumi. Burung burung saling bersautan, menambah indahnya hari. Hembusan angin yang sejuk, berusaha menggoda sang pohon dengan berhembus alami. Namun entah mengapa, keindahan hari itu tak mampu membuat senyum kecil dari pria tersebut. Ia masih senantiasa setia menatap langit dengan pandangan sendu.
Entah meratapi apa, yang jelas ia sedang berduka. Entah sedang memikirkan apa, yang jelas ia sedang terluka. Kacau. Adalah kata pertama bagi hidupnya. Galau. Adalah kata pertama bagi hatinya. Sampai suara dering ponsel membuyarkan nostalgianya.
Drtt..drttt...
Dengan malas, ia menatap ponsel yang berada disampingnya. Terpampang sebuah nama
''Arsya'' gumam lelaki itu, iapun mengangkat dengan malas.
"Hallo" ucap orang di sebrang sana dengan ceria.
"Hm" jawab pria itu dengan nada dingin.
"Ada apa?" tanyanya sedikit sendu. Sebenarnya ia sedang malas berbicara tapi ia tidak ingin membuat seseorang tersebut, yang tak lain dan tak bukan adalah sepupunya merasa kawatir.
"Gak papa sih, cuma mau tanya aja. Kak Levant kapan pulang? Mama kakak katanya kangen nih! Cepet pulang kak! Pokoknya kakak harus pulang sesegera mungkin! Nggak ada penolakan! Arsya pusing dengerin ocehan mama kakak tentang kak Levant!'' gerutu Arsya. Ya! Pria dewasa itu bernama Levant. Lebih tepatnya Levant Bagas Mahaputra.
''Hah! Besok kakak pulang.'' balas Levant menghela nafas kasar.
''Wihh! Ok kak! See you tomorrow?'' girang Arsya. Dan panggilanpun berakhir.
Kemudian Levant berjalan kearah kasur king sizenya. Ia duduk dipinggir kasur dengan kepala menunduk. Beberapa detik kemudian, tangannya terulur ke sebuah figura foto yang ada dimeja sebelah kasur. Pandangannya lurus kearah sosok yang ada dalam foto itu. Sosok itu hanya tersenyum simpul. Sedangkan Levant masih menatap sosok tersebut dengan pandangan sendu. Sampai sampai ia tak menyadari bahwa satu tetes air mata jatuh dipipinya. Ia tersenyum masam meratapi nasip yang harus dijalaninya.
''Sorry? Gue ingkar janji. Karena sampai detik ini, rasa gue belum berpindah kelain hati. Karena gue cuma manusia biasa. Yang berimajinasi memiliki jin pengabul doa. Berharap kita kembali bersama. Karena gue cuma cinta sama lo...Senja.''
***
Bersambung...
Ups! Yang kepo merapat uy!
Baca lanjutannya ya?
Ini cerita gue kok kayak endingnya sedih ya? Yah gatau deh.
Masih author rahasia'in gimana endingnya.
Biar kepo kalian nambah. Wkwkwkwk!
Yang dimulmet itu si cewek yang bikin abang Levant sedih guys..huaaa😨
Lebay ih author.
Lah bodo amat.
Amat temen gue aja pinter.
Upsi! Receh2.
Ok! Salam hangat DPNR😊
KAMU SEDANG MEMBACA
KING PENA (Raja Penakluk Senja)
Roman pour Adolescents''Lo tau nggak kenapa 1 tambah 1 sama dengan 2? Karena kalo 1 tambah 1 sama dengan kita, itu namanya cinta, bukan rumus matematika.'' ucap absurd Levant. ''Waktu Mos gue diajarin PBB, bukan PHP. Jadi kalo gue dikecewa'in sama lo. Gampang! Tinggal ba...