bagian 1

83 12 0
                                    

" hey bro... Ngapain ngelamun. Di siang bolong, mau kesambet jin iprit kejepit jengkol..."

Dengan wajah heran, dinda masih aneh melihat temannya ini yg masih fokus dengan lamunannya.
"Wah..wah..wah... Kayak nya ada yang lagi galau berat ni .... "

"Apa-apaan sih kamu, resek amat dari tadi"
Sahutnya

"Eh, bisa juga ni si ratu galau ngomong, ku kira udah melayang di jagatraya tu perasaan "

Panggil saja nama ku sasya, dia termasuk sahabat ku yang suka buat aku kesel tapi asik, suka buat resek tapi terasa sepi jika tidak ada.

"Eh sya, kamu tadi ngelamunin apa sih, serius amat kelihatannya."

"Aku bingung Din"

"Bingung knapa ? "

" aku bete banget dengan hidup ku yang sekarang, rasanya pengen hidup yang lebih serius dan lebih baik, Din"

"Emang selama ini lho gak serius buat hidup, baru kali ini aku nemui orang yang hidupnya gak serius."

"Bukan gitu maksudnya Din, kok kamu lola amat sih, makanya ku bilang kalau masak jangan kebanyakan micin, makanya lola terus."

"Is, apaan sih, kok kamu malah mojokin aku, yaudah aku mau tau apa sih masalahnya, ribet amat."

" gini lho Din, aku merasa selama ini hidup seperti buih di lautan, bisa singgah di mana tempat tapi tidak menghasil kan apa apa, selama ini aku pacaran, putus nyambung lagi sama yang lain terus menerus seperti itu tanpa ada kejelasan dan kepastian untuk hidup ku, aku merasa sangat bosan dengan semua ini, aku mau memiliki seorang pria yang bisa nerima aku apa adanya apapun yang terjadi, dia benar-benar serius Din."

"Ooh...."

Dinda menganggukkan kepalanya dengan meletakkan jari telunjuk tangannya di pipi bagian kanan sambil mencerna curahan dari sahabatnya.

"Yaudah, kalo begitu saat ini kamu gak perlu pacaran sama siapapun, sampai kamu menemui yang kamu inginkan."

"Tapi Din, aku tidak tau siapa orangnya."

"Sya.."
Tiba-tiba katanya tercekat

"Mmm...."

"Kalau tidak salah sih, aku punya kenalan seperti kamu iginkan, tapi aku masih ragu apa dia cocok sama kamu atau udah ada yang punya."

***


Pagi ini mentari bersinar secerah wajah gadis yang mamiliki Pesona bagi seluruh pria melihatnya. Sasya barjalan gontai menelusuri koridor sekolahnya, tanpa menghiraukan beberapa pasang mata selalu mengikuti langkahnya.

"Sya, kekantin yuk, aku belum sarapan nih,"
Ajak Dinda ntah dari mana asalnya.

"Malas ah Din, aku belum lapar."
Balasnya dengan mood yang malas.

"Ayoklah Sya, disana ada bakso bik imah yang sangat nikmat dan es cendol rasa seribu rasa lho, dengan kesegarannya mampu membungkam ocehan buk kos kita sya," sambil mempraktekkan gaya buk Darmi yang sedang mengoceh.
Sasya akhirnya terpaksa mengikuti saran sahabatnya dari pada mendengar ocehannya yang tak kalah dengan buk Darmi.

"Bik imah, baksonya dua porsi,"
Panggil Dinda dengan semangat.

"Iya non, bentar " .
Jawab bik imah sambil membawa dua porsi bakso yang di pesan Dinda.

"Lho mau pesan minum apa sya,"

"Air mineral aja." jawab sasya.

Tiba Mita dan Lora muncul di hadapan mereka.

"Sya, kok kalian gak bilang-bilang lagi sih mau kekanti," tanya mita.

"Iya nih, biasanya ngajakin terus, lagi datang tamu ya?" Timpal lora yang tak kalah penasaran.

"Nih sih bocah, aku tadi mau ke kelas dulu nemui kalian, tiba-tiba disambar petir tangan ku langsung di seret ke sini,"
Sambil merucutkan bibirnya ke arah Dinda yang masik asik dengan semangkok bakso panasnya.

Kedua sahabatnya menggeleng-geleng kepala melihat tingkah Dinda makan dengan lahapnya. Tanpa sengaja mita menyenggol segelas air mineral di sampingnya membasahi rok Dinda bagian samping.

"Uuuy.... Apa-apaan ini, basah seragam ku mit,"

"Aduh Din, sorry-sory ku benar-benar gak sengaja Din."

Dengan wajah bersalah bercampur nahan ketawa ia mencoba menenangkan sahabatnya.

"Yha.. Elo pakek acara numpahin air pula mit, ngapain gak kuah bakso aja sekalian biar kita bisa lihat peta aceh sedang di landa sunami,"canda lora sambil menahan perut melihat ekspresi sahabatnya itu.

"Wah sekalian aja tambahi saos sama kecap biar kesannya lebih menarik gitu,"
Timpal sasya yang tak kalah menang membuli Dinda.

Mereka berempat tertawa sambil membersihin bekas tumpahan air di rok Dinda.

"Din, nanti lho ke kelas posisi tas lho kesamping ya, biar anak yang lain gak tau kalau kamu lagi ngukir danau toba."

Sasya tertawa sambil mempraktekkan caranya ke Dinda, sedangkan dinda seperti sapi di tusuk hidungnya, pasrah dan mengikuti saran sahabatnya.

Mereka melewati koridor kelas menuju singgasana belajar mereka. Dari kejauhan tanpa di sadari empat orang pria masih asik memperhatikan empat gadis itu, sedangkan sasya merasa sempat tertegun, seolah-olah ada yang dipikirkannya.

"Sya, lo kenapa" tegur Dinda

"Eh, gak apa apa kok" sasya mencoba menepis kekuatirannya.

Di kelas

Sasya masih terpikir apa yang ia rasakan.
"Sya, lho makin hari makin cantik aja"
Tegur Reno seorang raja gombal terkenal seluruh planet.

"Resek lo"

"Seriusan sya"

"Oh yha"

" iya sya, aku serius banget malahan"

" iya iyalah, mana ada cewek yang luluran setiap hari harus di samain kayak lo yang setiap harinya main lumpur di comberan, Malah PD gombalin setiap gadis di depan mata,"

Sasya berlalu meninggalkan Reno sedang menerima tamparan tanpa tangan.
"NGAACAA....DOONG..."
sambut Lora sambil berlari menghampiri sasya.

"MAMPUS, kepedean setinggi langit, badan lho bau angit" Dinda berlari menyusul teman-temannya.

"Woy.....segombal apapun aku saat ini tapi aku masih perjaka" teriak Reno kesal.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hikmah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang