Rasanya tidak mungkin Suku Omaticaya menghabiskan seluruh waktunya di High Camp. Bagaimana pun juga hutan adalah habitat mereka. Mungkin Na'vi dewasa bisa menahan diri untuk tidak kemana-mana, namun tidak dengan yang remaja, beberapa dari mereka diam-diam melengang ke hutan.
Neteyam dan Ivory salah satunya. Hari ini tampaknya hari yang baik, tak ada penyerangan atau semacamnya sehingga Neteyam tak diwajibkan bergabung dengan Tim Perang yang tugasnya kini hanya memantau. Walau begitu tak ada yang tahu bahwa Neteyam menggunakan waktu luangnya dengan mengendap ke hutan.
Sebelum bersama Ivory, Neteyam tak bisa membayangkan dirinya melanggar aturan. Setelah bersama Ivory, Neteyam menyadari bahwa dia bisa melakukan apapun jika gadis itu adalah alasannya.
Mereka berdua pergi ke Taman Eldest. Taman indah yang letaknya terpencil, hanya bisa dikunjungi oleh sepasang kekasih.
"Wow." Ivory melangkahkan kaki ke dalam taman dengan mata berbinar. "Jauh lebih indah dari yang orang-orang bilang."
Awalnya Neteyam sama seperti Ivory, berdecak kagum melihat Taman Eldest. Namun saat matanya tak sengaja melihat Ivory yang sedang terpesona, dia tak bisa lagi memalingkan pandangan, perhatiannya diambil seutuhnya oleh gadis itu.
Neteyam menyukai cara Ivory mengagumi suatu hal. Itu adalah pemandangan paling memukau yang pernah ia lihat. Saat teringat bahwa Ivory juga pernah menatapnya seperti itu, Neteyam merasakan sebuah percikan menggelitiki perutnya.
Neteyam bahkan tak sadar dia sedang terpaku pada Ivory jika saja gadis itu tak menyambar lengannya.
"Ayo." Ivory berlari dengan langkah kecil, menuntun Neteyam ke tempat dimana burung-burung seputih kapas bertengger. Kedatangan Neteyam dan Ivory membuat semua burung berterbangan kabur, kecuali seekor burung.
Neteyam bersiul dan mengulurkan tangannya, membuat seekor burung itu hinggap di sana. "Artinya dia ditakdirkan untuk kita. Kau tahu itu, kan?"
Ivory tersenyum dan mengelus-elus si burung. "Salapati. Setiap pasangan yang datang ke sini akan dapat seekor. Dia milik kita sekarang."
"Tapi kalau hubungan kita kandas, nyawanya juga kandas." Neteyam mengulas senyuman jenaka dan mencium pipi Ivory. "Tapi itu tidak akan terjadi pada kita."
Walau sudah sering berbagi sentuhan dan waktu, Ivory belum juga terbiasa dengan kasih sayang yang tiba-tiba Neteyam berikan, masih membuatnya tersipu sekaligus menginginkan lebih.
"Kita namakan apa?" tanya Ivory. Dia kemudian mengusulkan, "Seze? Nama Ikran ibumu dulu."
"Mau namanya Seze?" Saat Ivory mengangguk, Neteyam ikut mengangguk. "Kalau begitu namanya Seze." Dia kemudian melepaskan burung cinta itu ke udara.
Sudah hukum alam bahwa hanya sepasang kekasih yang bisa menginjakkan kaki di Taman Eldest. Nyaris semua anak-anak Na'vi punya pengalaman patah hati karena tak bisa ikut orang tua mereka masuk ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Letter | Neteyam
FanfictionSejak kecil Ivory memiliki hubungan yang erat dengan keluarga sully. Mereka bermain bersama dan selalu ada untuk satu sama lain. Namun lama kelamaan Neteyam mulai memandang Ivory dengan cara yang berbeda. Sayangnya kemanisan di antara mereka diperta...