💖15. Perasaan Brian 💖

1.4K 186 26
                                    


Setelah Brian Dan Wawan menyelesaikan pemotretan di rumah Saga mereka pun lantas pamit untuk pulang. Reres menawarkan mereka untuk makan malam bersama lebih dulu tapi, mereka menolak dengan alasan ingin cepat pulang ke rumah Dan istirahat.

"Res, Ga kita balik dulu ya. Kerjaan semuanya udah beres," ucap Wawan kepada Saga Dan Reres.

"Iya. Gimana pengambilan gambar tadi juga udah pas 'kan?" tanya Brian lagi.

"Iya udah pas kok, Yan. Loh kenapa cepet-cepet banget mau pulang?" tanya Reres.

"Iya mending di sini dulu makan malem bareng kita. Setelah kerja seharian," ucap Saga lagi.

"Dari tadi kita udah dikasih makan mulu kenyang, Ga, Res," ucap Wawan sambil mengelus perutnya kenyang.

"Ya kan itu cuma cemilan aja. Belum makan malam. Mbak Ani masak banyak loh mending kalian makan dulu kalau enggak sebelum makan," ucap Reres.

"Mana ada cemilan banyak. Ada pizza, donut, kopi, minuman. Dah, Res, Ga bagi kita itu udah makanan berat," ucap Brian menggelengkan kepalanya. Saga Dan Reres tertawa mendengarnya.

"Ya cemilan lah, kan itu buat nemenin kalian kerja tadi," ucap Reres lagi.

"Enggak deh, Res, Ga. Makasih. Kita pamit balik ye," ucap Wawan dengan logat betawinya yang sangat kental.

"Bener nih kalian buru-buru banget," ucap Saga.

"Iya. Mau istirahat di rumah aja," ucap Brian lagi. Mereka pun membolehkan untuk mereka pulang. Setelah itu Saga Dan Reres pun bangkit menemani mereka sampai luar rumah.

Sampai di depan mereka mengucapkan terimakasih lagi. "Res, Ga makasih ya. Kita pamit balik nih," ucap Wawan.

"Iya kita yang makasih, Wan. Yan. Kalian hati-hati jangan ngebut baliknya."

"Buseh kayak bocah aje ane diingetin jangan ngebut," ucap Wawan. Mereka pun mendengar penuturan Wawan.

"Ya kan keselamatan itu bukan cuma buat anak kecil aja," ucap Saga membela.

"Iya Deh. Balik dulu ye. Assalamualaikum," pamit Wawan.

"Waalaikumsalam," jawab Reres Dan Saga. Setelah kepergian mereka berdua mereka pun lantas masuk ke dalam rumah.

Brian yang tadi mengantarkan Reres dengan mobil sahabatnya itu, kini mengendarai motor Wawan untuk pulang.

Berbeda dengan Saga Dan Reres yang tinggal di perumahan elit. Wawan Dan Brian hanya tinggal disebuah kontrakan di daerah perkampungan.

Jarak yang lumayan jauh dari rumah Saga ke kontrakan pun mengantarkan mereka sampai di rumah. Mereka tinggal beda kontrakan hanya bersebelahan saja. Mereka sampai di kontrakan dengan istri Wawan yang sudah berada di depan pintu sedang menyapu rumah.

"Assalamualaikum," ucap mereka berdua.

"Waalaikumsalam, udah pulang, Bang, Yang," ujar Imah Wawan. Ya, Wawan sudah menikah sedangkan Brian masih lajang. Kisah cintanya berakhir naas karna dia harus diselingkuhi Dan hanya dimanfaatkan oleh mantan pacarnya.

"Iya," ucap Wawan setelah istrinya mengamit tangannya. Mereka duduk di depan kontrakan milik Wawan.

"Sini dulu ngapa ngopi dulu sore-sore," ucap Wawan menyuruh Brian ngopi bareng dulu.

"Hmm boleh deh," ucap Brian. Padahal, tadinya dia pulang ingin segera istirahat tapi entah kenapa keinginannya pupus dan memilih untuk tidak jadi istirahat.

"Tolong bikinin kopi yang buat ane sama Brian," ucap Wawan meminta tolong kepada istrinya.

"Iya, Bang." Imah masuk lalu Wawan Dan Brian menunggu di teras sambil menikmati senja.

"Huft...." Brian menghembuskan napasnya kasar.

"Yan. Gue liat lo kayak demen ama Reres," ucap Wawan. Brian yang tadinya sedang duduk menyender pun lantas melihat ke arah Wawan.

"Lo ngomong apa sih, Wan. Ya kali gue suka sama istri temen gue sendiri," ucap Brian lagi sambil tertawa.

"Ya 'kan gue nanya aja," ucap Wawan lagi.

"Bang ini kopinya. Yan ini kopinya," ucap imah membawa nampan berisi dua gelas kopi Dan juga sepiring singkong.

"Wah ada singkong gorengnya juga, Mpok. Repot-repot amat kayak ama siapa aje," ucap Brian. Seakan Brian sedikit tenang kala istri Wawan datang menormalkan detak jantungnya karena pertanyaan Wawan.

"Halah lu tong sok banget biasanya juga seneng lu dikasih singkong," ucap Imah lagi.

"Ya kali-kali kasih yang mahal nape, Mpok," gurau Brian.

"Boleh, Yan. Gaji lo sini kasih ke gue entar gue masakin yang enak-enak," jawab istrinya Wawan lagi sambil bercanda.

"Hahaha ... bisa diatur, Mpok," jawab Brian sambil tertawa.

"Halah lu tong-tong. Udah gue masuk dulu ke dalem masih ada kerjaan. Bang Wawan masih ada yang mau neng ambilin enggak?" Imah bertanya gantian kepada Wawan.

"Enggak, neng."

"Yaudah, neng masuk dulu, Bang."

"Iya." Setelah itu Imah masuk ke dalam untuk menyelesaikan kerjaan lainnya.

"Dan minum gidah kopinya. Makan tu singkongnya juga mumpung masi anget," ucap Wawan mempersilahkan Brian menikmatinya. Walaupun, sudah biasa mereka seperti ini.

"Iya, Bang. Makasih. Enak banget punya istri apa-apa dilayanin," ucap Brian.

"Iya makanya gidah cari cewe. Jangan-jangan bener yak lo demen sama Reres."

"Enggak, Wan astaga. Gila apa, gue suka ama bini orang? yang udah banyak banget bantu gue dulu," ucap Brian lagi. Brian memang munafik mengatakan itu tapi dia tahu diri. Selama ini Saga sudah banyak membantunya.

"Ya udah cari bini makanya. Dari pada dikontrakan sendiri."

"Kan ada lo."

"Ya kan di dalem lo sendiri." Wawan memutar bola matanya mendengar Brian yang terus saja ngeles. Sedangkan, Brian hanya tertawa mendengarnya. Memang Brian sendiri dikontrakan tapi bukan masalah toh Wawan ada dikontrakan sebelahnya.

Dulu Ibu Brian bekerja sebagai seorang penjaga di kantin. Saat dia SMA. ibu sebagai salah satu orang yang ia miliki satu-satunya meninggal. Sejak itu jadi sangat dekat dan semakin akrab dengan Saga. Bahkan Ayah Saga banyak membantu kehidupannya juga membantu untuk membiayai sekolah Brian.

Namun, seiring berjalannya waktu saat dia kenal dengan Reres dia jadi suka pada Reres. Tapi, sayang pada akhirnya yang mendapatkan Reres adalah Saga. Brian pun tahu diri bahwa pasti Reres jelas memilih Saga yang notabennya sama-sama kaya. Berbeda dengan Brian yang hanya sebatang Kara. Sekolah saja dibantu. Terlalu jahat kalau dia merusak kebahagiaan Saga dengan merebut Reres apalagi mereka sudah punya anak.

Walaupun, Reres tidak secantik dulu tapi perasaan Brian tak berubah . Brian yang mengingat itu langsung menggeleng kepalanya. Tidak baik dia memikirkan istri orang.

Wawan memperhatikan Brian. Walaupun, Brian mengatakan tidak menyukai Reres tapi dia yakin Brian berbohong sorot matanya menyatakan kalau dia mencintai Reres atau hanya sekadar suka. Tapi, Wawan tidak berhak ikut campur. Birlah itu menjadi masalah pribadi Brian Dan dia hanya mendoakan yang terbaik saja.

"Dimakan singkongnya, Yan. Napa malah bengong entar dingin enggak enak. Kalau anget dicelupin kopi kayak gini mantep," ucap Wawan mencontohkannya. Brian pun tertawa melihatnya.

"Iya, iya."

***

.
.
.
.
Brian aku jomblo lho.

Cinta 100 Kg Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang