Istirahat telah dilalui semua peserta Lomba kembali keruangan untuk kembali berjuang demi sebuah kehormatan yang bernama kemenangan. Devian dan Savina naik ke atas panggung di ikuti oleh Yussuf Maulana, sang pesaing mereka. Sandra ikut menyaksikan Lomba itu dengan Pak Usman disebelahnya.
"Oke, saya akan membacakan sepuluh soal yang akan kalian jawab secara cepat dan tepat. Tidak berbeda seperti sebelumnya, siapa saja yang mendapatkan poin tertinggi dialah pemenangnya. Baiklah tidak perlu menunggu lagi saya akan bacakan soal pertama."
Persaingan memanas diantara mereka bertiga, tiap soal dijawab dengan tepat oleh mereka bertiga namun sepertinya keberuntungan ada dipihak Savina dan Devian mereka sama-sama menjawab benar empat pertanyaan yang di berikan, sedangkan Yussuf hanya menjawab dua soal dengan cepat dan tepat.
"Oke karena poin kalian sama, ini adalah soal terakhir dan menjadi penentu kemenangan kalian. Kalian akan diberikan waktu untuk menghitungnya di kertas yang telah kami sediakan."
Savina dan Devian saling menatap dengan tajam, mereka sama-sama menunjukan kebencian satu sama lain.
"Pertanyaannya, sebuah larutan mengandung 0,1 mol asam asetat (ka=10-5) dan mengandung natrium asetat sebanyak 0,00 mol. Berapakah pH dari larutan tersebut? A. 4-log 1, B. 4,0 C.4,9 D. 4+log 1 E. 4-log 2."
Mereka berdua segera menghitungnya di kertas, dengan secepat mungkin hanya menunggu kurang satu menit Bel telah dibunyikan.
TEEETT
Ternyata Savina yang membunyikan bel terlebih dahulu. "Baiklah SMA KENCANA, berapa jawabannya?" Savina menyunggingkan senyumnya kepada Devian seakan meremehkannya. "Jawabannya, E. 4-log 2." Savina menjawabnya dengan lantang semua orang yang ada di ruangan itu menahan napasnya menantikan apakah jawaban itu benar.
"Baiklah Savina, sayang sekali jawaban anda kurang tepat. Saudara Devian saatnya anda menjawab."
"Jawabannya adalah A. 4-log 1." Devian mengucapkan itu dengan wajah yang datar tanpa ekspresi sedikitpun, membuat Savina semakin kesal kepadanya. "Jawaban anda benar, dan selamat anda memenangkan pertandingan ini."
Dewan juri serta para panitia menyalami peserta yang berhasil masuk final itu. Setelah acara itu selesai, mereka harus menunggu hingga semua perlombaan selesai untuk sesi penyerahan trophy kepada sang pemenang.
"Selamat Devian, kamu memang tidak pernah mengecewakan sekolah kita." Pak Usman memeluk Devian.
Mereka berada di kantin untuk memulihkan tenaga mereka, khususnya Devian yang sudah terkuras habis energinya untuk berpikir.
"Devian, Sandra bapak ada urusan di sekolah. Kalian bisa pulang sendiri kan?"
"Baik pak, kami akan menunggu di sini." Pak Usman bergegas keluar dari kantin dan menuju mobilnya.
"Kalian bisa pulang sendiri kan? Dasar bego di kiranya kita ini anak kecil apa?" Devian membuka snack yang dia beli dengan kesal dan Sandra menyadari itu.
"Lo mau es krim?" Devian menatap Sandra yang sedang memakan es krim miliknya. Sandra hanya berharap dia bisa membuat Mood Devian menjadi lebih baik.
Devian mengambil es krim Sandra dan memakannya. "Eh, Devian es krimnya-"
"Kenapa? Gue mau es krimnya ini enak," ujar Devian sambil memakan es krim yang sudah dimakan oleh Sandra.
"Itu.. be-kas gue." Sandra mengatakan itu dengan pelan karena dia takut Devian akan marah padanya, Tetapi dugaannya itu salah.
"Santai aja sih, gue ini yang makan. Mau itu bekas lo yang penting gue suka." Sandra tersenyum, dia sangat senang ternyata Devian bisa bersikap begitu manis kepadanya.
Devian seperti berubah 180 derajat kepadanya. Sandra berharap Devian selalu bersikap seperti itu kepadanya.
.
"Kenapa lo neng, cemberut aje." Tanya Diaz.
"Diem lo Di, gue lagi nggak mau di ganggu." Diaz tertawa, dia tau sahabatnya ini sedang dalam kondisi yang tidak baik.
"Udahlah Vin, lo kalah baru sekali ini. Jadi-" belum selesai Diaz menyelesaikan ucapannya, serbuk warna telah mendarat sempurna di wajah dan bajunya.
"Gue bilang, jangan ganggu gue." Diaz menghilangkan bubuk warna yang ada di wajahnya.
"Lo mah gitu, Vin. Makanya gue nggak suka kalo lo marah." Savina tidak menghiraukan perkataan Diaz, dia tetap asik bermain dengan serbuk warna yang ia campur dengan air itu.
"Lo tau kan Di, gue nggak pernah jadi yang kedua. Gue selalu jadi yang pertama, dan gue nggak suka itu berubah."
Diaz menghembuskan napasnya, beginilah jika sudah dalam mood yang buruk perempuan memang suka untuk di nasehati.
"Yaudah, mending sekarang lo udahan maennya. Bentar lagi jam tiga dan acara bakal dilanjutin." Savina mengangguk. Dia memang suka sekali bermain dengan bubuk warna, apalagi jika dia sedang kesal atau mood nya sedang buruk.
Setelah mendapat pemberitahuan dari panitia, Savina dan Devian juga para finalis berkumpul di lapangan yang sudah di buat sedemikian rupa seperti tempat penyerahan medali di ajang bergengsi. Tiba saatnya untuk penyerahan piala dan medali untuk cabang LCT Kimia, Devian, Savina, serta Yussuf menempati podium sesuai dengan juara yang mereka dapatkan.
Penyerahan itu dilakukan oleh Kepala sekolah SMA KENCANA, Kepala komite, dan juga Guru bidang study KIMIA yang menjadi juri utama pada lomba itu. Semua berjalan secara lancar dan terkoordinir. Saat sesi poto Devian kembali membuat ulah dengan tidak mau berfoto dengan para peraih medali.
Sandra terpaksa harus membujuk Devian agar dia mau untuk poto bersama, akhirnya semuanya selesai. Sandra dan Devian bergegas untuk pulang.
"Kita pulang naik apa, Vian" tanya Savina.
"Kita naik angkot yang kemaren aja, lebih murah. Lo nggak masalah kan?" Savina mengangguk.
Mereka menunggu Ucup yang akan menjemput mereka, setelah tiga puluh menit menunggu Ucup tiba. Mereka ke rumah Sandra, untuk mengantarnya pulang. Setelah sampai di rumah Sandra,
"Lo nggak mau mampir?" Devian menggeleng.
"Oke, ini ongkosnya." Devian menolak uang Sandra.
"Gue nggak mau punya hutang apapun sama lo, ini buat ganti es krim yang tadi." Sandra terpaksa memasang senyumnya. Devian dan Ucup berlalu dari rumah Sandra.
Sandra masuk kerumahnya dan langsung memeluk Mamanya yang sedang menonon televisi itu.
"Kenapa anak mama ini, pulang nggak salam eh langsung maen peluk aja." Tanya Mama Sandra yang bingung dengan tingkah anaknya itu.
"Sandra sayang mama, muachh." Setelah mencium mamanya itu Savina masuk ke kamarnya dengan rasa gembira karena sebuah perlakuan kecil Devian tadi.
.
.
.
.
Hayyy guyss yang masih nungguin cerita ini heheh ataupun yang baru baca, yaa walaupun aku ga yakin ada heheh. Tapi aku mau curcol aja gak nyangka cerita ini udah mau tiga tahun karena emang nggak pernah nulis lagi eh nggak tau nya udah sampe 1K pembaca aku seneng sih ya walaupun banyak yg sider tapi nggak papa, makasih bangett ya guyss yang udah mau baca, insyallah untuk kedepannya aku bakal lebih rajin lagi up Si ganteng Devian semoga kalian suka yaa. Sayang kaliannn 😍❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Hooligans Vs Ultras
Fiksi Remaja"cowok brengsek kayak lo itu nggak seharusnya ada disekolah ini, udah berapa cewek yang lo pakai dan lo tinggalin gitu aja!! DASAR HOOLIGANS!!" "denger yaa cewek ULTRAS, gue emang hooligans dan gue bangga jadi itu, mending sekarang lo pergi sebelum...