part 3

3.3K 460 81
                                    

Written by : Nota Morrey
.
.
.
.
.

"Kau?" -Naruto benar-benar menyesal. Andaikan waktu bisa diulang kembali, Naruto tidak akan pernah menuruti perintah kakaknya untuk membuka pintu itu.

"Kau tidak akan mempersilahkanku masuk?" -tanya Ookurikara. Pria itu membawa sebuah koper besar bersamanya. Selain koper dia juga membawa sebuah bingkisan putih ditangan kirinya.

"Aku membuat pie apel. Ini kuberikan sebagai permintaan maafku kemarin" -ujar Ookurikara seraya menyodorkan bingkisan putih berisi pie apel buatannya sendiri kepada Naruto. Rasa kesal dan marah yang tadi sempat menyelimuti Naruto entah kenapa hilang begitu saja setelah menerima pemberian dari Ookurikara. Ia begitu antusias saat mendengar kata apel.

Ookurikara memang tahu betul bagaimana cara memenangkan hati Naruto. Kelemahannya terletak pada apel. Untuk kali ini Ookurikara berterima kasih kepada bayi yang ada di perut Naruto. Sekarang Ookurikara yakin bayi itu memang benar adalah anak kandungnya.

"Masuklah, oh ya ngomong-ngomong terima kasih untuk pienya. Aku tidak menyangka ternyata kau bisa masak. Terima kasih, aku menghargai usahamu membuatkanku pie ini" -ujar Naruto. Setelah mengantarkan pria itu ke ruang tamu, Naruto langsung ngacir ke dapur untuk mengambil piring. Ia sudah tidak sabar untuk menikmati pie apel tersebut.

Tiba di ruang tamu, Ookurikara langsung disambut oleh kedua kakak Naruto yang sudah menunggu sejak tadi. Naruko yang menghampirinya lebih dulu, dia mempersilahkan pria itu duduk dimana pun yang dia mau.

"Aku senang saat mendengar kau akan tinggal disini" -ujar Naruko memulai percakapan. Ookurikara hanya mengangguk singkat. Sejak tadi pandangannya hanya tertuju pada dapur yang letaknya bersebelahan dengan ruang tamu. Dalam hatinya terbesit perasaan hangat saat melihat wajah ceria Naruto saat memakan pie buatannya itu.

Jika diperhatikan, pemampilan Naruto yang sekarang ini terlihat jauh lebih manis dibandingkan waktu itu. Apalagi dengan celemek biru yang melekat ditubuhnya, entah kenapa benda itu menambah kesan istimewa pada Naruto.

"Sudah, jangan dipandangi terus. Cepat atau lambat kau akan memilikinya nanti" -ujar Deidara saat menyadari arah pandang Ookurikara. Mendengar hal itu Ookurikara hanya berdehem. Dia tidak sadar Deidara memperhatikannya sejak tadi.

"Dei-nii!" -geram Naruto. Bisa tidak sih kakak sulungnya itu diam saja. Kalau begini kan Naruto jadi malu. Walaupun Ookurikara-san sekarang sudah berstatus sebagai calon suaminya, tapi hubungan mereka belum bisa dibilang sedekat itu.

"Apa? aku hanya mengatakan yang sebenarnya" -ujar Deidara tak mau kalah. Naruto memutar kedua matanya malas. Saat ini ia tengah menyiapkan secangkir teh hangat untuk Ookurikara. Naruto sendiri tidak tahu kenapa dia mau repot-repot melakukan hal semacam ini. Dia hanya mengikuti instingnya saja.

"Minumlah selagi hangat" -ujar Naruto seraya meletakan teh buatannya diatas meja.

"Arigatou" -balas Ookurikara. Pria itu menerima teh pemberian Naruto dan langsung meminumnya. Rasanya benar-benar pas. Ookurikara menyukainya. Selagi Ookurikara meminum tehnya, Naruto mendudukan dirinya di sofa panjang bersama Naruko.

"Jadi Ookurikara, aku akan langsung ke intinya saja. Kapan kau akan menikahi adikku?" -tanya Deidara to the point. Ini sudah bukan waktunya untuk basa-basi. Jika dia benar-benar ingin bertanggung jawab, segera lah nikahi Naruto. Sampai kapanpun Deidara tidak akan bisa tenang sebelum melihat adiknya bahagia.

"Aku sudah memikirkan hal ini semalaman. Berikan aku waktu satu bulan, aku akan menikahi Naruto setelah menyelesaikan studi S-2 ku bulan depan" -ujar Ookurikara.

"Aku tidak menyangka ternyata kau ini adalah mahasiswa S-2. Kukira kau hanya seorang pengajar di sekolah bela diri. Kalau begitu jurusan apa yang kau ambil?"-ujar Deidara.

Dusk Till DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang