It's Me, Air

319 23 4
                                    

Baru 12 menit yang lalu...

Udah update aja :")

















"Everything stays...but it still changes."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ini sudah jam 7.30 namun laki - laki dengan postur tinggi, mata setajam elang, lekuk tubuh yang ideal, dengan ciri khas memakai jaket hitam plus baju merah belum kunjung menampakan dirinya. Temannya hanya mendengus pasrah, tidak mungkin ia tidak akan pergi ke club kan?

Semoga saja.

Laki - laki berwajah imut namun tampan yang memakai sweater baggy berwarna baby blue itu hanya berlari menuju club langganan temannya itu. Sesaat ia masuk, benar saja...

...Temannya itu sedang berkelahi dengan orang lain dalam kondisi mabuk. Air yang melihatnya langsung panik dan memisahkan mereka berdua. Hali langsung berbalik arah dan memiringkan kepalanya dengan muka yang bisa air bilang "kurang diminat wanita" itu. Pada akhirnya, Air bisa menahan tangan Halilintar. Namun...















Bruk!

Tanpa sadar, Hali langsung ambruk di dekapan air. Air langsung panik, "aduh hal! Kalau mau muntah jangan di atas aku dong!" Air langsung membopong Hali ke toilet dengan cepat. Karena tak tahan, Hali langsung memuntahkan isi perutnya itu di WC. Air menutup hidungnya seusai Hali melakukan semua itu, walau sudah terbiasa tetapi air masih belum bisa menahan baunya karena kesensitifan indranya.

Air langsung merogoh sebotol air dari tasnya dan diberikan ke Hali sambil memijit tengkuknya. "Sudah enakan?"

Hali hanya terdiam, tanpa air sadari... Hali menangis. Terlihat sekali dari matanya yang sembab dan hidungnya yang memerah. Hali memeluk air, air yang terkejut langsung membalas pelukan sahabatnya itu. "Taufan...?"

Deg!

Air hanya bisa terdiam, ini masih tentang masalah Taufan yang menghilang. Hali perlahan mendekati wajah air. "Taufan..."

Bam! Seketika mulut mereka saling bertemu dan membuat Air terkejut. Ini yang kedua kalinya. Air berusaha melepaskan ciuman itu namun tenaga Hali pasti selalu menang dari dia. Ia berusaha melepaskan pelukan Halilintar karena ia tahu, hati orang yang di depannya belum bisa menggantikan posisi taufan di hatinya.

'Hali, kumohon...









...Aku bukan Taufan."

"LEPAS!!" Air mendorong tubuh Hali yang sedang mabuk tersebut. Perlahan, Hali langsung bangun dan menatap air kecewa. "Kenapa taufan? Kenapa kau membenciku??"

Air hanya mendecak kesal. "AKU BUKAN TAUFAN IDIOT! Kami memang suka memakai baju warna biru bukan berarti kami sama sialan!" Air langsung membopong Hali ke mobilnya. "Masuklah." Air menepuk jidatnya lagi. "Arghh! Aku lupa kalau kamu lagi mabuk!" Ia membanting hali di kursi mobil empuk itu. Anehnya tak ada erangan dari orang yang dibanting tersebut.

Hali sudah terlelap, air hanya tersenyum kecil melihatnya. "Dasar direktur bodoh."

Air menggeleng - gelengkan kepalanya. "Lebih tepatnya direktur tak tahu malu, yah syukurlah kau menggunakan masker. Kalau orang kenal pasti kau kena masalah."

Air membuka pintu mobil dan mulai menyalakan mesin. Malam ini sangat indah, langit dihiasi bintang dan bulan. Air keluar dari mobil untuk mengambil foto sebentar. Hasil jepretannya akan dipajang di kamarnya dan di ruangan Hali. Air langsung memasuki mobil dan menjalankan mobilnya ke apartemen. Ini sudah memasuki minggu kedua setelah taufan menghilang.

.

.

.

"Astaga Hali! Bangun! Kamu nanti telat loh!" Air menggoncang - goncang tubuh Hali. Hali perlahan mengumpulkan jiwanya dan terbangun dalam kondisi duduk. "Hmm? Kenapa?"

Air langsung menampar jidatnya. "KENAPA KAMU PAKE LUPA SAMA AGENDA HARI INI HAL!" yang dimarahi hanya cengengesan. "Abis, tidur di kamar lo enak sih. Udah ah, gue mau mandi. Siapin sarapan dong Novelis manisku." Hali perlahan berjalan meninggalkan Air untuk ke kamar mandi.

Air hanya terdiam dan menghela napas melihat hali yang sudah tak tampak di depan matanya. Ia hanya menggeleng - geleng dan segera berlari ke dapur untuk membuat omelette. Setelah Hali keluar dari kamar mandi, ia langsung duduk di meja makan dan memakan lahap omelettenya. Air menatap ke arah Hali yang sangat tidak mengatakan sepatah kata apapun seperti biasanya saat makan. Masa sekarang tak seindah masa lalu yang Taufan berikan kepada Hali. Mata Air memburam seperti ingin mengeluarkan tangisan namun ia kuat, ia masih kuat seperti waktu dulu ia melihat Hali dan Taufan berciuman. Ia masih kuat. Pasti.

"Air... lu ga pa-pa kan?" Hali beranjak mengelus pipi mulus Air. Air hanya menggeleng lemah. "Ngga pa-pa kok Hal, aku cuma..."

Hali memiringkan kepalanya. "Kenapa? Ada masalah?"

"...Ngga jadi kasih tau, aku gak mau kasih tau soal ini ke siapapun. Even you."

Hali menggaruk - garuk pipinya. "All right then..."

Setelah itu, tak ada lagi percakapan yang keluar dan mereka langsung pergi ke perusahaan Thunder.Corp dimana Hali berperan sebagai direktur. Manager perusahaan itu sebenarnya Taufan, namun Hali akan segera menggantinya dengan yang baru.

DI SISI LAIN

"Oh? Taufan?" seseorang yang memakai jas formal berwarna crimson terkejut melihat kedatangan sepupunya itu. Taufan langsung menyapanya, "sedang apa kau Api?"

Api menunjuk ke pekerjaannya dan memiringkan kepalanya. "Ini? Ini tugas dari Ayah, aku akan menggantikannya untuk beberapa hari ke depan." Taufan yang mengerti langsung mengangguk - angguk. "Dengar api-

"Aku ingin kau merebut orang ini dari Hali, tunanganku."

Taufan menyerahkan sebuah foto yang menampakkan seseorang yang kelihatan lebih tua darinya dengan wajah bak malaikat. Api menyeringai, tergiur akan tawaran kakak sepupunya itu.

"Baiklah, akan kupastikan untuk menjalankan misi ini dengan baik."

Api mendongakkan kepalanya. "Tapi kalau aku boleh tahu memang ada apa diantara kalian?"

Wajah kemarahan terpampang jelas di wajah Taufan. "Aku baru saja meminta Hali untuk memberiku waktu sebentar karena pertengkaran kecil kita! Tapi...tapi... ia lebih memilih memutuskan perikatan ini dengan mencium novelis sialan itu, Air. Orang yang ada di foto itu."

Api memukul dahinya. "Astaga! Ku kira apa! Kalau begitu sih kenapa kau tidak pastikan dulu! Siapa tahu ia sedang mabuk atau stress berat! Ini Namanya egois Taufan!"

Taufan mencengkram kerah Api. "Kau tak tahu apa - apa! Hali tak pernah mabuk - mabukan! Ia tak akan pernah..."

Taufan terdiam sebentar.

"...Jadi, tolonglah sepupumu ini untuk mendapatkan Hali kembali..."

Setelah mendengar permohonan Taufan, Api menyalakan rokoknya. Aroma nikotin menyebar ke seluruh ruangan, hanya itulah candu Api.

Sambil menyesap rokok itu, api mempertimbangkan pikirannya untuk membantu Taufan.









"Baiklah, tapi kalau rencana ini tidak berhasil. perlu kau ketahui jika cinta yang asli akan mengalahkan cinta yang palsu, itu saja."











Heyya it's me, Nasu

Vomment ya :")

Kalo sampe 100 likes, authpr bakal buat smut (bakal ada warning karena katanya wattpad sudah ga ada sistem privasi lagi)

Bye - byee

Space Oddity - Haliair BBB FanfictionWhere stories live. Discover now