"Polisi sialan" umpat Sakha yg sedang menunggu di parkiran.
Tak jauh dari mereka, sebuah tembok menjulang tinggi. Memblokade akses keluar kota.
"Hus, jangan ngomong sembarangan. Nanti ada yg dengar" ujar Katerina
"Hadeuh, kenapa sih kita harus nunggu disini. Kita kan bisa menyusup ke dalam!" ujar Darsa.
"Iya juga sih" balas Sakha.
"Heh, jangan ngomong sembarangan. Kalau kalian ketangkep, gue yg kena batunya" ujar Katerina.
"Eh liat tuh, kak Adam sama Kartika udah balik!" seru Darsa.
"Cepet banget-" Katerina menoleh dan menemukan parkiran yg kosong. Darsa buru-buru menarik lengan Sakha menjauh.
"Hei mau kemana?! Balik sini!!" Katerina meneriaki dua pemuda itu.
Tapi percuma, mereka tidak mau mendengarkan kata-katanya. Katerina menghela napas.
"Tunggu! Aku ikut!" serunya sambil menyusul mereka.
"Nah gitu dong!" ujar Darsa saat melihat Katerina berjalan mendekat.
///////////////////////////////////////////
Tak, Tak, Tak
Suara langkah kaki yg berat teredam oleh aspal yg becek. Suara sepatu gunung beralas tebal milik pria blasteran rusia-indonesia. Rambutnya yg berwarna cokelat muda penuh oleh butiran air dan salju. Ia menatap keluar jendela kereta. Menatap indahnya perairan laut Indonesia. Menunggu dengan sabar hingga daratan Jakarta terlihat. Kereta terhenti, pria jangkung itu adalah yg pertama menuruni kereta.
"Harap semua penumpang kereta tetap diam di tempatnya. Akan dilaksanakan pemeriksaan"
Ivan menoleh ke sumber suara. Sebuah speaker yang ditempel di sudut stasiun.
"Hei kamu" seorang polisi berjalan cepat mendekati Ivan.
Ivan menatap polisi itu dengan tampang kalem.
"Jangan keluar dulu!" ia berseru lagi sambil mendorong pundak Ivan.
Lelaki itu tidak bergeming.
"Hei, kamu dengar tidak?" polisi itu mengutak-atik transquilizernya.
"Halo? Halo?" ujarnya sambil mencari-cari bahasa yg tepat.
"Aku bisa bahasa Indonesia" ujarnya sambil menyeringai.
Polisi itu terkaget.
"Oh begitu ya"
Ivan mengeluarkan pistol listrik selagi polisi itu lengah.
Bzzzzzt
Aliran listrik menyambar seragam polisi itu, ia langsung pingsan. Dengan enteng Ivan menyembunyikan kembali pistol miliknya sambil melangkah pergi.
///////////////////////////////////////////
"Sebelah sini!" Darsa mengkomando Sakha dan Katerina agar mengikutinya.
Mereka hendak menyusup melewati dua orang polisi yg sedang menjaga pintu masuk perbatasan.
Darsa mengambil kesempatan saat salah satu polisi itu lengah. Sebilah kayu ia hantamkan dengan segenap tenaga. Rekannya yg mendengar seruan sang polisi langsung menghampiri. Ia berpapasan dengan Sakha yg langsung menodongkan pistolnya. Selagi masih shok, Sakha buru-buru memukul ubun-ubun sang polisi dengan ujung pistolnya. Seketika ia jatuh pingsan.
Ketika muda-mudi itu lantas melanjutkan perjalanan mereka. Mereka tak menyadari sepasang mata biru yg tengah mengamati mereka dari kejauhan.
"Kita harus apa sekarang?" tanya Darsa, bingung.
"Mau apalagi? Kita cari mereka" ujar Katerina
"Kalau begitu, kita mencar" ujar Sakha yg langsung disetujui oleh Katerina dan Sakha.
Tanpa basa-basi mereka langsung bergegas ke arah yg berbeda. Sakha memperlambat lajunya untuk sekadar mengambil sebatang rokok dari kantong celananya.
"Kamu Sakha kan?" tanya Ivan tiba-tiba dari belakangnya.
Sakha menoleh, kaget.
"Ya aku Sakha, siapa kamu?" tanya Sakha dengan hati-hati.
Ivan menyeringai.
"Aku Ivan Braginsky, panggil saja Ivan, senang berkenalan denganmu, senior"
"Senior?" Sakha mengangkat sebelah alis.
" Ya, kamu adalah seniorku, setidaknya mantan senior"
Seketika Sakha mengerti maksud Ivan.
"Kamu anggota geng..."
"Sshhh" Ivan meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya.
Tak perlu diperingatkan dua kali, Sakha buru-buru menutup mulutnya.
"Tunggu, apa urusanmu disini?" tanya Sakha, curiga.
"Aku ditugaskan untuk mengawasimu, senior"unfinished editing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusantara 2060
Science FictionHalo, Buwana. Selamat datang di era serbamaju ini, di mana dunia tidak lagi sepenuhnya dikuasai oleh manusia. Dengan bantuan teknologi Indonesia berhasil memanfaatkan wilayah maritimnya dengan maksimal. Menempatkan Indonesia sebagai negara maritim t...