" Aku hanya senang melakukan hal bodoh, bukan karena aku benar bodoh"
- AUDY -
" Darimana aja kamu Audy? Gak tau waktu banget jam segini baru pulang ya?" tanya seorang yang sudah menungguku di depan pintu masuk sambil menjewer telingaku lalu mencubit lenganku.
Ia adalah sosok wanita yang kuanggap sebagai wanita paling penting di hidupku. Walaupun mungkin hubungan kami tidak seakrab hubungan anak dan ibu di luar sana, tapi jujur aku sangat segan padanya dan berharap bisa lebih banyak interaksi dengannya. Dan salah satu caraku berinteraksi dengannya adalah dengan tanpa sengaja melakukan kesalahan yang membuatnya marah dan menatapku lekat.
Setidaknya saat ia memarahiku, ia akan memperhatikanku mulai dari atas sampai bawah yang membuatku merasa lebih dipandang olehnya. Aku tau kini aku sudah akan lulus SMP dan sudah seharusnya tidak membuat masalah, sehingga aku mulai berusaha mengurangi kenakalanku yang itu artinya akan mengurangi interaksiku dengannya.
" Kamu tuh kalau udah waktunya pulang, ya langsung pulang dong Kak. Tuh liat kamu belum nyapu, itu adek kamu mandiin deh sekalian" ucapnya lagi saat aku baru selesai mandi sore dan ke dapur untuk memakan sedikit makanan yang tersedia lalu minum.
Aku tidak masalah kalau pulang sekolah harus melakukan hal semacam itu, justru senang karena akan melatih diriku sendiri. Aku berharap dewasa nanti bisa sehebat beliau yang sangat jago masak, merawat rumah dan banyak hal lainnya yang sangat membanggakan. Berbeda denganku yang merasa tidak punya keahlian, satu-satunya keahlian yang aku miliki hanyalah pasrah menerima segala hal. Termasuk segala yang kualami.
Selesai menyelesaikan tugas yang diberikan mamahku, aku kembali menuju kamar untuk sekedar sholat kemudian melakukan beberapa hal. Setelah sibuk di kamar sampai pukul tujuh malam, aku terbiasa turun ke lantai bawah untuk segera mengambil minum. Ya, kamarku berada di lantai atas itu sebabnya juga mungkin aku tidak terlalu sering berinteraksi dengan keluargaku.
'Seandainya boleh milih, gue pengen deh punya rumah gausah terlalu gede dan ga tingkat supaya interaksi antar anggota rumah ga sediem ini. Ahh seandainya ya. Tapi ah sudahlah, lu harus bersyukur Dy di luar sana banyak yang mau ada di posisi lu loh. Iya lu harus bersyukur'
" Audy, itu cuciin piringnya ya" ucap mamahku yang kuyakin ada di belakangku agak jauh.
Tiba-tiba aku kembali ke alam sadarku yang kini sudah di depan wastafel. Aku ingin mencuci beberapa piring dan gelas kotor bekas. Aku menggulung lengan kedua bajuku dan mengikat rambutku sebelum mulai mencuci piring. Saat aku menyingkirkan rambut di telingaku tiba-tiba aku merasakan sakit di daerah telingaku dan ketika air kran terkena sedikit bagian lenganku entah mengapa terasa sakit. 'Ah biarlah, nanti kalau parah baru diobatin' putusku.
Selesai mencuci piring, aku duduk di kursi makan untuk meneguk segelas air. Aku merasa ada mamah yang melihatku sekilas lalu kembali melihatku, tepatnya ke arah telingaku dan lenganku. Ia berdiri di belakangku. Aku seketika langsung melepas kunciranku untuk menutupi telingaku. Aku tidak tau apakah ada luka atau apa, tapi aku merasa harus segera menutupinya.
Saat kurasa ia sudah pergi, aku langsung kembali menuju kamarku di lantai atas. Sesampainya di kamar, aku mencari ponselku untuk membuka kamera dan mengaca. Mengapa tidak di cermin? Jawabannya adalah, aku tidak mempunyai cermin di kamarku tetapi ada lemari dengan kaca gelap yang bisa kumanfaatkan sebagai cermin untuk sekedar melihat sudah rapi atau belum tampilanku.
Aku kaget sendiri melihat salah satu telingaku yang agak membiru.
" Aneh, masa gak diapa-apain aja biru sih. Masa iya sebiru ini, lebay banget keliatannya hahaha" ucapku sendiri melihat keadaanku. Aku rasa itu bukan masalah penting saat ini, karena... Oh Tidak, aku belum belajar untuk persiapan ujian nasional ku.
---
Aku terbangun tepat pukul tiga pagi, aku memutuskan untuk melakukan beberapa hal termasuk salah satu sunnah yang dianjurkan. Aku kembali meraba telingaku dan sudah tidak terasa sakit. Kuyakin sudah sembuh dan semalam yang biru itu hanya salah melihat.
Tepat disaat sang penanda waktu menunjuk pada si angka lima, aku segera mandi. Selesai mandi, aku menggunakan seragam sekolahku lalu aku kembali membuka catatan kecilku sekilas.
Seperti biasa, aku makan di lantai bawah sendirian. Kemudian adikku yang pertama datang ikut sarapan tetapi berbeda tempat. Jika aku memilih makan di depan Tv adikku makan di ruang makan.
Ohiya aku mempunyai dua adik, jika yang pertama bernama Amanda sudah kelas delapan dan satu sekolah denganku, sedangkan adikk yang kedua bernama Adit masih berusia dua tahun.
Karena hari ini adalah jadwal ujian nasional, maka bagi kelas tujuh dan delapan diliburkan. Itu sebabnya kini aku sudah di motor untuk diantar oleh Amanda menuju sekolah. Ya, dia bisa mengendarai motor. Tidak sepertiku yang tidak bisa, aku juga tidak diperbolehkan oleh mamahku. Aku dikatakan kurang berhati-hati sehingga belum diizinkan membawa motor sendiri.
Kini aku sudah mulai ujian nasional, aku tahu seharusnya aku menguncir rambutku. Tapi tidak ku lakukan karena rambutku masih basah dan khawatir telingaku terlihat. Kalian tentu tau apa yang harus aku tutupi kan? Tiba-tiba saja ada suara dari belakang menginterupsiku.
" Nak, kuncir rambut kamu sekarang juga. Kalau tidak, ibu tarik dan potong pendek" ucapnya tegas dan galak, ia bukanlah guru sekolah ini melainkan guru dari sekolah luar entah dimana.
Aku pun langsung merapihkan rambutku dan menyatukannya untuk diikat. Tepat saat aku akan mengikat, ia menahan tanganku " Hm, sudah gausah diikat. Kamu digerai saja gapapa". Aku merasa ada yang salah " Maaf bu, terima kasih" aku tau apa yang ia pikirkan. Dan untuk kali ini aku merasa berterima kasih padanya.
Selesai ujian, aku merapihkan peralatanku kemudian mengambil tas untuk bersiap pulang. Aku bertemu dengan sahabatku yang berbeda ruang ujian denganku.
" Audy, tumben lu digerai? Emang gak diomelin ya?" tanyanya saat bertemu denganku.
" Iya, tadinya diomelin tapi kata gurunya gapapa" ucapku berusaha merapihkan rambutku kembali agar tidak terlihat telingaku. Baruntung rambutku cukup tebal. Aku memang tidak sering menggerai rambutku karena tidak nyaman. Tapi hari ini adalah pengecualian.
Kemudian kami berjalan bersama untuk menuju rumah masing-masing yang berbeda blok tapi satu perumahan.
-------------------------===============--------------------------
* Beberapa bulan kemudian
Hari ini, aku sudah mendapat pengumuman bahwa ternyata aku diterima di salah satu sekolah favorit. Walaupun bukan sekolah yang aku inginkan, tetapi aku tetap bersyukur karena mewujudkan keinginan mamahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen
Short StoryTernyata jatuh itu tidak butuh hanya sekali - Audy Aku mau ngangkat cerita school life perpaduan dengan family life. Udah lama mau bikin tapi belum bisa menuangkannya lewat kata-kata. Dan cerita ini terinspirasi langsung oleh dua orang yang sangat h...