2. Ooo jd dia gt

287 27 1
                                    

Setelah banyak insiden insiden yang akhir akhir ini mengganggu. Dan akhirnya, gosip gosip pun mulai mengambil alih keadaan.

"Masih kelas sepuluh baru masuk juga"

"Idih, pelet kali"

"Denger denger dia itu Pho nya Genza sama Caca lho, kan mereka putus gara gara dia, dasar gatel"

"Eh Liza! Eliza ya? Eliza kan? Dapet salam nih dari Genza... Imutt banget si kammuuu!"

"Tapi bo'ong! Hahaha!"

"Mau banget ya si Genza sama dia,apasih yang diliat?"

"Taruhan itumah! Nyantai aja"

"Tapi ini pertama kalinya genza ikut taruhan gituan!"

"Kalo nyantol beneran gimana?keleuss kagak ridho' guaa.."

"Bentar lagi dilabrak Caca tuh!"

"Baru mos aja udah ada yang kegebet kakel gimana kalo kita udah lulus nanti,ya gak? Jadi senior ngesok deh dia!"

"Dia sama Caca sama sama cantik ya. Si Liza imut banget lagi,,Tapi gue mihak Caca aja deh"

"Dari pertama liat sih, gue udah gak suka dia tanpa alasan"

Dan akupun mempercepat perjalananku di koridor kelas ini yang terasa sangat panjang. Demi menghindari ucapan ucapan yang membuat telingaku panas.

Sampai aku tak sadar aku menabrak seseorang. Ralat, ditabrak bukan menabrak.

Genza. Dia? Ya, dialah yang menabrakku dengan gelar sengaja. Aku tahu dia sengaja. Bisa dipastikan jika melihat tampangnya sekarang.

Kami saling tatap tanpa bicara. Ia tidak membantuku berdiri? Aku tersenyum,tak apa.

"Kenapa kak?" tanyaku saat sudah berdiri.

Dia hanya mengerenyitkan kening. "Tadi kamu ngapain?"

Aku berdehem. Ya jatuhlah! Gak liat? Geramku. "Jatuh kak"

Genza kembali menatapku sambil mengangguk anggukan kepalanya.
"Sakit?" tanyanya.

Aku mendengus tertahan. "Iya"

Genza masih terus menatapku dengan kedua tangan yang dimasukan didalam saku celana.

Dia kenapa sih, ya ampun.

Aku menghela nafas melihatnya yang terus menatapku seperti ingin menembus kepalaku. Aku pun berniat berbalik arah tapi tanganku dicekal olehnya.

"Kemana?"

Aku terdiam sesaat. "Kelas"

"Kelas berapa?" tanyanya masih dengan menahan tanganku.

"X.Ipa3" ucapku sambil melepaskan pegangannya dari tanganku.

Hening.

"All right. Santai aja" ucapnya dengan tatapan jahil, sangat terlihat kalau dia sedang main main.

"Gue mau bilang kalo gue seneng lo masuk sekolah yang sama kayak gue"

Aku tertegun sebentar. "Makasih"

Genza maju satu langkah mendekatiku membuatku menahan nafas. "Lo gak seneng? Gue aja seneng lo masuk sekolah ini"

UnUsuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang