"Annaa.. Annaaa.. Ini hari pertama kamu sekolah, loh! Cepetan bangun shalat" teriak bunda dari dapur.
"....."
"Astaga, anak itu! Ck, pasti belum bangun" gumam bunda sambil beranjak menuju ke kamar Anna.
Ternyata tebakan bunda benar, Anna masih saja berada dalam posisi ternyamannya a.k.a bergelung di bawah selimut.
"Anna, bangun sayang" kata bunda sambil menepuk-nepuk pipi anak bungsunya itu agar bangun.
"Anna masih ngantuk, bun. Lagian Anna nggak shalat kok" jawab Anna masih tetap menutup matanya.
"Meskipun nggak shalat, tapi kamu harus siap-siap dari sekarang sayang. Nggak baik, ini masih hari pertama loh nak! Jangan berulah"
"Iya deh, bun. Anna bangun" ucap Anna tidak rela.
"Yasudah, bunda ke dapur dulu bikin sarapan. Jangan tidur lagi, awas loh kalau bunda tau kamu balik tidur lagi!" ancam bunda ketika keluar dari kamar Anna.
"Siap, bunda" ujar Anna semangat ketika berhasil mengumpulkan seluruh nyawanya kembali.
Setelah ditinggal bunda, Anna segera merapikan tempat tidurnya lalu bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap ke sekolah.
💮💮💮
Anna datang ke sekolah barunya sendirian, tanpa ditemani oleh bunda. Anna sudah terbiasa hidup mandiri, apalagi sejak SD Anna tidak tinggal bersama bunda, melainkan tinggal bersama kakek dan nenek di kota. Sekarang Anna tinggal bersama bunda di tempat yang jauh dari kota. Anna tidak lagi mendengar bisingnya suara kendaraan di tempat barunya itu bersama bunda.
Setelah menyelesaikan administrasi di sebuah rumah di tempat itu, Anna segera melangkahkan kakinya ke kelas yang telah ditunjukkan sebelumnya kepada Anna.
Anna masuk dengan perasaan gugup, Anna sejujurnya gadis yang cukup mudah berkomunikasi dan berbaur dengan lingkungan barunya. Namun tetap saja Anna merasa gugup memasuki kelas barunya tersebut.
"Assalamualaikum" ucap Anna ketika hendak memasuki kelas.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab siswa siswi didalam kelas dengan serempak.
"Ayo masuk Anna, tidak usah takut dan gugup. Ibu sudah memperkenalkan namamu ke teman temanmu yang lain, jadi kamu langsung ambil tempat duduk yang masih kosong didekat Marini yah!" titah seorang guru perempuan yang Anna ketahui bernama Ibu Musdalifah dari name tag seragam yang ia kenakan, sambil menunjuk seorang gadis berambut panjang sepinggang yang bangku sebelahnya masih kosong.
"Baik. Terimakasih, bu" ucap Anna kemudian.
"Iya, sama-sama. Baiklah, anak-anak kita lanjut ke materi selanjutnya, silahkan kerjakan soal yang sudah saya tulis di papan tulis" perintah Ibu Ifah.
"Baik, bu" ucap mereka serempak.
Setelah semua sibuk dengan soal Matematika yang mereka kerjakan, Anna mulai memperhatikan seisi kelasnya. Dan dia baru sadar, ternyata hanya Anna-lah satu-satunya siswi yang mengenakan kerudung!
Padahal di kota tempat Anna dulu bersekolah, kerudung bisa dikatakan sebagai seragam yang formal dan biasa saja dikenakan oleh siswi perempuan.
Namun, disini bahkan gurunya tidak mengenakan kerudung. Anna memang tidak terlalu religius, namun karena dulu terbiasa dengan pemandangan guru-guru perempuan yang mengenakan kerudung jadi Anna merasa kurang nyaman.
Anna merasa seakan-akan dirinya aneh karena berada ditengah-tengah orang yang tidak berkerudung. Rasanya Anna ingin menyampaikan ke bunda agar tidak pakai kerudung juga ke sekolah, tapi setelah Anna pikir-pikir lagi sayang kerudungnya sudah dibeli mahal-mahal lalu tidak terpakai.
"Yasudahlah, toh nggak ada juga yang protes penampilan aku" pikir Anna
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle
Teen FictionBagaimana rasanya ketika hidupmu penuh dengan hubungan yang diibaratkan "segitiga"? Hubungan ini bukan hanya dalam hal perasaan, namun juga terjebak dalam kisah segitiga persahabatan.