KB (keybi or Gabby)

228 8 0
                                    

Aku sudah membicarakannya pada ketua agensi dan dia tak bisa melarang.

Aku lega, aku bisa mempercepat proses kepergian ku ke Indonesia.

Aku sudah selesai dengan dunia hiburan. Seharusnya aku tak Bernah berjuang dan berharap bahwa aku akan kuat.

Semua sudah tahu dan aku tinggal melakukan konser terakhir sebagai 'idol'.

Aku bersiap. Aku akan membawakan lagu debut pertamaku, lagu feat STRANGER yang juga merupakan konser terakhir KB, dan satu lagu berbahasa Indonesia. Lagu yang Romi tulis dulu.

Semua berjalan lancar dan di lagi terakhir aku menangis di lirik lirik terakhir.

Lyn, Lynha park. Gadis bermarga park dengan senyum manis dan tawa ceria, kini pandangan itu tak ada didepanku. Yang ada seorang Lynha yang menangis di kursi paling depan dengan Xander, Gapi, Sai, dan KB yang berjajar disampingnya.

Selesai. Aku sudah melaksanakan tugasku dan tinggal besok pagi aku melakukan penerbangan untuk pulang yang artinya ini adalah malam terakhirku di Korea.

Sudah larut malam dan aku memutuskan untuk keluar dulu. Lokasi konser ini ditepi laut dengan jembatan merah yang memanjang ke ujung sana. Ke arah matahari jika matahari terbit.

Aku berdiri disana dengan tangan berpegang pada lengan jembatan dan angin yang kian menyapa membuat rambutku terbawa angin ke arah kanan.

Apa ini benar?

Aku melihat luka di tanganku. Obat yang aku oleskan dapat mengobati luka dengan cepat, bahkan hanya dalam waktu satu setengah hari.

Hening. Suara deru ombak kadang menyapa tapi kembali berlalu dan menyapa kembali, terus seperti itu. Seperti siklus hidupku disaat masalah tak berhenti datang.

Kenapa aku melakukan self injury? Padahal itu tak dapat membantu. Bodoh!

Ah payah, aku menyalahkan diriku sendiri. Dan akhirnya apa? Self injury juga, tapi aku ingin menghentikannya.

Aku ingin menghentikan self injury yang aku jalani seminggu ini.

"Nia" ucap seseorang.

Dia masih berjas hitam yang senada dengan celana dan sepatunya dengan kemeja putih dan rambutnya yang sedikit jabrik.

"Pakailah. Aku gerah" ucapnya menyodorkan jas yang dia pakai.

"Terimakasih" ucapku memakai jas itu untuk menutupi tubuh bagian atas ku yang menggunakan dress biru tua tanpa lengan dengan rok didepan pendek dan memanjang ke belakang seperti duyung.

"Nia. Tadi, waktu konser. Di lagu terakhir mengapa kau menangis? Bukankah itu melanggar peraturan agensi" ucap KB.

"Itu." Ucapku

"Itu lagu dari seseorang. Dia sangat dekat denganku dan dia mengorbankan nyawanya bagiku. Lagu itu baru aku temukan dan saat aku mendengarnya semua telah terlambat" ucapku.

Payah, air mataku menetes.

"Itu lagu tentang dua orang yang tak pernah bisa disatukan" ucapku.

"Aku kehilangannya disaat aku tak pernah berfikir bahwa aku akan kehilangannya untuk selamanya" ucapku.

"Cukup. Jangan bicara lagi" ucap KB memelukku dan aku menangis di pelukannya.

"Kau jangan pernah menceritakan hal yang membuatmu sedih, jika itu hanya membuatmu menangis. Itu tak akan membantu. Menangis dan melepaskan semua lewat air mata lebih membuatmu lega" ucapnya.

Dia sangat peduli dan aku tak ingat bahwa dia adalah KB yang sama dengan KB yang mengacuhkan ku saat awal debut, yang memarahiku karena salah notasi, yang mengajari rap dengan gayanya yang terburu buru, dan bersikap dingin.

Aku berhenti menangis. Dia menggenggam kedua tanganku. Aku memandang muka KB yang lembut dengan senyum tipis yang membuat mata birunya terlihat berkilauan karena cahaya bulan yang memantul ke air pantai dan memantul lagi ke matanya.

"Jaga dirimu" ucap KB mengacak puncak rambutku dan mengecup keningku Singkat sebagai mana seorang kakak saat akan berpisah dengan adiknya. Tapi aku malah mengingat Izma.

"Iya. Kau juga, jaga dirimu. Dan terimakasih atas semuanya. Jangan pernah berubah, tetaplah menjadi Gabby yang pernah menjadi KB, yang pernah menjadi bagian STRANGER, yang selalu peduli" ucapku.

KB tersenyum dan membelai rambutku seperti Izma dahulu.

"Aku akan merindukanmu" ucapnya.

#*#*

Aku membawa baju, sepatu, dan beberapa set make up yang aku sengaja beli dimasukkan ke dalam koper yang dulu aku bawa.

Aku duduk dengan jaket kulit krem melindungiku dari hujan tadi.

Penerbangan ku sepuluh menit lagi. Seseorang menepuk pundak ku.

Aku menoleh. Kuharap itu bukan ketua agensi.

"Hey. Kita masih punya kesepakatan" ucapnya.

"Lyn. "

"Truth or dare waktu itu. Kau tak boleh meninggalkannya" ucap Lyn.

"Aku akan menyelesaikan sisa dua belas harinya" ucap KB dengan backpack hitam yang agak kempes dan jaket hitam yang senada dengan celana jeans yang memiliki robekan.

"Anggap saja ini pemainan terakhir kita. Aku dan Xander juga melakukannya " ucap Lyn duduk di sampingku

"Jaga dirimu. Aku tak akan memaafkan dirimu bila kau terluka" Lyn memelukku.

Oh yatuhan, mengapa dari dulu aku tak bisa pergi dari hal yang bernama perpisahan. Mulai dari Izma, Rogi, Romi, Dan sekarang STRANGER juga Lyn.

"Nia. Nathania. Jaga dirimu" ucap Lyn. Aku mengangguk

"Jangan lupakan aku" ucapnya.

"Aku tak akan melupakan kakakku semudah itu" ucapku.

"Aku harus pergi" ucapku berdiri dan meraih koper di sampingku.

Aku masuk ke pesawat, tapi KB juga masuk. Bahkan dia duduk di sampingku.

"Kau ikut?" Ucapku

"Terserah. Pesawat ini kan kendaraan umum. Bukan milikmu pribadi" ucap KB.

'savage_-'

"KB. Kau bisa tinggal bersamaku. Aku memiliki kakak laki-laki dan kau bisa tidur dengannya" ucapku.

"Tidak. Aku akan menyewa apartemen" ucapnya.

"Baiklah" Ucapku

"Ah, satu lagi. Jangan panggil aku KB. Karena aku sudah bukan Gabby yang memiliki nama panggung KB. Aku hanyalah Gabby." Ucap KB. Bukan, Gabby.

"Baiklah. Ah, iya. Boleh ku panggil kakak?" Ucapku

"Kakak?" Ucapnya.

"Iya. Kakak adalah sebutan seperti oppa, tapi di Indonesia. Jika di Korea kamu dipanggil oppa KB, jadi sekarang apa boleh aku memanggilmu kak Gabby?" Ucapku.

"Boleh saja" ucapnya. Walau aku tak terlalu yakin apakah dia akan terbiasa dengan sebutan kakak itu. Apalagi kata Indonesia 'kakak' agak asing di telinga orang yang lahir di Amerika dan tinggal di Korea Selatan.

#*#*

Aku sudah mengantar kak Gabby ke apartemen barunya dan kini aku sedang ada di rumah dimana semua telah berubah.

Ibu duduk di kursi kamarnya dengan ayah yang masih tertidur. Mungkin ayah sakit.

Ibu terlihat melamun dengan beberapa rambutnya sudah memutih. Yatuhan, berapa lama aku pergi. Apa aku menjauh terlalu lama?

Aku naik ke tangga dan masuk ke kamarku. Tak ada yang berubah, hanya saja tempat ini lebih berdebu dari biasanya.

Aku menatap ke luar jendela berharap seseorang datang dan tersenyum seperti biasa. Izma

Apa dia sudah memiliki seseorang sekarang yang selalu akan ada di sisinya?

Apa aku bisa berbesar hati menerima fakta bahwa Izma telah dengan orang lain?

Atau aku akan beralih pada hati yang lain seperti dahulu, terluka kembali, bangkit kembali, lalu jatuh ke titik yang sama lagi.

Izma [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang