I will
I Promise
___________________________________________
Nammi dan Jinsang saling melirik satu sama lain. Mulut hanya bergerak tanpa mengeluarkan suara. Hanya dentingan alat makan yang mengisi ruangan.
Senyap, tidak ada percakapan. Tidak biasanya keadaan di meja makan sedingin ini. Kemana Mama yang selalu cerewet dan Papa yang sesekali bercanda.
Nammi memasang wajah sedih, bergerak tidak sesemangat biasanya. Jinsang paham keadaan dan tetap memilih diam. Paham karena tadi malam tanpa sengaja ia mendengarkan kedua orang tuanya bertengkar lagi. Terdiam saat mendapati Mamanya menyeka air mata sambil duduk termenung di dapur.
Sementara sang Papa sibuk di ruang kerja.Nammi bergerak lambat. Tertunduk, meletakkan sumpit dan sendoknya pelan. Setetes air matanya jatuh membasahi pipi.
Nammi bukan anak kecil lagi, usianya sudah 12 tahun. Dia paham dan dia dapat merasakan keganjalan dari sikap kedua orang tuanya.
"Hiks.. Hiks..! " Nammi terisak. Ingin membuka suara, tapi dua bilah bibir tidak sanggup berucap. Namjoon yang sangat mencintai putrinya kaget mendapati Nammi yang tiba-tiba saja menangis.
"Sayang kamu kenapa? " Tanya Namjoon lembut. Ia bahkan mengelus dan memeluk tubuh kecil sang anak.
"Nammi.. Nammi sayang papa dan Mama. Jadi ku mohon jangan diam. Hiks..! " ucapnya lirih. Sambil terus menyesapkan diri dalam pelukkan hangat sang ayah.
Seokjin menghembuskan nafasnya perlahan. Kemudian mendekati anaknya. Mengelus surainya lembut.
"Sayang.. Mama dan Papa tidak apa-apa. Jangan sedih ya. Maafkan mama dan papa."
Jinsang masih memilih diam, melirik sekilas kedua orang tua yang sedang sibuk menenangkan dan membujuk sang adik, ia memilih bangkit dari kursi makan dan langsung beranjak pergi.
"Aku sudah selesai. Aku pergi! " berucap dangan nada dingin dengan raut wajah kesal.
"Kau tidak ingin diantar papa nak?" Tanya Namjoon.
"Tidak perlu, aku pergi naik bus saja. Kalian selesaikan saja urusan kalian."
"Jinsang! Kenapa kau berbicara begitu." Seokjin tampak kesal dengan sikap putranya yang sudah berani berbicara kasar.
"Pikir saja sendiri! " ucapnya ketus kemudian pergi begitu saja.
Melihat sikap sang kakak, Nammi semangkin terisak. Semangkin ia yakin jika terjadi sesuatu kepada kedua orangtuanya.
Ya, terjadi sesuatu.
Yoongi mengadu pada Namjoon jika Seokjin menyuruh Jimin pergi bahkan sampai mempermalukan kekasihnya di kampus. Namjoon kesal, Namjoon tidak menyangka Seokjin melakukan hal sejauh itu. Hingga sesaat ia menapakkan kakinya di rumah, malam itu juga Namjoon berbicara kepada Seokjin. Tetap saja Seokjin tidak bisa menerima pembelaan Namjoon.Bukan niat Namjoon membela, ia hanya ingin mengatakan pada Seokjin berhenti bersikap ingin menghancurkan hidup seseorang. Dan seperti biasa, jika sudah membahas Jimin mereka akan berakhir dengan pertengkaran.
"Jangan menangis ya sayang. Hari ini.. Mama ikut mengantar Nammi ke sekolah. Bersama papa juga ya! " bujuk Seokjin.
"Benarkah? " Nammi tampak antusias. Seokjin melirik Namjoon, Namjoon peka dan menganggukkan kepala tanda menyetujui usulan Seokjin.
"Iya.. Papa dan Mama akan mengantar Nammi ke sekolah. Sudah besar, jangan nangis lagi. Ayo senyum.. Nanti cantiknya hilang lo..!" Namjoon merayu sang anak. Nammi tersenyum dan menghapus airmatanya. Begitu juga dengan Namjoon yang tiba-tiba menggendong Nammi. Menggoda. "Hap! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Desire (End)
Fiksi PenggemarCast Kim Namjoon Kim Seok Jin (GS) Park Jimin (GS) Min Yoongi Jung Hoseok Kim Namjoon, Seorang pengusaha dan dosen disalah satu perguruan tinggi. Beristri dan memiliki dua orang anak. Sangat mencintai Club Leadership Project yang ia bangun bers...