Bag. 39

4K 136 5
                                    

"Rinn.. bangun yukk.. sholat subuh duluu.." bujuk Kak Julian dan aku terbangun setengah sadar.

"Iyaa kaakk.." sahutku dan berjalan gontai menuju kamar mandi.

Selesai sholat berjamaah, aku merangkak kembali keatas tempat tidurku. Mengingat sisa cutiku yang tinggal seminggu lagi.

"Rin.. hari ini kita jalan-jalan yukk.." ajak Kak Julian ketika aku sudah bergelung manja di bawah selimut

"Kemana kak?" tanyaku ditengah-tengah kehangatan selimut

"Taman Safari gimana?" sarannya yang langsung kusetujui

"Kuyyy... pake nginep gak kak?" tanyaku yang langsung duduk mendekat pada Kak Julian yang duduk menyender memainkan tabletnya

"Hmm.. boleh deh.. sekalian bulan madu.." jawab Kak Julian yang mencuri kecupan ringan di pipiku.

"Ihss.. cium-cium aja nihh.." dumelku sambil menggeser badanku menjauh

"Yahh.. jangan jauh-jauh dongg..." ucapnya dan langsung menarikku kedalam pelukannya.

"Yaudahh kalau gitu siap-siap yukk.. nanti keburu kena macet lohhh..." ucapku berusaha membebaskan diri.

"Nanti deh.. masih jam 5..."balasnya yang semakin mempererat pelukannya hingga mau tak mau aku mengalah dan merilekskan diri dipelukannya.

Kami berdiam diri dalam posisi yang sama cukup lama hingga akhirnya Kak Julian melepaskan pelukannya dan melipir menuju kamar mandi.

"Kamu siapin baju-baju yang mau dibawa yaa.. kakak mandi duluan..." ucapnya dan menghilang dibalik pintu.

Sekadar informasi kamar mandi di kamar ini tersembunyi. Kemarin ketika aku ingin menemukan kamar mandi di kamar ini aku dibuat tercengang dengan desainnya. Pintu menuju kamar mandi di kamar ini terdapat didalam sebuah ruangan yang mirip dengan lemari, namun lemari di kamar ini terlihat seperti sebuah ruangan tersendiri. Pernah lihat lemari baju artis-artis korea maupun dalam negeri kan? Dimana sebuah ruangan disulap menjadi lemari penyimpanan, nah lemari pakaian di rumah ini persis seperti itu.

Sepeninggalnya Kak Julian aku memasuki ruangan tersebut dan mengambil traveling bag berukuran sedang dan memasukkan masing-masing 2 pasang baju ganti kedalamnya. Untuk bagianku aku memasukkan 1 buah jins ganti berwarna hitam dan 2 buah kaos lengan panjang lengkap dengan jilbab segiempat berwarna senada kaos. Tidak lupa pula aku menambahkan kerudung langsung berwarna hitam kedalamnya. Untuk bagian Kak Julian aku sempat bingung mau memasukkan apa, karena selama aku mengenal dia, Kak Julian tidak pernah menggunakan kaos atau pun jins. Selama aku jalan dengannya dia selalu menggunakan celana bahan yang terlihat seperti jins dan kemeja. Ketika aku melihat ke bagian baju-baju Kak Julian aku hampir tidak melihat baju dengan tema kasual, yang kulihat hanya pakaian bertema semi-kasual. oh-oh.. sepertinya aku menikahi om-om.

Akhirnya setelah menimbang cukup lama, aku memutuskan untuk memasukkan 2 buah celana cinoy dengan warna biru tua dan coklat tua. Untuk atasannya aku memasukkan 2 buah kemeja semi formal berlengan pendek. Tidak lupa pula aku mengemas pakaian dalam. Setelah kurasa cukup, aku segera keluar dari ruangan tersebut sebelum Kak Julian keluar dari kamar mandi.

Sambil menunggu Kak Julian aku menaruh travel bag tersebut diatas tempat tidur dan berjalan menuju meja rias dimana semua perlengkapan make up dan skin care ku berada. Aku mengeluarkan pouch berukuran sedang dari laci dan memasukkan yang sekiranya kubutuhkan. Aku memasukkan bb cushion, bedak tabur, mascara, dan lipstick, untuk skin carenya ku masukkan makeup remover dan krim pagi malamku. Aku belum menaruh pouch tersebut didalam travel bag karena aku belum mandi. Tak lama kemudian Kak Julian keluar dari lemari (sebut saja ruangan itu lemari) dengan mengenakan pakaian lengkap berupa celana cinoy berwarna hitam, atasan kemeja biru gelap berlengan panjang dan tersampir jaket yang lebih terlihat seperti jas di bahunya.

"Formal banget kak.. emang mau kemana??" tanya ku meledek gayanya yang bagiku terlihat formal.

"Masa gini formal sih?? Kalau di Ausy yang begini justru santai.." jawabnya yang membuatku mau tak mau menerimanya. Yaa tidak bisa disalahkan dia besar dilingkungan International dimana jins itu terkenal kuno dan kaos itu terkenal kampungan.

"Ohh.. gituu.." sahutku dan langsung berjalan memasuki kamar mandi.

Aku menggunakan waktu yang cepat untuk ukuran cewek mandi. Tidak lebih dari 20 menit aku sudah siap dengan pakaian lengkap dan berjalan keluar dari lemari tersebut. Ketika aku keluar aku membawa sekalian handuk travel dan pouch berisi perlengkapan mandi. Aku memasukkan 2 barang tersebut kedalam travel bag yang sepertinya berkurang.

"Kak.. kakak ngurangin apaan didalam tas?" tanyaku penasaran pada Kak Julian yang kini duduk menyender di kepala tempat tidur memainkan tabletnya.

"Kakak cuman butuh celana 1 Rin.. jadinya kakak keluarin aja celana yang kamu pilih.. gapapa kan??" jawabnya yang disusul pertanyaan

"Yaa.. gak apa-apa sih.. kan kalau kurang kakak sendiri yang nyesel.." jawabku sedikit meledek dan berjalan menuju meja rias untuk memasang make up harianku.

"Kamu memang biasa mandi secepat ini ya??" tanya Kak Julian ketika aku sedang memakai bb cushionku.

"Kalau gak keramas emang sebentar Kak.. kecuali kalau keramas.. baru bisa ampe 1 jam.." jawabku santai.

"Yukk Kak.." ucapku tak lama kemudian.

"Kok cepet banget kamu make upnya??" tanyanya bingung ketika aku memasukkan pouch terakhir kedalam tas.

"Kan gak ribet-ribet banget.. simple aja cukupp.." jawabku dan mengangkat tas tersebut yang langsung di rebut oleh Kak Julian.

"Ada yang ketinggalan gak??? Coba kamu cek lagi.." ucap Kak Julian sebelum meninggalkan kamar.

"Oh iyaaa.. jaket belum kebawa.." seruku dan langsung berlari menuju lemari.

Setelah mengambil jaket parasut yang selalu jadi favoritku, aku berjalan keluar kamar sambil menyandang ransel kecil berisi dompet, hp, charger, dan powerbank. Setibanya dilantai bawah aku tidak menemukan Kak Julian dimana pun didalam rumah. Deru mobil di garasilah yang menyadarkanku akan keberadaannya.

"Semua pintu udah kamu kunci?" tanya Kak Julian begitu aku menginjakkan kaki di garasi

"Sudahh.." jawabku mantap dan berjalan menuju mobil.

Kami berkendara dijalanan yang tidak terlalu ramai mengingat sekarang masih jam 6 kurang. Selama perjalanan kami tidak banyak berbicara dan hanya ditemani oleh siaran radio. Sesekali Kak Julian menyahuti apa yang diucapkan penyiar radio dan aku mentertawakannya. Perjalanan yang kurang lebih 2 jam itu tidak begitu membosankan karena diimbangi oleh lelucon-lelucon garing dari Kak Julian. Baru kali ini aku mengetahui selera humor Kak Julian yang tidak terlalu lucu itu.

つずく

Arin's Love Story (END)Where stories live. Discover now